Semarang Miskin Wisata Pantai

Selasa, 07 Juli 2015 - 08:24 WIB
Semarang Miskin Wisata Pantai
Semarang Miskin Wisata Pantai
A A A
SEMARANG - Kota Semarang yang memiliki bentangan pantai hingga puluhan kilometer ternyata masih miskin untuk urusan wisata pantai.

Proyek wisata pantai yang digagas Pemkot sejak tiga tahun lalu hingga kini juga tak kunjung terealisasi. Menurut Wahid, salah seorang warga, Kota Semarang masih kalah dengan daerah-daerah lain yang memiliki wisata pantai yang cukup berkembang. Padahal ibu kota Jawa Tengah ini memiliki bentangan pantai yang cukup luas dari perbatasan Kendal hingga Demak.

“Kami ingin pemkot sendiri yang mengelolanya supaya rencana pembangunannya bisa segera dilakukan dan anggaran perawatan dan pengembangannya jelas,” katanya. Hal itu dikatan dia dalam acara buka puasa bersama dengan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi) di Rumah Dinas Wali Kota Semarang Jalan Rorojonggrang, Manyaran, kemarin. Sebagai daerah yang memiliki bentangan pantai yang luas, sudah saatnya memiliki wisata pantai yang membanggakan warganya.

“Kami ingin Kota Semarang punya wisata pantai yang terkenal,” ucap Wahid. Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Agung Budi Margono menilaiatensiPemkotSemarang terhadap potensi wisata pantai masih kurang. Dia mencontohkan potens iwisata Mangrove Tapak di Tugurejo, Kecamatan Tugu bisa menjadi alternatif wisata pantai di Semarang.

“Padahal DPRD sudah putuskan untuk belanja aset tanah, sudahtiga tahun dianggarkan tidak direalisasikan. Padahal Tapak Tugurejo adalah monumen perjuangan pertama di Indonesia yang pernah membuat geger industri Jepang karena kasus lingkungan,” ungkapnya. Menanggapi hal itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan bahwa pihaknya tetap berkeinginan Semarang sebagai kota pesisir memiliki wisata pantai.

Saat ini Semarang memiliki bentangan pesisir yang panjangnya puluhan kilometer, tapi tidak mempunyai wisata pantai yang dikelola sendiri oleh pemerintah. “Siapa yang tidak berkeinginan memiliki wisata pantai. Kota Semarang ini sebagai kota pesisir yang bentangan perbatasan dengan laut panjangnya sampai kilometer lari, tapi kok kita tidak punya wisata pantai yang dikelola sendiri oleh pemerintah, padahal yang dikelola swasta ada,” kata Hendi.

Pemkot dan Dewan sudah berminat dan setuju Semarang harus memiliki wisata pantai yang dikelola sendiri, yaitu telah dipilih di daerah Trimulyo, Kecamatan Genuk. Tahapannya telah dimulai dengan pembebasan lahan. Sayangnya, sudah tiga tahun ini anggaran pembebasan lahan tersebut gagal direalisasikan karena belum ada kecocokan harga dengan pemilik lahan. Pembebasan lahan terkendala karena perbedaan antara nilai appraisal dengan harga yang diinginkan oleh pemilik lahan sangat mencolok.

Meski lahan tersebut rata-rata berupa lahan tambak, tanahnya mengandung lumpur, dan jauh dari permukiman, warga meminta harga yang sangat tinggi. “Dengan kondisi lahan tersebut, menurut kita kan Rp200.000 per meter saja sudah baik, tapi pemilik lahan menawarkan ke pemkot Rp3 juta per meter. Maka sampai sekarang tidak bisa ketemu formulasinya agar terjadi kes-ep-akatan, kalau kita menabrak ketentuan appraisal justru salah,” tandas Hendi.

Kalau jumlah lahan yang belum tercapai kesepakatan tidak sampai 75% atau sebagian besar sudah dikuasai oleh pemkot kemudian ada yang menolak maka bisa dilakukan konsinyasi. Tetapi ini dari nol atau start penawaran harga saja sudah sangat jauh selisihnya. Sehingga dirasa perlu ada terobosanterobosan lain supaya lahan tersebut bisa dimiliki oleh pemkot. “Misalnya tidak beli tambak, tapi beli lahan yang sudah jadi milik swasta.

Bisa juga. Karena nilai appraisal itu tidak melihat titik eksisting daripada lokasi yang mau dibeli pemerintah. Tapi kita tetap akan lakukan pendekatan ke warga,” paparnya.

M abduh
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3702 seconds (0.1#10.140)