Shelter Siliwangi Terkendala Lahan

Senin, 06 Juli 2015 - 10:45 WIB
Shelter Siliwangi Terkendala Lahan
Shelter Siliwangi Terkendala Lahan
A A A
SEMARANG - Setelah dibongkar akibat terkena proyek pelebaran jalur pantura, sejumlah shelter Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang hingga kini belum dibangun. Tidak ada lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan shelter menjadi penyebabnya.

Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Bus Rapid Transit Trans Semarang, Joko Umboro Djati mengatakan, pelebaran Jalan Siliwangi dan Jalan Walisongo memang membuat sejumlah sheter dibongkar. Meski proyek pembangunan jalan sudah rampung, tapi pembangunan shelter belum bisa dilakukan.

“Sudah tidak ada lahan karena semua bahu jalan digunakan untuk pelebaran. Sementara trotoar yang saat ini ada di sisi jalan juga tidak mumpuni sebagai tempat pembangunan shelter ,” kata Joko, kemarin. Lebih lanjut Joko mengatakan, untuk pembangunan shelter BRT permanen di lokasi itu sulit diwujudkan. Sebab pihaknya harus membebaskan lahan milik warga. “Untuk satu shelter permanen dibutuhkan lahan sekitar 15 x 3 meter. Lahan shelter harus dibebaskan dari lahan milik warga karena di sepanjang jalan itu sudah tidak ada lagi lahan milik negara,” ujarnya.

Untuk sementara pihaknya memasang shelter portable di sejumlah lokasi jalan itu. Meski demikian, pihaknya berharap bisa membangun shelter permanen mengingat tingginya pengguna jasa BRT di sepanjang jalur tersebut. “Kami sudah mengajukan memo terkait hal ini, kami harap shelter permanen bisa dibangun dan ada pembebasan lahan. Ke depan kami tetap mengusahakan agar shelter yang dulu dibongkar bisa dipasang kembali dengan permanen demi kenyamanan penumpang,” katanya.

Pantauan KORAN SINDO di lapangan, sejumlah shelter portable memang sudah dipasang di sejumlah titik di Jalan Siliwangi dan Jalan Walisongo. Namun, shelter itu dinilai tidak nyaman karena kondisinya sempit dan terletak di pinggir jalan. Misalnya, shelter portable di depan kantor PLN Krapyak yang terletak di tepi jalan raya.

Sementara di depan shelter berseliweran kendaraan umum yang membuat penumpang harus ekstra hati-hati saat menunggu bus di lokasi itu. Belum lagi di belakang shelter juga sedang ada proyek perbaikan saluran sehingga membuat penumpang semakin tidak nyaman. “Kondisinya memprihatinkan, tidak nyaman saat menunggu bus di sini. Selain panas, shelter ini juga sempit dan hanya mampu memuat beberapa orang saja,” kata Siska Anggraini, 18, warga Hanoman, Semarang.

Siska berharap shelter dapat dikembalikan seperti dahulu, yakni shelter permanen. Selain lebihbesar, shelter permanen juga tertutup sehingga membuat penumpang nyaman karena tidak kepanasan dan terkena polusi kendaraan langsung.

Andika prabowo
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6460 seconds (0.1#10.140)