Mahasiswa UGM Singkirkan 90 Kampus se-Asia
A
A
A
YOGYAKARTA - Prestasi internasional kembali diraih mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Kali ini tim mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa atau UKM English Debating Society (EDS) UGM menjuarai lomba kompetisi debat bahasa Inggris tingkat perguruan tinggi se- Asia, yakni United Asian Debating Championship (UADC).
Dalam kompetisi yang digelar di Bali pada 4-12 Juni 2015 itu, UGM menaklukkan tim dari 90 perguruan tinggi ternama di Asia antara lain Tokyo University dan Keio University (Jepang), Universitas Teknologi Mara (Malaysia), University of Macau, Sun Yat Sen University dan Northeastern University at Qinhuangdao (China), Indian Institute of Technology Bombay (India), Mahidol University International College (Thailand), Springboard Debating Community (Kamboja), serta ITB dan IPB yang juga menjadi wakil Indonesia.
“UGM sendiri mengirim dua tim, yakni UGM 1 dan UGM 2 bersama dua orang Nadjudicator. Namun hanya tim UGM 1 yang bisa lolos sampai final. Padahal kami sendiri merasa saingan-saingan kami cukup berat,” ujar anggota Tim UGM 1 Aldila Irysad, kemarin. Tim UGM 1 terdiri atas Noel Hasintongan dari Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2014 serta Aryanda Putra Tony dan Aldila Irysad dari Fakultas Hukum Angkatan 2013. Tema debat pada babak final kompetisi tersebut adalah recognise religious indoctrination as a mitigating factor in criminal sentencing .
“Di kompetisi debat ini sebenarnya berbagai tema harus dikuasai oleh seluruh peserta. Mulai dari hukum, ekonomi, filosofi, hubungan internasional, dan sosial budaya. Pemilihan tema menuntut para peserta bisa menguasai berbagai macam disiplin ilmu serta mengetahui isu-isu terkini,” ungkap Aldila Irsyad. Selain juara pertama, Aldila Irsyad juga meraih penghargaan individu sebagai pembicara terbaik pada babak final.
Sementara Noel Hasintongan membawa pulang penghargaan sebagai pembicara terbaik sepanjang kompetisi digelar. Sementara salah satu pengurus EDS UGM Romario Tambunan mengatakan, untuk bisa mewakili UGM pada kompetisi internasional tersebut, pihaknya melakukan proses seleksi ketat selama tiga bulan kepada seluruh anggota EDS UGM. Seusai tahap seleksi, proses latihan dilakukan selama tiga bulan sebelum kompetisi dimulai. Sementara pelatihnya dari sesama anggota EDS dan alumni EDS UGM.
“Latihan dilakukan rutin tiap hari sejak pukul 17.00- 20.00 WIB. Mereka dilatih mendebatkan berbagai macam mosi dan membaca berbagai berita. Kami sendiri memperolehkan informasi terkini dari membaca majalah seperti The Economist, Foreign Affairs, dan jurnal-jurnal ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Ratih keswara
Dalam kompetisi yang digelar di Bali pada 4-12 Juni 2015 itu, UGM menaklukkan tim dari 90 perguruan tinggi ternama di Asia antara lain Tokyo University dan Keio University (Jepang), Universitas Teknologi Mara (Malaysia), University of Macau, Sun Yat Sen University dan Northeastern University at Qinhuangdao (China), Indian Institute of Technology Bombay (India), Mahidol University International College (Thailand), Springboard Debating Community (Kamboja), serta ITB dan IPB yang juga menjadi wakil Indonesia.
“UGM sendiri mengirim dua tim, yakni UGM 1 dan UGM 2 bersama dua orang Nadjudicator. Namun hanya tim UGM 1 yang bisa lolos sampai final. Padahal kami sendiri merasa saingan-saingan kami cukup berat,” ujar anggota Tim UGM 1 Aldila Irysad, kemarin. Tim UGM 1 terdiri atas Noel Hasintongan dari Jurusan Hubungan Internasional Angkatan 2014 serta Aryanda Putra Tony dan Aldila Irysad dari Fakultas Hukum Angkatan 2013. Tema debat pada babak final kompetisi tersebut adalah recognise religious indoctrination as a mitigating factor in criminal sentencing .
“Di kompetisi debat ini sebenarnya berbagai tema harus dikuasai oleh seluruh peserta. Mulai dari hukum, ekonomi, filosofi, hubungan internasional, dan sosial budaya. Pemilihan tema menuntut para peserta bisa menguasai berbagai macam disiplin ilmu serta mengetahui isu-isu terkini,” ungkap Aldila Irsyad. Selain juara pertama, Aldila Irsyad juga meraih penghargaan individu sebagai pembicara terbaik pada babak final.
Sementara Noel Hasintongan membawa pulang penghargaan sebagai pembicara terbaik sepanjang kompetisi digelar. Sementara salah satu pengurus EDS UGM Romario Tambunan mengatakan, untuk bisa mewakili UGM pada kompetisi internasional tersebut, pihaknya melakukan proses seleksi ketat selama tiga bulan kepada seluruh anggota EDS UGM. Seusai tahap seleksi, proses latihan dilakukan selama tiga bulan sebelum kompetisi dimulai. Sementara pelatihnya dari sesama anggota EDS dan alumni EDS UGM.
“Latihan dilakukan rutin tiap hari sejak pukul 17.00- 20.00 WIB. Mereka dilatih mendebatkan berbagai macam mosi dan membaca berbagai berita. Kami sendiri memperolehkan informasi terkini dari membaca majalah seperti The Economist, Foreign Affairs, dan jurnal-jurnal ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Ratih keswara
(ars)