Kaya Prestasi Internasional, Minus Perhatian di Tempat Asal

Minggu, 28 Juni 2015 - 10:54 WIB
Kaya Prestasi Internasional, Minus Perhatian di Tempat Asal
Kaya Prestasi Internasional, Minus Perhatian di Tempat Asal
A A A
Suara-suara merdu dan syahdu saat melafalkan Alquran terdengar lembut di telinga. Dengan tartil dan tilawah yang baik, teratur, dan tersusun rapi, mereka lantunkan ayat-ayat Allah yang menenangkan jiwa dan menenteramkan hati.

Itulah suara para qori dan qoriah yang diberikan keberkahan dan mendapatkan keistimewaan dari Allah Subhana Wataala (SWT). Orang yang baik bacaan Alquran-nya serta banyak menghafal ayatnya, punya strata yang istimewa dalam salat. Merekalah yang diutamakan untuk menjadi imam meskipun usianya masih terbilang muda.

Sumatera Utara (Sumut) punya banyak sosok qori dan qoriah berprestasi. Mereka sudah mengecap pengalaman MTQ di panggung internasional. Tak sedikit pula yang membawa keberhasilan dan mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Beragam prestasi telah mereka persembahkan bukan hanya untuk Kota Medan, tapi juga Indonesia.

Sebut saja Fadlan Zainuddin; Muda Wali; tiga bersaudara Darwin Hasibuan, Jakfar Hasibuan, dan Azrai Hasibuan; serta Rika Harnita adalah di antara beberapa qori dan qoriah asal Sumut yang berprestasi di tingkat internasional. Sumut juga memiliki qori cilik pemenang MTQ tingkat nasional 2014 Adnan Tumanggor.

Kepiawaian mereka melafalkan ayat-ayat Allah telah terdokumentasi di youtube dengan viewer ratusan ribu. Mengharumkan nama bangsa di pentas internasional bagi mereka hanya terdengar manis untuksesaat. Setelahitu, mereka tetap masih harus berjibaku sendiri dalam menjalani hidup. Mereka kurang mendapat perhatian dari daerahnya sendiri. Padahal kemampuan dan prestasinya sudah diakui dunia.

Sesekali mungkin hanya sekadar mengisi acara pembukaan di peringatan hari besar keagamaan yang diperingati hanya setahun sekali. Baru terasa padat panggilan jika sudah masuk bulan suci Ramadan. Masjid-masjid, staf protokoler instansi pemerintah dan swasta berlomba-lomba mencari mereka. Usai Ramadan, mereka pun kembali terlupakan.

Apakah mereka menyesal ketika memiliki suara merdu tapi hanya untuk menjadi qori dan qoriah? Tentu tidak. Meskipun perhatian terhadap mereka sangat jauh bandingannya jika disandingkan artis-artis yang tenar lewat ajang pencarian bakat. Fadlan Zainuddin tidak pernah menyesal telah mengharumkan nama baik Sumut di kancah nasional maupun internasional.

Qori yang memiliki prestasi paling komplit ini sudah menyapu bersih semua jenjang prestasi mulai dari qori cilik, tingkat remaja, mahasiswa, maupun dewasa. Meskipun hampir di setiap kemenangannya hanya sekadar membawa pulang sebuah piala ke rumah, tidak pernah merasakan arakarakan dan sambutan yang istimewa seperti para pemenang ajang pencarian bakat.

“Disambut setingkat kepala biro di provinsi usai menang membawa nama Sumut itu sudah biasa. Tidak pala seperti para juara ajang pencarian bakat yang mungkin sudah bisa beli rumah dan mobil serta disambut meriah saat pulang,” katanya menyindir. Mengharapkan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah hingga saat ini hanya sebagai angan-angan belaka.

Meskipun telah berulang kali diusulkan melalui lembaga tempat para qori, qoriah, dan para hafiz bernaung. Fadlan menyebutkan, perhatian yang diharapkan sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk. Para qori dan qoriah berprestasi hanya berharap disediakan tempat untuk terus mengasah dan mengimplementasikan keilmuan dan keahliannya dalam aktivitas sehari-hari.

Dia mencontohkan seperti Malaysia dan Iran yang sudah memberikan perhatian serius. Setiap qori dan qoriah berprestasi akan diberikan insentif bulanan dan disediakan wadah sebagai tempat membina dan mengimplementasikan keahliannya di satu kawasan yang tersedia. Sehingga ilmu yang dimilikinya bisa membawa manfaat untuk masyarakat di daerah asalnya.

“Mereka dikasi satu kawasan seperti Quran Center atau semacam pesantren yang disubsidi atau dimiliki pemerintah namun dikelola oleh para qori yang berprestasi. Jabar dan Jatim sepertinya sudah mulai melakukan ini, kalau untuk Sumut belum ada sama sekali,” ungkapnya.

Perhatian yang kurang dari pemerintah akan membawa dampak berpindahnya para qori dan qoriah berprestasi ke provinsi lain. Hal itu sudah dilihat dalam beberapa tahun terakhir, di mana setiap MTQ nasional mereka selalu bertemu dengan para qori asal Sumut yang membawa bendera provinsi lain. Seperti Ahmad Khairi Lubis yang membawa nama harum Kepulauan Riau atas prestasinya pada MTQ nasional di Batam tahun lalu.

Ketua Ikatan Persaudaraan Qori Qoriah dan Hafiz Hafizah (IPQAH) Medan M Tuah Sirait membenarkan masih minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap qori dan qoriah berprestasi. Dia mencontohkan, seperti di Riau setiap juara MTQ nasional dan internasional langsung ditetapkan sebagai imam masjid besar milik pemerintah. Selain menjadi imam, juga diberikan tempat memperdalam ilmu serta melakukan pembinaan Quran terhadap masyarakat yang menginginkan.

Sehingga para qori dan qoriah tersebut tidak lagi memikirkan persoalan kesejahteraannya lagi karena sudah ditanggung oleh pemerintah. Saat ini para qori dan qoriah asal Sumut terpaksa harus berjuang sendiri. Hanya beberapa yang kerap dipanggil untuk membina dan melatih para calon qori yang akan mengikuti MTQ. Karena alasan perhatian pemerintah pula, banyak di antara mereka yang tidak pulang kembali ke Sumut.

Mereka memilih menetap di provinsi atau negara yang dianggap memberikan perhatian besar terhadap keahlian dan kemampuan mereka dalam membaca Alquran. “Untuk luar Sumut ada beberapa yang sudah cukup dikenal dan kerap dipanggil provinsi lain untuk melakukan pembinaan dan pelatihan. Bahkan ada juga yang diundang hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.

Beberapa di antaranya memilih tidak pulang kembali ke Sumut,” ungkap Tuah Sirait. Kali ini merupakan momentum bagi Sumut untuk mulai memberikan perhatian serius bagi para qori berprestasi. Sejak sekitar 1990-an, Sumut sudah mulai kering prestasi di MTQ. Padahal sejak MTQ digelar, qori asal Sumut selalu diperhitungkan karena kerap berprestasi.

Kini mulai beberapa tahun terakhir prestasi di tingkat nasional dan internasional sudah mulai bermunculan. Setelah 30 tahun puasa juara qori cilik nasional, Sumut punya Adnan Tumanggor yang juara qori cilik nasional di Batam tahun lalu. “Terakhir kita punya juara qori cilik sekitar 20-30 tahun lalu yaitu Ustaz Fadlan Zainuddin. Dan baru tahun kemarin kita punya juara kembali,” ujar Tuah Sirait.

Jika para qori berprestasi dapat diberikan perhatian khusus, dia yakin permasalahan Medan terkait rendahnya tingkat pemahaman dalam membaca Alquran dapat teratasi. Harus diakuinya masih banyak warga muslim Medan yang belum bisa membaca Alquran secara baik dan benar. Padahal banyak qori dan qoriah berprestasi yang lahir dari MTQMTQ yang digelar di Medan.

M rinaldi khair
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5426 seconds (0.1#10.140)