Debu Menebal, Ispa Mengancam
A
A
A
KARO - Gempuran material debu vulkanik yang dimuntahkan kawah Gunung Sinabung, Karo, terus menghujani Berastagi dan sekitarnya, kemarin. Ketebalan debu yang mencapai 5 sentimeter (cm) ini menyebabkan masyarakat rentan terjangkit infeksi saluran pernapasan atas (Ispa).
Pengamatan KORAN SINDO MEDAN, kemarin, material debu pada jalan raya, lahan pertanian, serta atap rumah warga setiap harinya semakin tebal. Dapat dipastikan semakin parah seiring dengan aktivitas vulkanologi Gunung Sinabung yang tak kunjung menurun. Hal ini juga diperparah karena sejak sebulan belakangan tak turun hujan di kota wisata berhawa sejuk tersebut.
Tak hanya Kecamatan Berastagi, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Merdeka juga mengalami kondisi yang sama. Paparan debu yang kian hari semakin parah juga mengancam kelangsungan hidup para petani. Sebab, lahan pertanian mereka rusak (puso) dan terancam gagal panen. Minimnya perhatian dari pemerintahan setempat, yakni Kecamatan Berastagi, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Karo sangat dirasakan masyarakat.
“Sejak Kota Berastagi dihujani debu, tak sekalipun aparat pemerintah membagikan masker, dan obat tetes mata. Apakah kami tidak lagi dianggap sebagai warga kabupaten ini?,” tanya Lias Purba, 30, warga Berastagi. Selain itu, upaya dari pihak Kecamatan Berastagi untuk meminimalisasi paparan debu juga hampir tidak ada.
Terkesan Camat Berastagi Mirton Ketaren kurang peduli dengan kondisi ini. Konfirmasi yang dilakukan KORAN SINDO MEDAN dengan menelepon dan mengirimkan pesan singkat (SMS) ke nomor telepon selulernya tak kunjung mendapat balasan hingga tadi malam. Hal itu pun mengundang kritikan dari Pemerhati Sosial Tanah Karo, Wandi Karokaro.
Menurut dia, minimnya perhatian dan kepedulian aparat pemerintah setempat akan kondisi sekarang ini merupakan bentuk dari ketidak efektifan kinerja aparatur pemerintah Kecamatan Berastagi. “Dengan kondisi debu yang terus melanda masyarakat Berastagi sekarang ini, seharusnya pemerintahan setempat berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman debu.
Sementara kenyataan dilapangan, sosialisai mengenai dampak debu untuk kesehatan juga tidak ada disampaikan. Apalagi untuk meminimalisasinya,” ujar nya. Bupati Karo Terkelin Brahmana diharapkan segera mengevaluasi Camat Berastagi yang terkesan tak responsif terhadap kondisi warganya.
“Kalau memang tak mampu, kita sarankan kepada camat itu untuk mundur saja daripada memicu amarah masyarakat,” imbuhnya. Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Karo mengatakan, hingga pukul 19.00 WIB telah tejadi empat kali luncuran awan panas guguran disertai material debu yang membubung di langit.
“Untuk hari ini ada empat kali awan panas guguran, yakni pada pukul 00.01; 00.33; 10.31; dan 14.28 WIB. Adapun jarak luncurnya 1,5 - 3,5 kilometer (km) dominan mengarah ke sektor tenggara-timur. Sedangkan untuk kolom debu mencapai 3 kilometer dan bergerak seiring arah angin ke timur-tenggara gunung,” ujar Kepala PPGA Sinabung, Armen Putra.
Sampai saat ini masih terjadi pertumbuhan kubah lava di puncak Sinabung yang diperkirakan sekitar 100.000 kubik per harinya. Pertumbuhan kubah lava masih cukup tinggi, begitu juga dengan aktivitas kegempaan juga masih tinggi dan fluktuatif. Menurut Armen, dengan peningkatan awan panas guguran setiap harinya, Gunung Sinabung berpotensi untuk erupsi eksplosif.
Tetapi, saat ini lebih cenderung kepada tumpukan kubah lava yang jatuh dan tumbuh kembali. Hal itu menyebabkan saat ini Sinabung lebih cenderung terjadi awan panas guguran. Sementara untuk jalur awan panas, hingga kemarin, masih terus meluncur di sektor selatan, tenggara dan timur Gunung Sinabung. Namun, saat ini lebih dominan ke tenggara - timur karena untuk sektor selatan terdapat tumpukan kubah lava sehingga terjadi dorongan ke sektor tenggaratimur.
“Untuk debu vulkanik sangat berbahaya bagi pernapasan dan mata. Sebaiknya bila debu sampai masuk ke rumah langsung dibersihkan. Karena sangat rentan mengakibatkan penyakit Ispa, terlebih ana -anak yang daya tahan tubuhnya lebih rendah daripada orang dewasa,”pungkasnya. Sedangkan data yang diperoleh dari Media Center Pemkab Karo, hingga kemarin, pengungsi korban erupsi dan awan panas Gunung Sinabung berjumlah 10.505 jiwa atau 3.121 kepala keluarga (KK) yang ditempatkan di 10 titik posko pengungsian terpisah.
Riza pinem
Pengamatan KORAN SINDO MEDAN, kemarin, material debu pada jalan raya, lahan pertanian, serta atap rumah warga setiap harinya semakin tebal. Dapat dipastikan semakin parah seiring dengan aktivitas vulkanologi Gunung Sinabung yang tak kunjung menurun. Hal ini juga diperparah karena sejak sebulan belakangan tak turun hujan di kota wisata berhawa sejuk tersebut.
Tak hanya Kecamatan Berastagi, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Merdeka juga mengalami kondisi yang sama. Paparan debu yang kian hari semakin parah juga mengancam kelangsungan hidup para petani. Sebab, lahan pertanian mereka rusak (puso) dan terancam gagal panen. Minimnya perhatian dari pemerintahan setempat, yakni Kecamatan Berastagi, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Karo sangat dirasakan masyarakat.
“Sejak Kota Berastagi dihujani debu, tak sekalipun aparat pemerintah membagikan masker, dan obat tetes mata. Apakah kami tidak lagi dianggap sebagai warga kabupaten ini?,” tanya Lias Purba, 30, warga Berastagi. Selain itu, upaya dari pihak Kecamatan Berastagi untuk meminimalisasi paparan debu juga hampir tidak ada.
Terkesan Camat Berastagi Mirton Ketaren kurang peduli dengan kondisi ini. Konfirmasi yang dilakukan KORAN SINDO MEDAN dengan menelepon dan mengirimkan pesan singkat (SMS) ke nomor telepon selulernya tak kunjung mendapat balasan hingga tadi malam. Hal itu pun mengundang kritikan dari Pemerhati Sosial Tanah Karo, Wandi Karokaro.
Menurut dia, minimnya perhatian dan kepedulian aparat pemerintah setempat akan kondisi sekarang ini merupakan bentuk dari ketidak efektifan kinerja aparatur pemerintah Kecamatan Berastagi. “Dengan kondisi debu yang terus melanda masyarakat Berastagi sekarang ini, seharusnya pemerintahan setempat berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman debu.
Sementara kenyataan dilapangan, sosialisai mengenai dampak debu untuk kesehatan juga tidak ada disampaikan. Apalagi untuk meminimalisasinya,” ujar nya. Bupati Karo Terkelin Brahmana diharapkan segera mengevaluasi Camat Berastagi yang terkesan tak responsif terhadap kondisi warganya.
“Kalau memang tak mampu, kita sarankan kepada camat itu untuk mundur saja daripada memicu amarah masyarakat,” imbuhnya. Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Karo mengatakan, hingga pukul 19.00 WIB telah tejadi empat kali luncuran awan panas guguran disertai material debu yang membubung di langit.
“Untuk hari ini ada empat kali awan panas guguran, yakni pada pukul 00.01; 00.33; 10.31; dan 14.28 WIB. Adapun jarak luncurnya 1,5 - 3,5 kilometer (km) dominan mengarah ke sektor tenggara-timur. Sedangkan untuk kolom debu mencapai 3 kilometer dan bergerak seiring arah angin ke timur-tenggara gunung,” ujar Kepala PPGA Sinabung, Armen Putra.
Sampai saat ini masih terjadi pertumbuhan kubah lava di puncak Sinabung yang diperkirakan sekitar 100.000 kubik per harinya. Pertumbuhan kubah lava masih cukup tinggi, begitu juga dengan aktivitas kegempaan juga masih tinggi dan fluktuatif. Menurut Armen, dengan peningkatan awan panas guguran setiap harinya, Gunung Sinabung berpotensi untuk erupsi eksplosif.
Tetapi, saat ini lebih cenderung kepada tumpukan kubah lava yang jatuh dan tumbuh kembali. Hal itu menyebabkan saat ini Sinabung lebih cenderung terjadi awan panas guguran. Sementara untuk jalur awan panas, hingga kemarin, masih terus meluncur di sektor selatan, tenggara dan timur Gunung Sinabung. Namun, saat ini lebih dominan ke tenggara - timur karena untuk sektor selatan terdapat tumpukan kubah lava sehingga terjadi dorongan ke sektor tenggaratimur.
“Untuk debu vulkanik sangat berbahaya bagi pernapasan dan mata. Sebaiknya bila debu sampai masuk ke rumah langsung dibersihkan. Karena sangat rentan mengakibatkan penyakit Ispa, terlebih ana -anak yang daya tahan tubuhnya lebih rendah daripada orang dewasa,”pungkasnya. Sedangkan data yang diperoleh dari Media Center Pemkab Karo, hingga kemarin, pengungsi korban erupsi dan awan panas Gunung Sinabung berjumlah 10.505 jiwa atau 3.121 kepala keluarga (KK) yang ditempatkan di 10 titik posko pengungsian terpisah.
Riza pinem
(bbg)