Gagal Panen Sudah di Depan Mata
A
A
A
KARO - Material debu vulkanik yang dimuntahkan erupsi atau awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo menyebabkan ratusan hektare (ha) lahan pertanian di sejumlah wilayah diseleimuti debu yakni, Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan Naman Teran rusak, bahkan terancam mengalami gagal panen.
Pantauan di lapangan, Sabtu (20/6) lahan pertanian petani yang ditanami cabai, tomat, wortel, jeruk, kubis dan tanaman lainnya tampak tertutup dan mengering akibat timbunan material debu vulkanik. Barunta Tarigan, 26, petani di Desa Gajah, Kecamatan Berastagi ketika ditemui KORAN SINDO MEDAN tampak sedang membersihkan tanaman tomatnya yang diselimuti debu dengan menggunakan peralatan seadanya.
Barunta tidak tahu harus bagaimana lagi menyelamatkan areal perkebunannya akibat dihujani debu vulkanik. Apalagi tomat yang ditanamnya tinggal menunggu beberapa hari saja untuk dipanen. Barunta pun harus membersihakn buah tomat tadi sebelum mengalami kerusakan dan gagal panen.
“Apabila tidak dibersihkan, buahnya akan jatuh dan membusuk. Tentunya sangat berpengaruh terhadap penjualan. Apalagi jelang Lebaran saat ini harga tomat mengalami kenaikan harga hingga Rp9.000 per kilogram (kg). Sungguh berat cobaan yang diberikan Tuhan sejak 2010 lalu,” ujar Barunta Tarigan. Barunta juga mengatakan, dengan kondisi seperti itu dirinya berharap - harap cemas menunggu hasil panen. Menu-rutnya, buah tomat sangat sensitif bila terkena debu.
“Sedikit saja kena debu vulkanik, baik buah, batang maupun daun langsung layu,” paparnya. Sementara itu Komandan Komando Resimen Militer (Danrem) 023/Kawal Samudra Kolonel (Inf) Fachri saat meninjau langsung desa relokasi di Siosar, Kecamatan Merek, Sabtu (20/6) meminta Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan Bupati Karo Terkelin Brahmana mempercepat proses pengosongan hutan yang akan digunakan untuk areal perladangan dengan menggunakan 4 sampai 5 perusahaan dalam menebangi pohon.
Pertemuan di Siosar itu juga dihadiri Sekdaprovsu Hasban Ritonga itu terkait persiapan akan digelarnya rapat percepatan pelaksanaan relokasi warga korban erupsi Gunung Sinabung ke Siosar.Serta penetapan status Gunung Sinabung menjadi Awas yang dilaksanakan pada Selasa (22/6) mendatang di Medan bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Marif.
Lebih lanjut Kolonel (Inf) Fachri mengatakan, ada 250 hektare (ha) lahan hutan untuk dijadikan areal perumahan dan 450 ha hutan untuk areal perladangan penduduk.”Saat ini, hanya satu perusahaan saja yang menangani penebangan pohon untuk areal perladangan penduduk. Kalau seperti ini maka ini akan lambat dan menghambat proses relokasi.Sementara warga yang direlokasi tidak mau pindah ke Siosar jika tidak ada lahan untuk bertani.
“Saya minta 4 atau 5 perusahaan yang menangani penebangan pohon untuk lahan pertanian dan sarana jalan. Sehingga TNI dapat bekerja lebih cepat sesuai dengan target yang sudah ditetapkan” jelas Fachri. Dilanjutkannya, warga yang sudah direlokasi ke Siosar sebanyak 50 kepala keluarga (KK) dan sudah diberdayakan untuk bertukang bersama TNI membangun rumah para pengungsi. Namun, mengingat latar belakang para pengungsi bukan bertukang maka pekerjaan mereka tidak maksimal. Untuk itu pengosongan lahan untuk pertanian sangat diperlukan bagi para pengungsi.
Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho yang mendengar penjelasan Danrem meminta kepada Bupati Karo dan Kadis Kehutanan Kabupaten Karo segera menindaklanjuti hal tersebut. “Saya baru saja berdiskusi dengan Danrem dan Bupati Karo di Siosar untuk percepatan relokasi warga tiga desa yaitu Desa Bekerah, Simacem dan Suka Meriah sebanyak 370 rumah. Saat ini sudah 112 rumah selesai dibangun dan sudah diserahkan kepada warga Desa Simacem, 128 rumah sudah dibangun dan 130 rumah untuk tahap ketiga. Direncanakan pada Agustus ini sudah selesai dibangun” ujar Gatot.
Lebih lanjut disampaikan, saat ini sedang didiskusikan izin pemakaian lahan untuk pertanian sehingga para pengungsi dapat segera menempati lahan relokasi. Mengingat selama ini belum efektif dilaksanakan karena lahan untuk pertanian bagi yang direlokasi belum tersedia. Dikatakan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemkab Karo akan bekerja sama meminta kepada BNPB untuk mempercepat proses relokasi.
Sementara berdasarkan data yang diperoleh KORAN SINDO MEDAN dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Desa Ndikum Siroga, Kecamatan Simpang Empat menerangkan, hingga pukul 18.00 WIB, Sabtu (20/6) terjadi enam kali luncuran awan panas guguran ke arah tenggara - selatan dengan jarak luncur 1 - 3 kilometer.
Sementara untuk ketinggian kolom debu erupsi membumbung ke atas langit dengan ketinggian 300 - 1000 meter (m) dan dominan bergerak ke arah timur dan tenggara gunung. Sejak status dinaikkan menjadi awas, aktivitas kegempaan Gunung Sinabung mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama pada gempa guguran, low freqwency , dan hybrid .
Sedangkan data yang dihimpun dari Media Center Pemkab Karo, Pengungsi korban erupsi/ awan panas Sinabung hingga kini berjumlah 9.385 jiwa (2.608 KK) berasal dari 11 desa dan 1 dusun ditempatkan di 10 titik penampungan terpisah.
Riza pinem
Pantauan di lapangan, Sabtu (20/6) lahan pertanian petani yang ditanami cabai, tomat, wortel, jeruk, kubis dan tanaman lainnya tampak tertutup dan mengering akibat timbunan material debu vulkanik. Barunta Tarigan, 26, petani di Desa Gajah, Kecamatan Berastagi ketika ditemui KORAN SINDO MEDAN tampak sedang membersihkan tanaman tomatnya yang diselimuti debu dengan menggunakan peralatan seadanya.
Barunta tidak tahu harus bagaimana lagi menyelamatkan areal perkebunannya akibat dihujani debu vulkanik. Apalagi tomat yang ditanamnya tinggal menunggu beberapa hari saja untuk dipanen. Barunta pun harus membersihakn buah tomat tadi sebelum mengalami kerusakan dan gagal panen.
“Apabila tidak dibersihkan, buahnya akan jatuh dan membusuk. Tentunya sangat berpengaruh terhadap penjualan. Apalagi jelang Lebaran saat ini harga tomat mengalami kenaikan harga hingga Rp9.000 per kilogram (kg). Sungguh berat cobaan yang diberikan Tuhan sejak 2010 lalu,” ujar Barunta Tarigan. Barunta juga mengatakan, dengan kondisi seperti itu dirinya berharap - harap cemas menunggu hasil panen. Menu-rutnya, buah tomat sangat sensitif bila terkena debu.
“Sedikit saja kena debu vulkanik, baik buah, batang maupun daun langsung layu,” paparnya. Sementara itu Komandan Komando Resimen Militer (Danrem) 023/Kawal Samudra Kolonel (Inf) Fachri saat meninjau langsung desa relokasi di Siosar, Kecamatan Merek, Sabtu (20/6) meminta Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho dan Bupati Karo Terkelin Brahmana mempercepat proses pengosongan hutan yang akan digunakan untuk areal perladangan dengan menggunakan 4 sampai 5 perusahaan dalam menebangi pohon.
Pertemuan di Siosar itu juga dihadiri Sekdaprovsu Hasban Ritonga itu terkait persiapan akan digelarnya rapat percepatan pelaksanaan relokasi warga korban erupsi Gunung Sinabung ke Siosar.Serta penetapan status Gunung Sinabung menjadi Awas yang dilaksanakan pada Selasa (22/6) mendatang di Medan bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Marif.
Lebih lanjut Kolonel (Inf) Fachri mengatakan, ada 250 hektare (ha) lahan hutan untuk dijadikan areal perumahan dan 450 ha hutan untuk areal perladangan penduduk.”Saat ini, hanya satu perusahaan saja yang menangani penebangan pohon untuk areal perladangan penduduk. Kalau seperti ini maka ini akan lambat dan menghambat proses relokasi.Sementara warga yang direlokasi tidak mau pindah ke Siosar jika tidak ada lahan untuk bertani.
“Saya minta 4 atau 5 perusahaan yang menangani penebangan pohon untuk lahan pertanian dan sarana jalan. Sehingga TNI dapat bekerja lebih cepat sesuai dengan target yang sudah ditetapkan” jelas Fachri. Dilanjutkannya, warga yang sudah direlokasi ke Siosar sebanyak 50 kepala keluarga (KK) dan sudah diberdayakan untuk bertukang bersama TNI membangun rumah para pengungsi. Namun, mengingat latar belakang para pengungsi bukan bertukang maka pekerjaan mereka tidak maksimal. Untuk itu pengosongan lahan untuk pertanian sangat diperlukan bagi para pengungsi.
Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho yang mendengar penjelasan Danrem meminta kepada Bupati Karo dan Kadis Kehutanan Kabupaten Karo segera menindaklanjuti hal tersebut. “Saya baru saja berdiskusi dengan Danrem dan Bupati Karo di Siosar untuk percepatan relokasi warga tiga desa yaitu Desa Bekerah, Simacem dan Suka Meriah sebanyak 370 rumah. Saat ini sudah 112 rumah selesai dibangun dan sudah diserahkan kepada warga Desa Simacem, 128 rumah sudah dibangun dan 130 rumah untuk tahap ketiga. Direncanakan pada Agustus ini sudah selesai dibangun” ujar Gatot.
Lebih lanjut disampaikan, saat ini sedang didiskusikan izin pemakaian lahan untuk pertanian sehingga para pengungsi dapat segera menempati lahan relokasi. Mengingat selama ini belum efektif dilaksanakan karena lahan untuk pertanian bagi yang direlokasi belum tersedia. Dikatakan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemkab Karo akan bekerja sama meminta kepada BNPB untuk mempercepat proses relokasi.
Sementara berdasarkan data yang diperoleh KORAN SINDO MEDAN dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Desa Ndikum Siroga, Kecamatan Simpang Empat menerangkan, hingga pukul 18.00 WIB, Sabtu (20/6) terjadi enam kali luncuran awan panas guguran ke arah tenggara - selatan dengan jarak luncur 1 - 3 kilometer.
Sementara untuk ketinggian kolom debu erupsi membumbung ke atas langit dengan ketinggian 300 - 1000 meter (m) dan dominan bergerak ke arah timur dan tenggara gunung. Sejak status dinaikkan menjadi awas, aktivitas kegempaan Gunung Sinabung mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama pada gempa guguran, low freqwency , dan hybrid .
Sedangkan data yang dihimpun dari Media Center Pemkab Karo, Pengungsi korban erupsi/ awan panas Sinabung hingga kini berjumlah 9.385 jiwa (2.608 KK) berasal dari 11 desa dan 1 dusun ditempatkan di 10 titik penampungan terpisah.
Riza pinem
(ars)