Ciptakan Mobil Hemat Energi di Tengah Keterbatasan
A
A
A
Penyelenggaraan berbagai kontes mobil hemat energi mendorong mahasiswa teknik terus berkreasi dan berinovasi mempraktikkan ilmu di bangku kuliah. Sebut saja Mobil Horas dan mobil listrik EVET. Keduanya karya mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Sumatera Utara (USU). Namun, Institut Teknologi Medan (ITM) juga punya karya yang tidak kalah mentereng.
Selain berhasil menciptakan mobil hemat energi, berbagai prestasi juga berhasil ditorehkan lewat inovasi mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) ITM. Kendati gagal di ajang Indonesia Energy Marathon Challenge (IEMC) 2013, pada IEMC 2014, tim FT ITM berhasil meraih juara harapan dua tingkat nasional pada ajang Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) di Sirkuit Kenjeren Surabaya kategori mobil urban bensin; juara 1 pada ajang Indonesia Sang Juara di Medan 2014; serta juara satu pada Pekan Pendidikan tingkat Sumatera di Medan tahun 2015.
“Inovasi mobil hemat ini sudah berjalan tiga tahun. Kami memulainya tahun 2013 lalu. Kami sudah mengikuti kompetisi nasional dua kali. Tahun 2013 lalu kami ikut, tapi kalah. Lalu kami melihat peluang besar dan ikut lagi pada KMHE 2014, dan meraih juara harapan II,” ungkap Dosen Pembimbing Tim, Mahyunis, kepada KORAN SINDO MEDAN, belum lama ini, didampingi beberapa anggota tim.
Keberhasilan pada tahun 2014 lalu diraih setelah mobil prototype disel milik FT ITM mencapai finis di lima besar dengan catatan 150 kilometer/liter dan kecepatan maksimal 90 km/jam. Sementara tim dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) saat itu mampu melesat 507 km/liter. Namun, ITM patut berbangga hati.
Di saat tim-tim dari luar Sumatera mampu menciptakan body dan alat pendukung lainnya yang bekerja sama dengan pihak ketiga, ITM harus bekerja sendiri. Mereka memberdayakan peralatan hasil racikan seluruh tim yang terdiri atas 21 orang, baik untuk pembuatan software (perangkat lunak), tools (peralatan), computer engineering (teknik computer), engine division (divisi mesin), serta body (badan) dan electrical (listrik).
Selain itu, di saat beberapa tim menggunakan body dengan mencontoh material body pesawat terbang berharga mahal, Tim Jempol ITM membuatnya dengan bahan pembuat body kapal laut dari kantong sendiri. Tidak mainmain, untuk satu unit mobil prototype disel, ITM harus mengeluarkan modal Rp100 juta yang meliputi bahan-bahan dan komponen pendukung. “Mungkin kalau tim di Jawa itu bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pembuatan body mobil dari bahan pembuat body pesawat, tapi kami membuat sendiri,” kata Mahyunis.
Pembuatan mobil tersebut pun bukannya tanpa kendala. Tim menghadapi kendala teknis seperti kendala injeksi bahan bakar, sehingga tim harus memodifikasi pompa dan transmisi. Sementara kendala nonteknis juga muncul, seperti merenggangnya soliditas tim.
Mahyunis mengakui, membentuk dan menyatukan tim yang terdiri atas banyak kepala bukanlah pekerjaan mudah. Belum lagi soal kedisiplinan tim yang terkadang mengendur. “Tidak gampang membentuk tim untuk bisa saling pengertian. Tetapi permasalahan yang ada lambat-laun bisa kami atasi bersama,” ungkapnya.
Akhir Oktober mendatang, ITM akan kembali mengikuti KMHE 2015, dimana Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jawa Timur, akan menjadi tuan rumah. Kali ini, ITM lewat Tim Mobil Irit I dan Tim Mobil Irit II akan turun di dua kelas, yakni untuk prototype dan untuk urban.
Berbagai pembaharuan sedang dilakukan saat ini, seperti pengurangan bobot kendaraan. Sebab, semakin berat beban, makin besar energi yang dikeluarkan. Tim perlu memikirkan solusi agar kendaraan memiliki bobot ringan, namun mampu menahan beban statis 80 kilogram (kg) dan mampu menahan beban dinamis 160 kg. Selain itu, aerodinamis juga menjadi fokus tim.
Untuk itu, tim tersebut sedang memanfaatkan perangkat lunak guna mendesain body yang mampu membuat udara menjadi gaya dorong yang selanjutnya diaplikasikan lewat pola cetak body . “Intinya, tiap hari ada progress . Apa yang menjadi target itu dibahas bersama,” kata pria asal Bireuen, Aceh itu.
Namun, ada beberapa tahap yang bakal dilalui untuk bisa melangkah ke tahap berikutnya hingga tim akhirnya berangkat ke Malang untuk mengikuti KMHE 2015. Saat ini, tim dari ITM menargetkan lolos dari semua tahap tersebut. “Mudahmudahan kami bisa melewatinya hingga ke tahap akhir,” katanya.
Sementara salah satu anggota tim tersebut, Sandy Prayogi, mengatakan, kendati hadiah yang didapat pada kompetisi tersebut tidak besar, menjadi bagian dari karya ITM tersebut merupakan kebanggaan tersendiri. “Selain punya prestasi dengan ikut dalam tim pembuat mobil hemat energi, tentunya senang karena membuat bangga orang tua,” ungkapnya.
Sementara Ketua Jurusan Teknik Mesin ITM, Nurdiana, mengatakan, mobil hemat energi ITM merupakan salah satu inovasi yang menonjol. Bukan hanya dari sisi penggunaan bahan bakarnya yang irit, namun juga desain konstruksinya seperti kekuatan bahannya.
Untuk mobil hemat energi tersebut, mahasiswa terlibat sepenuhnya dengan mengerjakan berbagai bidang seperti desain konstruksi, perakitan, penghematan bahan bakar hemat. “Berbagai bidang itu yang kami satukan sehingga bisa bekerja dalam tim. Tujuan kami, mahasiswa punya kreativitas dan bisa bertanggung jawab,” katanya.
Sebagai bentuk inovasi yang berkembang, setiap tahun, mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITM akan dilibatkan melanjutkan inovasi-inovasi untuk menjadikan mobil tersebut lebih baik. Untuk itu, anggota tim harus berasal dari semester yang berbeda agar inovasi bisa berkembang.
Selain itu, warisan tersebut bisa diteruskan kendati keterbatasan menjadikan salah satu program kreativitas mahasiswa (PKM) itu tidak melibatkan semua mahasiswa. Saat ini, mahasiswa jurusan Teknik Mesin yang aktif berjumlah 1.200 orang. Untuk satu grup PKM paling banyak diisi lima orang, dan mobil hemat paling hanya ada satu atau dua grup karena terkendala biaya.
Sementara ITM belum memiliki dana talangan dari mana pun. Padahal, untuk membuat satu hingga dua mobil ini mengeluarkan dana cukup besar. “Karena namanya inovasi, biaya coba-cobanya lebih besar. Kami berharap inovasi mahasiswa ini mendapat perhatian dari stakeholder di Medan dan di Pemprov Sumut,” ujarnya.
Syukri amal
Selain berhasil menciptakan mobil hemat energi, berbagai prestasi juga berhasil ditorehkan lewat inovasi mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) ITM. Kendati gagal di ajang Indonesia Energy Marathon Challenge (IEMC) 2013, pada IEMC 2014, tim FT ITM berhasil meraih juara harapan dua tingkat nasional pada ajang Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE) di Sirkuit Kenjeren Surabaya kategori mobil urban bensin; juara 1 pada ajang Indonesia Sang Juara di Medan 2014; serta juara satu pada Pekan Pendidikan tingkat Sumatera di Medan tahun 2015.
“Inovasi mobil hemat ini sudah berjalan tiga tahun. Kami memulainya tahun 2013 lalu. Kami sudah mengikuti kompetisi nasional dua kali. Tahun 2013 lalu kami ikut, tapi kalah. Lalu kami melihat peluang besar dan ikut lagi pada KMHE 2014, dan meraih juara harapan II,” ungkap Dosen Pembimbing Tim, Mahyunis, kepada KORAN SINDO MEDAN, belum lama ini, didampingi beberapa anggota tim.
Keberhasilan pada tahun 2014 lalu diraih setelah mobil prototype disel milik FT ITM mencapai finis di lima besar dengan catatan 150 kilometer/liter dan kecepatan maksimal 90 km/jam. Sementara tim dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) saat itu mampu melesat 507 km/liter. Namun, ITM patut berbangga hati.
Di saat tim-tim dari luar Sumatera mampu menciptakan body dan alat pendukung lainnya yang bekerja sama dengan pihak ketiga, ITM harus bekerja sendiri. Mereka memberdayakan peralatan hasil racikan seluruh tim yang terdiri atas 21 orang, baik untuk pembuatan software (perangkat lunak), tools (peralatan), computer engineering (teknik computer), engine division (divisi mesin), serta body (badan) dan electrical (listrik).
Selain itu, di saat beberapa tim menggunakan body dengan mencontoh material body pesawat terbang berharga mahal, Tim Jempol ITM membuatnya dengan bahan pembuat body kapal laut dari kantong sendiri. Tidak mainmain, untuk satu unit mobil prototype disel, ITM harus mengeluarkan modal Rp100 juta yang meliputi bahan-bahan dan komponen pendukung. “Mungkin kalau tim di Jawa itu bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pembuatan body mobil dari bahan pembuat body pesawat, tapi kami membuat sendiri,” kata Mahyunis.
Pembuatan mobil tersebut pun bukannya tanpa kendala. Tim menghadapi kendala teknis seperti kendala injeksi bahan bakar, sehingga tim harus memodifikasi pompa dan transmisi. Sementara kendala nonteknis juga muncul, seperti merenggangnya soliditas tim.
Mahyunis mengakui, membentuk dan menyatukan tim yang terdiri atas banyak kepala bukanlah pekerjaan mudah. Belum lagi soal kedisiplinan tim yang terkadang mengendur. “Tidak gampang membentuk tim untuk bisa saling pengertian. Tetapi permasalahan yang ada lambat-laun bisa kami atasi bersama,” ungkapnya.
Akhir Oktober mendatang, ITM akan kembali mengikuti KMHE 2015, dimana Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jawa Timur, akan menjadi tuan rumah. Kali ini, ITM lewat Tim Mobil Irit I dan Tim Mobil Irit II akan turun di dua kelas, yakni untuk prototype dan untuk urban.
Berbagai pembaharuan sedang dilakukan saat ini, seperti pengurangan bobot kendaraan. Sebab, semakin berat beban, makin besar energi yang dikeluarkan. Tim perlu memikirkan solusi agar kendaraan memiliki bobot ringan, namun mampu menahan beban statis 80 kilogram (kg) dan mampu menahan beban dinamis 160 kg. Selain itu, aerodinamis juga menjadi fokus tim.
Untuk itu, tim tersebut sedang memanfaatkan perangkat lunak guna mendesain body yang mampu membuat udara menjadi gaya dorong yang selanjutnya diaplikasikan lewat pola cetak body . “Intinya, tiap hari ada progress . Apa yang menjadi target itu dibahas bersama,” kata pria asal Bireuen, Aceh itu.
Namun, ada beberapa tahap yang bakal dilalui untuk bisa melangkah ke tahap berikutnya hingga tim akhirnya berangkat ke Malang untuk mengikuti KMHE 2015. Saat ini, tim dari ITM menargetkan lolos dari semua tahap tersebut. “Mudahmudahan kami bisa melewatinya hingga ke tahap akhir,” katanya.
Sementara salah satu anggota tim tersebut, Sandy Prayogi, mengatakan, kendati hadiah yang didapat pada kompetisi tersebut tidak besar, menjadi bagian dari karya ITM tersebut merupakan kebanggaan tersendiri. “Selain punya prestasi dengan ikut dalam tim pembuat mobil hemat energi, tentunya senang karena membuat bangga orang tua,” ungkapnya.
Sementara Ketua Jurusan Teknik Mesin ITM, Nurdiana, mengatakan, mobil hemat energi ITM merupakan salah satu inovasi yang menonjol. Bukan hanya dari sisi penggunaan bahan bakarnya yang irit, namun juga desain konstruksinya seperti kekuatan bahannya.
Untuk mobil hemat energi tersebut, mahasiswa terlibat sepenuhnya dengan mengerjakan berbagai bidang seperti desain konstruksi, perakitan, penghematan bahan bakar hemat. “Berbagai bidang itu yang kami satukan sehingga bisa bekerja dalam tim. Tujuan kami, mahasiswa punya kreativitas dan bisa bertanggung jawab,” katanya.
Sebagai bentuk inovasi yang berkembang, setiap tahun, mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITM akan dilibatkan melanjutkan inovasi-inovasi untuk menjadikan mobil tersebut lebih baik. Untuk itu, anggota tim harus berasal dari semester yang berbeda agar inovasi bisa berkembang.
Selain itu, warisan tersebut bisa diteruskan kendati keterbatasan menjadikan salah satu program kreativitas mahasiswa (PKM) itu tidak melibatkan semua mahasiswa. Saat ini, mahasiswa jurusan Teknik Mesin yang aktif berjumlah 1.200 orang. Untuk satu grup PKM paling banyak diisi lima orang, dan mobil hemat paling hanya ada satu atau dua grup karena terkendala biaya.
Sementara ITM belum memiliki dana talangan dari mana pun. Padahal, untuk membuat satu hingga dua mobil ini mengeluarkan dana cukup besar. “Karena namanya inovasi, biaya coba-cobanya lebih besar. Kami berharap inovasi mahasiswa ini mendapat perhatian dari stakeholder di Medan dan di Pemprov Sumut,” ujarnya.
Syukri amal
(ftr)