Semua Tebing Pantai Berbahaya
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Ambrolnya tebing sisi barat Pantai Sadranan, Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul harus diwaspadai pengelola dan wisatawan penikmat pantai di seluruh kabupaten ini.
Sebab kondisi tebing pantai di Sadranan karakternya sama dengan tebing objek wisata pantai yang ada di Gunungkidul. Sehingga tebingtebing pantai tersebut rawan ambrol dan membahayakan wisatawan. Untuk memastikan kondisi batuan di Sadranan kemarin tim dari Badan Geologi Nasional turun tangan langsung.
Mereka ikut meneliti kondisi batuan yang ambrol dan menewaskan empat wisatawan tersebut. Ketua tim bencana tanah longsor pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional Herry Purnomo menuturkan, dari penelitian awal yang dilakukan timnya, diketahui batuan yang ambrol karena terjadi proses pelapukan.
Selain itu, kondisi tebing juga banyak terdapat retakan akibat terus tergerus gelombang yang sering kali menerjang tebing. “Ini masih hal wajar karena ada pelapukan. Kebetulan ada warga di bawahnya,” katanya kepada wartawan di Wonosari, kemarin.
Selain di Pantai Sadranan, kondisi bebatuan pinggir pantai di Gunungkidul rata-rata sama. Semua merupakan batuan kapur dan mudah terkikis gelombang air laut. Dengan hantaman gelombang yang terus menerus, dia menambahkan, kondisi tebing akhirnya menjadi cekung. “Cekungan-cekungan itu akan bergetar apabila terkena hantaman gelombang dan lama-lama semakin rapuh. Itu sebabnya ini berbahaya bagi wisatawan,” katanya.
Dari lokasi kejadian, lanjut Herry, bagian yang ambrol merupakan batuan yang sudah retak cukup lama. Retakan tersebut semakin lama semakin lapuk sehingga tidak kuat menahan getaran atau beban gravitasi bumi. “Kalau batuan utamanya masih cukup kuat. Tebing yang ambrol ini karena retakannya sudah lapuk saja,” ulasnya.
Dia berharap Pemkab Gunungkidul mema sang papan larangan berada di bawah tebing-tebing cekung di bibir pantai. Selain itu diperlukan peta kerawanan sehingga diketahui areal yang memiliki kerawanan tinggi atas kejadian yang sama. ”Wisatawan harus dilarang berada di bawah tebing karena tebing tersebut apabila ter kena gelombang akan bergetar. Lama-lama akan ambrol,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul Saryanto mengungkapkan tebing Pantai Sadranan yang longsor merupakan batuan yang terlepas dari bu kit di sampingnya. Ini akibat perekatnya hanya tanah. Dengan kondisi ini, maka kondisi tebing jadi mudah patah. ”Ini memang musibah, tapi semua ter jadi karena batuan hanya direkatkan dengan tanah,” katanya.
Dia berjanji akan memberikan rambu-rambu peringatan di sepanjang tebing yang ada di semua pantai di Gunungkidul. “Memang kami akui banyak wisatawan berteduh saat berkunjung ke pantai. Jadi kami akan pa sang rambu peringatan,” ucapnya. Selain objek wisata pantai, Pemkab Gunungkidul sudah selayaknya memberikan perhatian pada objek wisata alternatif yang ada di kabupaten ini.
Berda sarkan penelusuran KORAN SINDO YOGYA, kecelakaan juga sering terjadi di objek wisata ekstrem semacam susur gua. Jadi sudah saatnya aparat terkait mengaudit keselamatan wisatawan di wilayah ini. Terlebih banyak objek wisata yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
Suharjono
Sebab kondisi tebing pantai di Sadranan karakternya sama dengan tebing objek wisata pantai yang ada di Gunungkidul. Sehingga tebingtebing pantai tersebut rawan ambrol dan membahayakan wisatawan. Untuk memastikan kondisi batuan di Sadranan kemarin tim dari Badan Geologi Nasional turun tangan langsung.
Mereka ikut meneliti kondisi batuan yang ambrol dan menewaskan empat wisatawan tersebut. Ketua tim bencana tanah longsor pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional Herry Purnomo menuturkan, dari penelitian awal yang dilakukan timnya, diketahui batuan yang ambrol karena terjadi proses pelapukan.
Selain itu, kondisi tebing juga banyak terdapat retakan akibat terus tergerus gelombang yang sering kali menerjang tebing. “Ini masih hal wajar karena ada pelapukan. Kebetulan ada warga di bawahnya,” katanya kepada wartawan di Wonosari, kemarin.
Selain di Pantai Sadranan, kondisi bebatuan pinggir pantai di Gunungkidul rata-rata sama. Semua merupakan batuan kapur dan mudah terkikis gelombang air laut. Dengan hantaman gelombang yang terus menerus, dia menambahkan, kondisi tebing akhirnya menjadi cekung. “Cekungan-cekungan itu akan bergetar apabila terkena hantaman gelombang dan lama-lama semakin rapuh. Itu sebabnya ini berbahaya bagi wisatawan,” katanya.
Dari lokasi kejadian, lanjut Herry, bagian yang ambrol merupakan batuan yang sudah retak cukup lama. Retakan tersebut semakin lama semakin lapuk sehingga tidak kuat menahan getaran atau beban gravitasi bumi. “Kalau batuan utamanya masih cukup kuat. Tebing yang ambrol ini karena retakannya sudah lapuk saja,” ulasnya.
Dia berharap Pemkab Gunungkidul mema sang papan larangan berada di bawah tebing-tebing cekung di bibir pantai. Selain itu diperlukan peta kerawanan sehingga diketahui areal yang memiliki kerawanan tinggi atas kejadian yang sama. ”Wisatawan harus dilarang berada di bawah tebing karena tebing tersebut apabila ter kena gelombang akan bergetar. Lama-lama akan ambrol,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul Saryanto mengungkapkan tebing Pantai Sadranan yang longsor merupakan batuan yang terlepas dari bu kit di sampingnya. Ini akibat perekatnya hanya tanah. Dengan kondisi ini, maka kondisi tebing jadi mudah patah. ”Ini memang musibah, tapi semua ter jadi karena batuan hanya direkatkan dengan tanah,” katanya.
Dia berjanji akan memberikan rambu-rambu peringatan di sepanjang tebing yang ada di semua pantai di Gunungkidul. “Memang kami akui banyak wisatawan berteduh saat berkunjung ke pantai. Jadi kami akan pa sang rambu peringatan,” ucapnya. Selain objek wisata pantai, Pemkab Gunungkidul sudah selayaknya memberikan perhatian pada objek wisata alternatif yang ada di kabupaten ini.
Berda sarkan penelusuran KORAN SINDO YOGYA, kecelakaan juga sering terjadi di objek wisata ekstrem semacam susur gua. Jadi sudah saatnya aparat terkait mengaudit keselamatan wisatawan di wilayah ini. Terlebih banyak objek wisata yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat.
Suharjono
(ftr)