Tim Evakuasi Pastikan Hanya Ada 6 Korban

Jum'at, 19 Juni 2015 - 08:47 WIB
Tim Evakuasi Pastikan...
Tim Evakuasi Pastikan Hanya Ada 6 Korban
A A A
GUNUNGKIDUL - Proses evakuasi korban ambrolnya tebing Pantai Sadranan di Desa Sidoharjo, Tepus, akhirnya dihentikan.

Tim gabungan dari Basarnas, SAR Baron, SAR DIY, BPBD Gunungkidul, PMI, dan kepolisian, memastikan tidak ada lagi korban di reruntuhan tebing. Proses evakuasi menggunakan dua alat berat dihentikan sekitar pukul 15.00 WIB kemarin. Tim sebelum memutuskan menghentikan evakuasi telah menggunakan anjing pelacak untuk menyisir kemungkinan masih adanya korban.

Namun, tidak ada tanda-tanda dari anjing pelacak mengetahui keberadaan korban. Begitu juga dengan batu yang berkali-kali dipindahkan juga tidak menunjukkan ada jasad di bawahnya. Kapolres Gunungkidul AKBP Hariyanto mengatakan, setelah melakukan diskusi antartim, semua sepakat tidak ada lagi korban di reruntuhan tebing. Dengan ini dipastikan hanya ada enam korban dari musibah tebing ambrol pada Rabu (17/6) sore tersebut.

Enam korban itu masing-masing dua orang berhasil diselamatkan dan empat korban tewas. “Kami pastikan seluruh korban ada enam, empat di antaranya meninggal dunia,” katanya kepada wartawan, kemarin. Enam orang yang menjadi korban reruntuhan tebing tersebut di antaranya, Karsiyem, warga Dusun Bulu, Desa Bejiharjo Karangmojo, yang mengalami patah di mata kaki sebelah kiri.

Ahmad Taufik (sebelumnya disebutkan Muh Taufik) warga Dusun Logandeng, Ngablak, Srumbung, Muntilan yang mengalami luka di bagian kepala serta patah tulang paha sebelah kiri. Korban lain yang diketahui meninggal dunia, yakni Joko Susanto dan Risa Umami. Keduanya warga Dusun logandeng, Ngablak, Srumbung, Muntilan, Magelang Kemudian Deni Pinci Setiawan serta Tanti Asmawati, pasangan suami istri warga Dusun Kalangan, Sidomulyo, Salaman, Magelang.

Sementara upaya pencarian korban ambrolnya tebing sisi barat Pantai Sadranan di Desa Sidoharjo kemarin dilakukan sejak dini hari sekitar pukul 01.30 WIB. Tetapi upaya pencarian kembali dihentikan sejak pukul 07.00 WIB lantaran air laut pasang. Komandan Basarnas Yogyakarta, Waluyo Rahardjo mengungkapkan, pihaknya berupaya maksimal untuk terus mencari korban. “Kami akan berusaha maksimal. Tadi sekitar pukul 04.30 WIB berhasil ditemukan satu jenazah lagi,” katanya.

Dijelaskannya, dengan kondisi korban yang berada di bawah reruntuhan, pihaknya fokus memecahkan batu. Karena itu, alat pemecah batu digunakan maksimal dalam proses evakuasi ini. Dalam proses evakuasi ini dua alat berat dikerahkan. Tim BPBD juga langsung membuka posko dapur umum untuk melayani relawan makan sahur di lokasi itu.

“Kami siapkan dapur umum, termasuk untuk makan sahur dan keperluan makan bagi mereka yang tidak puasa,” kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Budhi Harjo, kemarin. Pada Rabu malam, Wakil Bupati Gunungkidul Imawan Wahyudi juga menyempatkan datang di lokasi kejadian. Dia menjamin semua korban akan mendapatkan santunan asuransi serta bantuan dari pemkab. “Ini musibah yang tidak kita kehendaki. Kita akan berusaha maksimal memberikan keringanan bagi korban ambrolnya tebing pantai ini,” ucapnya.

Tim DVI Sukses Identifikasi Korban

Sementara Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda DIY bekerja keras mengidentifikasi jenazah. Parahnya kondisi korban yang tidak utuh akibat terkena benturan batu karang membuat proses identifikasi berjalan lama. Namun, semua korban tewas berhasil diidentifikasi.

Kepala Bidang Kedokteran Polda DIY AKBP dr Nyoman Edi mengungkapkan, pihaknya harus teliti mengumpulkan bagian tubuh korban. Karena itu, sidik jari korban dan ciri-ciri lain terus dikumpulkan untuk data penentuan identitas korban. “Kami sudah lakukan upaya identifikasi dan semua berhasil ditelusuri,” katanya.

Untuk mengidentifikasi korban, tim DVI Polda DIY menggunakan dua metode. Metode pertama adalah data medis dan kedua adalah data properti. “Untuk data medis, meliputi ciri-ciri fisik korban, termasuk bekas luka, sidik jari, dan susunan gigi. Kalau data properti adalah perlengkapan yang digunakan korban sebelum kejadian, seperti baju, celana, tas, atau mungkin tato,” katanya.

Peta Bencana Perlu Diupdate

Data peta kebencanaan di DIY perlu di-update. Langkah ini perlu dilakukan agar korban jiwa bisa diminimalisasi. Longsor tebing di Pantai Sadranan Tepus, Gunungkidul, merupakan hal baru yang belum ada sebelumnya. Kepala Badan Penanggungan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi mengakui, Pemda DIY hanya memiliki peta longsor secara umum atau landslide.

Pemda DIY belum memiliki peta tanah longsor spesifik seperti tebing batuan kapur di Pantai Sadranan. “Kami punya peta longsor tapi umum. Yang spesifik seperti yang terjadi di Sadraranan kemarin agak tertinggal,” ujarnya, kemarin. BPBD DIY berencana mendata ulang potensi longsor di DIY yang lebih spesifik. Apa yang terjadi di Pantai Sadranan menjadi motivasi untuk mendata secara komprehensif.

Gatot mengungkapkan, longsor tebing di Pantai Sadranan termasuk baru dan jarang terjadi. Kejadian hampir sama pernah terjadi pada tebing di Pantai Baron beberapa tahun lalu. Longsor di tebing Pantai Baron disebutnya karena faktor gempa, sedangkan longsor di tebing Pantai Sadranan tidak ada pemicunya.

“Yang di Sadranan ini kan tidak ada pemicunya tiba-tiba ambrol,” ujarnya. BPBD DIY akan berkoordinasi dengan instansi-instansi lain untuk mendata ulang peta longsor di DIY. Termasuk di sepanjang pantai DIY.

Suharjono/ Ridwan anshori
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1139 seconds (0.1#10.140)