Ekspor Peci Taliban Terhenti

Jum'at, 19 Juni 2015 - 08:47 WIB
Ekspor Peci Taliban Terhenti
Ekspor Peci Taliban Terhenti
A A A
BANTUL - Krisis yang terjadi di Afghanistan akibat munculnya gerakan ISIS, membuat para perajin peci rajut di Kabupaten Bantul merana.

Sebab, akibat krisis yang terjadi tersebut, puluhan ribu peci produksi mereka tak bisa dikirim. Padahal mereka sudah mengeluarkan modal untuk pengadaan bahan serta ongkos produksi yang tidak sedikit. Salah seorang perajin peci di Dusun Bedukan, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Turadi mengatakan, sejak krisis Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mendera negara-negara di Timur Tengah, sedikit demi sedikit memang mengakibatkan ekspor peci produksi perajin di dusunnya mulai berkurang.

Salah satu model yang dahulu menjadi andalan ekspor ke Timur Tengah khususnya Afghanistan yaitu model Taliban, tak lagi bisa dijual ke luar negeri. “Memang sangat berdampak. Peci saya yang model Taliban, sama sekali tidak laku. Laku pun satu dua dibeli oleh orang sekitar sini,” katanya, kemarin.

Ekspor peci Taliban produksi dua perajin di Dusun Bedukan sama sekali terhenti di awal tahun ini. Jumlahnya lumayan banyak karena bisa mencapai puluhan ribu. Akibatnya, sejumlah perajin yang lain mengalami kerugian yang cukup besar. Namun dia sendiri mengklaim kerugiannya tidak begitu besar karena yang tidak bisa dikirim jumlahnya hanya ribuan.

Keadaan ini sebenarnya sedikit tertolong dengan datangnya Ramadan. Sebab, tiga bulan menjelang Lebaran, permintaan peci untuk pasar Indonesia mengalami peningkatan. Setiap menjelang Bulan Suci Ramadan, banyak pedagang grosir dari seluruh Tanah Air membeli produk yang dibuat oleh para pekerjanya. “Saya sebulan mampu memproduksi peci sekitar 1.500 buah,” katanya.

Untuk memenuhi pesanan tersebut, ia dibantu oleh sekitar 25 orang ibu rumah tangga yang berada di sekitar rumahnya. Berbagai macam peci ia produksi mulai model Taliban, Aceh, Kopiah, dan peci-peci sesuai dengan pesanan pembeli. Harganya pun sangat variatif, mulai dari Rp10.000 hingga Rp75.000 per buah.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulistyanto mengakui, ada beberapa komoditas ekspor ke negara Timur Tengah yang diproduksi oleh warga Bantul terpuruk akibat krisis yang terjadi di kawasan tersebut. Hanya saja, selama ini ia tidak mengetahui secara pasti berapa yang terdampak.

Menurutnya, salah satu kelemahan para perajin di Bantul ketika mendapatkan order untuk ekspor, jarang dengan perjanjian hitam di atas putih. Sehingga hal tersebut sering membuat posisi para perajin lemah ketika akan diperjuangkan kepada buyer-nya.

Erfanto linangkung
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6086 seconds (0.1#10.140)