Sudah 10.714 Jiwa Dievakuasi ke Tempat Pengungsian

Rabu, 17 Juni 2015 - 11:08 WIB
Sudah 10.714 Jiwa Dievakuasi...
Sudah 10.714 Jiwa Dievakuasi ke Tempat Pengungsian
A A A
KARO - Dua pekan status Gunung Sinabung dinaikkan ke level IV (Awas), sebanyak 10.714 jiwa dari 11 desa dan satu dusun dievakuasi ke sepuluh titik pengungsian di Kabanjahe, Kabupaten Karo.

Para pengungsi itu terdiri atas 315 kepala keluarga (KK) warga Desa Guru Kinayan; 297 KK warga Desa Tiga Pancur; 76 KK warga Desa Pintu Mbesi; 105 KK warga Desa Sukanalu; 135 KK warga Desa Berastepu; 412 KK warga Desa Sigaranggarang; 182 KK warga Desa Jeraya; 666 KK warga Desa Kuta Rakyat; 265 KK warga Desa Mardinding; 133 KK warga Desa Kuta Tengah; serta 290 KK warga Desa Kuta Gugung dan Dusun Lau Kawar.

Adapun jumlah warga yang menempati posko Lau Buah Batu Karang ada 882 jiwa; Paroki Katolik Kabanjahe 974 jiwa; Gedung KNPI Kabanjahe 756 jiwa; Gedung Serbaguna GBKP Kabanjahe 454 jiwa; Jambur Sempajaya 1.462 jiwa; Gudang Jeruk Surbakti 660 jiwa; Gedung BPPT Jambur Tongkoh dan Tahura 2.728 jiwa; Jambur Korpri 1.200 jiwa; Jambur Tanjung Mbelang 948 jiwa; dan Gedung GPDI Ndokum Siroga 650 jiwa.

Informasi yang diperoleh dari MediaCenterPemkabKaro, proses evakuasi dilaksanakan mulai Rabu (3/6) terhadap warga Desa Gurukinayan, Berastepu, Tiga Pancur, dan Pintu Mbesi. Sementara penduduk desa lainnya diungsikan bertahap sesuai dengan ancaman aktivitas Gunung Api Sinabung.

Seiring peningkatan aktivitas serta ancaman bahaya, warga Desa Mardinding, Kuta Tengah, Jeraya, Kuta Gugung, Kuta Rayat, Sigarang-garang, dan Dusun Lau Kawar pada Senin(15/6) sore hingga Selasa (16/6) pukul 01.30 WIB, terpaksa dijemput pihak berwenang dari kediaman masing-masing menuju kamp penampungan sementara. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, Arif mengatakan, hingga kemarin aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi sehingga area permukiman ataupun aktivitas penduduk harus disterilisasi.

Ini untuk meminimalkan korban jiwa ataupun ancaman serius lainnya. Menurut dia, hingga kemarin petang terjadi enam kali awan panas guguran dengan jarak luncur 2.000-3.000 meter ke arah tenggara. Tinggi kolom debu 1.000-2.500 meter bergerak ke timur seiring arah angin. Akibatnya, Kota Berastagi dan sekitarnya diselimuti debu vulkanik.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tim satgas penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung terus meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga yang mengungsi. Anak-anak pengungsi yang akan bersekolah diantar jemput dengan menggunakan truk milik Kodim 0205/Tanah Karo.

Adapun kebutuhan yang mendesak bagi pengungsi adalah makanan, air bersih, fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK), selimut, serta makanan bayi. Menurut dia, sejak statusnya dinaikkan menjadi “Awas” pada Selasa (2/6) pukul 23.00 WIB, aktivitas Gunung Sinabung terus meningkat sehingga rutin mengeluarkan erupsi dan luncuran awan panas.

Peningkatan aktivitas Gunung Sinabung menyebabkan bertambahnya area yang harus dikosongkan, yaitu 7 km di sisi tenggara dan selatan dari puncak kawah gunung tersebut. Sementara sejumlah pengungsi berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah atau instansi terkait lainnya. Mengingat minimnya fasilitas serta kondisi yang memprihatinkan di sejumlah posko penampungan.

“Semalam (15/6) kami dievakuasi dari kampung sekitar pukul 19.00 WIB. Tiba di tempat penampungan pukul 22.00 WIB. Tidak ada logistik sehingga harus menahan lapar hingga beberapa jam. Saat itu kondisi psikologis kami masih terganggu karena terkejut dijemput mendadak dengan menggunakan truk sampah milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkab Karo,” ungkap J Tarigan, 45, warga Kuta Gugung di kamp penampungan Korpri, kemarin.

Pemerhati sosial Karo, Bukti Ginting Babo, mengamati kondisi yang dialami ribuan pengungsi korban erupsi merupakan hal berulang-ulang dari masa ke masa. Karena dalam setiap ada peningkatan status Gunung Sinabung tampak jelas tidak ada kesiapan dan program matang diperlihatkan Pemkab Karo dalam menanggulangi bencana.

“Sesuai rekomendasi PVMBG tertanggal 2 Juni 2015 pukul 23.00 WIB lalu, masyarakat yang berdiam di radius 5 kilometer dari puncak kawah dan 7 kilometer khusus arah selatan- tenggara bukaan kawah (jalur luncuran awan panas/ guguran lava) harus diungsikan menghindari ancaman bahaya. Dari tanggal dikeluarkannya rekomendasi hingga kemarin sudah lebih 10 hari.

Jadi, di mana persiapan pemkab sehingga warga yang diungsikan harus menunggu jatah makan,” kata dia. Menurut Babo, fasilitas di seluruh titik penampungan juga semestinya dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Sebab proses evakuasi itu sudah 99% harus dilakukan karena tinggal menunggu hari sesuai ancaman Sinabung. Mengapa ketika bahaya sudah dekat baru diungsikan, mengapa tidak beberapa hari pascakeluar rekomendasi PVMBG posko disiapkan agar warga tidak kocar-kacir.

“Masalah ini berlangsung sejak letusan 2010 lalu. Mengapa Pemkab Karo tidak pernah mau berbenah ke arah lebih baik. Ini pelajaran sangat berharga bagi kita. Di tengah pemilukada yang akan tiba di depan mata, marilah memilih secara bijak terhadap calon pemimpin Karo ke depan. Gunakan hati dan logika agar tidak terjebak dalam tipu muslihat,” katanya.

Riza pinem
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8036 seconds (0.1#10.140)