KKN UGM Raih Juara UNESCO
A
A
A
YOGYAKARTA - Kegiatan KKN PPM (kuliah kerja nyata pengabdian pada masyarakat) mahasiswa UGM berhasil meraih juara II pada US Federation UNESCO Clubs (USFUCA) Worldwide Multimedia Competition 2015 .
Berlokasi di Pulau Manyaifun, Raja Ampat, Papua Barat, 30 mahasiswa tersebut berhasil membangun panel surya sebagai sumber energi listrik warga. “Penghargaan ini memang hanya atas nama saya karena kom petisi tidak diperuntukkan bagi kelompok, tapi individu. Namun, video yang saya kirim kan merupakan kegiatan kelompok KKN PPM kami,” ujar mahasiswa Farmasi angkatan 2011 UGM, Agam Budi Satria, kemarin.
Ditemui di kampus setempat, Agam menjelaskan, KKN PPM di Papua Barat telah mereka lakukan pada Juli-Agustus 2014. Semua kegiatan mereka meng upayakan sumber energi di pulau terpencil tersebut di kemas menjadi sebuah video ber durasi tiga menit. Kegiatan pe masangan panel surya di Pulau Manyaifun sendiri men jadi pilihan mereka karena kehi dupan warga yang masih tanpa listrik.
“Panel surya di sana cukup pen ting karena pasokan listrik sa ngat terbatas. Itu pun meng g nakan diesel yang kita tahu tidak ramah lingkungan. Belum lagi butuh biaya besar yang war ga kumpulkan untuk membeli solar. Kebetulan tema kom petisi tahun ini adalah Year of Light, jadi cocok dengan kegiatan kami,” paparnya.
Pemasangan panel surya di Manyaifun, kata Agam, selain bermanfaat untuk penerangan warga, juga membantu kesukses an program rumah belajar yang mereka lakukan di sana. Menurutnya, pendidikan di sana perlu ditunjang sumber listrik agar anak-anak bisa belajar pada malam hari. “Bisa dikatakan pendidikan di Manyaifun masih sangat ku rang. Di sekolah pun anak-anak baru akan belajar jika ada guru. Jika tidak, mereka hanya akan bermain. Karena tidak ada penerangan, malam pun me reka tidak bisa belajar,” tuturnya.
Agam menuturkan, kompetisi internasional tersebut diikuti ratusan pemuda dari 78 negara dalam tiga kategori, yaitu umur 11-15 tahun, 16-20 tahun, dan 20-24 tahun. Peserta ditantang untuk berinovasi dalam memanfaatkan teknologi sustainable berbasis cahaya yang dapat digunakan bagi pendidikan, pertanian, kesehatan, maupun energi. Mahasiswa Fisipol angkatan 2011, Fitria Ananta Respati, teman sekelompok Agam saat KKN PPM, mengatakan, dokumentasi kegiatan mereka memang dibuat dalam dua versi, yakni video dan buku. Bukunya telah di-launching dengan judul Jejak Kaki di Ujung Timur Negeri , Manyaifun.
“Buku ini juga ber kisah tentang semua kegiatan KKN PPM kami, mulai per siap an sam pai kembali ke kampus. Kami tentu bangga kegiatan kami bisa di apresiasi UNESCO,” katanya.
Ratih keswara
Berlokasi di Pulau Manyaifun, Raja Ampat, Papua Barat, 30 mahasiswa tersebut berhasil membangun panel surya sebagai sumber energi listrik warga. “Penghargaan ini memang hanya atas nama saya karena kom petisi tidak diperuntukkan bagi kelompok, tapi individu. Namun, video yang saya kirim kan merupakan kegiatan kelompok KKN PPM kami,” ujar mahasiswa Farmasi angkatan 2011 UGM, Agam Budi Satria, kemarin.
Ditemui di kampus setempat, Agam menjelaskan, KKN PPM di Papua Barat telah mereka lakukan pada Juli-Agustus 2014. Semua kegiatan mereka meng upayakan sumber energi di pulau terpencil tersebut di kemas menjadi sebuah video ber durasi tiga menit. Kegiatan pe masangan panel surya di Pulau Manyaifun sendiri men jadi pilihan mereka karena kehi dupan warga yang masih tanpa listrik.
“Panel surya di sana cukup pen ting karena pasokan listrik sa ngat terbatas. Itu pun meng g nakan diesel yang kita tahu tidak ramah lingkungan. Belum lagi butuh biaya besar yang war ga kumpulkan untuk membeli solar. Kebetulan tema kom petisi tahun ini adalah Year of Light, jadi cocok dengan kegiatan kami,” paparnya.
Pemasangan panel surya di Manyaifun, kata Agam, selain bermanfaat untuk penerangan warga, juga membantu kesukses an program rumah belajar yang mereka lakukan di sana. Menurutnya, pendidikan di sana perlu ditunjang sumber listrik agar anak-anak bisa belajar pada malam hari. “Bisa dikatakan pendidikan di Manyaifun masih sangat ku rang. Di sekolah pun anak-anak baru akan belajar jika ada guru. Jika tidak, mereka hanya akan bermain. Karena tidak ada penerangan, malam pun me reka tidak bisa belajar,” tuturnya.
Agam menuturkan, kompetisi internasional tersebut diikuti ratusan pemuda dari 78 negara dalam tiga kategori, yaitu umur 11-15 tahun, 16-20 tahun, dan 20-24 tahun. Peserta ditantang untuk berinovasi dalam memanfaatkan teknologi sustainable berbasis cahaya yang dapat digunakan bagi pendidikan, pertanian, kesehatan, maupun energi. Mahasiswa Fisipol angkatan 2011, Fitria Ananta Respati, teman sekelompok Agam saat KKN PPM, mengatakan, dokumentasi kegiatan mereka memang dibuat dalam dua versi, yakni video dan buku. Bukunya telah di-launching dengan judul Jejak Kaki di Ujung Timur Negeri , Manyaifun.
“Buku ini juga ber kisah tentang semua kegiatan KKN PPM kami, mulai per siap an sam pai kembali ke kampus. Kami tentu bangga kegiatan kami bisa di apresiasi UNESCO,” katanya.
Ratih keswara
(ftr)