Ganjar Minta Angka Kematian Ibu Hamil Nol

Jum'at, 12 Juni 2015 - 09:47 WIB
Ganjar Minta Angka Kematian Ibu Hamil Nol
Ganjar Minta Angka Kematian Ibu Hamil Nol
A A A
SUKOHARJO - Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo meminta pemerintah kabupaten/kota bekerja keras men jadikan angka kematian ibu hamil menjadi nol. Pada 2014 lalu, angka kematian ibu hamil cukup tinggi, mencapai 711 kasus.

Menurut Ganjar, dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Ja - teng pada 2014, perbandingan kasus kematian ibu hamil mencapai 126,55 per 100.000 ke - lahiran dengan jumlah meninggal dunia mencapai 711 orang. Angka tersebut naik jika dibandingkan pada 2013 yang mencapai 675 orang meninggal du nia. “Pertanyaannya, kok naik? Harusnya bisa turun,” ujar Gan jar saat acara “Ngopi Bersama Gubernur” di Pendopo Keca mat an Sukoharjo Kota, kemarin.

Penyebab kematian ibu hamil cukup banyak, mulai dari karena pendarahan, infeksi, darah tinggi dalam kehamilan, hingga preeklamsia. Dilihat dari penolong persalinan, kata Ganjar, pada 2013 yang dibantu dukun mencapai 2% dan tahun 2014 turun menjadi 1%. Sementara yang mendapat pertolongan oleh bidan sebesar 22% dan dokter 77%. “Tahun ini saya waswas yang ke dukun kembali naik karena batu akik sedang ngetren,” ujar Ganjar disambut gelak tawa hadirin.

Dalam acara tersebut, Ganjar juga memaparkan tempat lokasi ibu hamil meninggal. Sesuai data ibu hamil meninggal di jalan sebesar 11%, meninggal di ru mah 10%, di puskesmas 2%, dan di rumah sakit 82%. Masih tingginya bumil meninggal di jalan membuat Ganjar berpikir apakah karena jalan yang rusak atau jalan macet sehingga terlambat penanganan. Sejumlah kader posyandu maupun bidan desa pun menyampaikan pengalamannya. Seperti yang disampaikan ka der Posyandu Kecamatan Baki Haryani.

Dia mengatakan, untuk tahun 2015 ini belum ada kasus bumil meninggal dunia. Na - mun, pada tahun-tahun sebelumnya pernah ada kasus ibu hamil meninggal. “Kasus ibu hamil me ninggal tersebut karena yang bersangkutan menderita tensi tinggi saat kandungan menginjak usia delapan bulan,” ujarnya. Kader Posyandu dari Kecamatan Weru Panut dalam ke - sempatan sama juga menyampaikan jika peran bidan desa sangat besar.

Karena itu, dirinya meminta kepada gubernur agar bidan desa tidak digeser tiap tiga tahun sekali. Dia berharap bidan desa menetap di satu wilayah sehingga benar-benar mengenal wilayahnya, khususnya untuk memantau perkembangan ibu hamil. “Saya juga mohon pada Gubernur untuk memperhatikan kesejahteraan bidan desa. Kalau perlu bisa diangkat jadi PNS,” ujarnya.

Kader posyandu dari Kecamatan Nguter Irawan mengungkapkan, tahun 2014 lalu, ada satu kasus bumil meninggal dunia di Kecamatan Nguter. Menurutnya, penyebab kematian tersebut tidak lepas dari masalah yang dialami bumil bersangkutan serta keterlambatan penanganan.

Setelah mendengar cerita dari para kader posyandu dan bidan desa, Ganjar meminta ban tuan semua pihak untuk me nekan angka kematian bumil menjadi nol. Karena itu, dia meminta para kader dan bidan desa untuk selalu “nginceng wong meteng” (memantau orang hamil).

Sumarno
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9007 seconds (0.1#10.140)