Pedagang Duku Beralih Menjual Batu Akik

Kamis, 11 Juni 2015 - 08:38 WIB
Pedagang Duku Beralih...
Pedagang Duku Beralih Menjual Batu Akik
A A A
BATURAJA - Fenomena batu akik ternyata ternyata berdampak bagi pedagang buah di sepanjang Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Baturaja-Muaraenim, tepatnya di Desa Karangendah, Kecamatan Baturaja Barat.

Kalau sebelumnya, pondok-pondok di wilayah tersebut hanya terlihat dagangan buah duku. Tapi sejak musim batu akik, pemandangan di seluruh lapak di daerah tersebut berubah wujud dari duku menjadi bebatuan. Ternyata, para pedagang mengaku mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp200.000 per hari dari menjual batu. Sudah tentu, sasaran pembeli batu akik, yakni pengguna jalan lintas yang dari luar OKU.

Pembelinya, bukan hanya warga Sumsel, melainkan ada juga dari warga provinsi tetangga bahkan pulau Jawa. "Sehari kami dapat lumayan besar. Dibanding jual buah duku, jauh lebih besar jual bahan batu aki kini. Dulu kami memang jual buah duku di sini. Karena musim buah duku sudah tidak lagi, kami berali kejual bahan batu akik," kata Udin,35, pedagang batu akik, di pondok terbuat dari kayu beratap daun, kemarin.

Bapak dari tiga anak itu menceritakan, batu akik yang dijualnya berasal dari bermacam-macam kecamatan. Mulai dari Lengkiti, yang terkenal batu spritus dan lavender, hingga batu akik bergambar dan warnawarni dipinggiran Sungai Ogan. "Kami jual tidak mahal-mahal. Untuk batu bongkahan ukuran kecil dijual Rp5.000-Rp10.000 perbiji.

Sementara, untuk ukuran super atau sebesar bola volly dijual sekitar Rp50.000-Rp100.000. Harga ini untuk batu akik biasa. Untuk harga spritus dan lavender ukuran kecil dijual Rp50.000-Rp100.000. Sementara untuk ukuran besar harga bisa sampai jutaan rupiah," jelasnya. Aisyah,45, pedagang batu akik lainnya di daerah yang sama, mengaku sengaja tidak menjual batu akik yang sudah di poles.

Sebab barang jadi susah di jual. Batu yang mereka pasarkan pun bermacam-macam. Mulai dari Lavender, Spritus, Badar, Kinyang, Sulaiman, Kecubung Wulung, Black Jade, Bungor Lesung Bindang dan beberapa jenis batu Sungai Ogan berwarna. "Kalau batu yang sudah jadi peminatnya sedikit. Pembeli lebih senang beli bahan. Membeli bahan jauh lebih murah dibanding beli bahan yang sudah di asah siap pakai.

"Semua bahannya diminati. Namun, yang paling diminati pembeli, yakni batu jenis kecubung wulung, Spritus, Lavender dan Badar," ungkapnya. Pantauan di lapangan, sedikitnya ada belasan pondok-pondok yang berjejeran di kawasan Baturaja Barat dan Kecamatan Semidangaji. Pondok-pondok tersebut, umumnya men jadi tempat warga setempat berjualan buah duku, yang langsung dipetik dari kebunnya.

Terpisah, Seketaris Camat Baturaja Barat, Tommy Hermanto mengatakan, masyarakat memang memanfaatkan momen dari fenomena batu akik ini . Kebetulan musim buah sepi. Karena pedagang batu akik sifatnya hanya musiman, jadi untuk pendataan belum dilakukan.

"Ini sebenarnya bukan wewenang kecamatan, tapi Disprindagkop dan UKM untuk pemberdayaan dan peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat pedagang. Namun sebagai pemerintah kecamatan, kita tetap berupaya dan melakukaan koor dinasi dengan dinas terkait untuk memperhatikan para pedagang batu akik," pungkasnya.

Ibrahim arsyad
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1234 seconds (0.1#10.140)