Psikolog Nilai Pelaku Pembunuhan Angeline Psikopat
A
A
A
DEPOK - Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta menuturkan, pelaku pembunuh Angeline dinilai memiliki perilaku psikopat karena memiliki motif yang sangat kuat hingga tega memperkosa dan menghabisi nyawa bocah berusia delapan tahun itu.
Namun motifnya apa masih perlu dilakukan pendalaman apakah soal materi atau hal lain. "Motifnya untuk menghilangkan jejak mungkin karena anak ini dianggap penghalang sehingga merasa perlu dihilangkan," kata Shinta, Rabu (10/6/2015).
Pelaku, kata dia, bisa bertindak seperti itu karena dilandasi oleh kepribadian yang psikosis atau cara berfikir yang tidak pada umumnya. (Baca juga : Agus Pembantu Ibu Angkat Angeline Ditetapkan Tersangka).
Sehingga ketika pelaku memiliki motif kuat terhadap suatu hal kemudian melihat adanya hambatan maka dia akan memilih jalan pintas yang menurutnya masuk akal. "Pikirannya (jalan pikirnya) tidak seperti orang pada umumnya," timpalnya.
Aully juga mengingatkan seharusnya ketika bersedia mengangkat anak maka harus disertai konsekuensi logis yaitu merawatnya dengan baik.
Bagi ibu (orang tua) yang tidak matang secara psikologis maka kehadiran anak angkat belum tentu mudah diterima.
"Mungkin ada perasaaan bukan anaknya tapi kok dia harus mengurus. Karena yang diinginkan mungkin hanya ayahnya tapi ternyata ada anak yang dibawa. Kalau tidak disikapi secara matang maka bisa timbul rasa benci terhadap anak itu," tandasnya.
Namun motifnya apa masih perlu dilakukan pendalaman apakah soal materi atau hal lain. "Motifnya untuk menghilangkan jejak mungkin karena anak ini dianggap penghalang sehingga merasa perlu dihilangkan," kata Shinta, Rabu (10/6/2015).
Pelaku, kata dia, bisa bertindak seperti itu karena dilandasi oleh kepribadian yang psikosis atau cara berfikir yang tidak pada umumnya. (Baca juga : Agus Pembantu Ibu Angkat Angeline Ditetapkan Tersangka).
Sehingga ketika pelaku memiliki motif kuat terhadap suatu hal kemudian melihat adanya hambatan maka dia akan memilih jalan pintas yang menurutnya masuk akal. "Pikirannya (jalan pikirnya) tidak seperti orang pada umumnya," timpalnya.
Aully juga mengingatkan seharusnya ketika bersedia mengangkat anak maka harus disertai konsekuensi logis yaitu merawatnya dengan baik.
Bagi ibu (orang tua) yang tidak matang secara psikologis maka kehadiran anak angkat belum tentu mudah diterima.
"Mungkin ada perasaaan bukan anaknya tapi kok dia harus mengurus. Karena yang diinginkan mungkin hanya ayahnya tapi ternyata ada anak yang dibawa. Kalau tidak disikapi secara matang maka bisa timbul rasa benci terhadap anak itu," tandasnya.
(sms)