BTPN Bantu Pensiunan Tetap Produktif
A
A
A
KULONPROGO - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah dan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
Keterlibatan langsung dalam memberdayakan nasabah, diyakini menjadi kunci pertumbuhan kinerja bisnis yang prima dan berkelanjutan. “Model bisnis kami implementasikan dengan mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk dan layanan kegiatan sehari-hari. Kedua misi itulah yang akan tercermin dalam Daya,” kata Regional Governance Head BTPN Purna Bhakti wilayah Jawa Tengah, Hari Suseno di sela-sela pelatihan usaha budidaya jamur di Pedukuhan IV, Kanoman Panjatan, kemarin.
Kegiatan ini diikuti puluhan nasabah BTPN yang mayoritas adalah para pensiunan. Melalui program seperti ini diharapkan bisa mendapat inspirasi memilih kegiatan untuk mengisi masa pensiun. Daya, kata Hari, merupakan program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan. Ada tiga pilar program yaitu Daya Sehat, Daya Tumbuh Usaha, dan Daya Tumbuh Komunitas. Program itulah yang diterapkan BTPN Purna Bhakti yang menggandeng nasabah pensiunan.
“Penerima manfaat BTPN Purna Bakti di DIY saat ini telah mencapai 30.000 orang,” katanya. Dalam kegiatan pelatihan usaha, BTPN mengajak nasabah untuk berkunjung ke lokasi budidaya jamur. Nasabah diajarkan cara memulai usaha beberapa jenis jamur yang ada. Nasabah diharapkan bisa tetap produktif dan sejahtera. Pemilik Jamur Julira sekaligus nasabah BPTN, Subandi mengatakan, setelah pensiun dia menekuni usaha membuat media pembuatan jamur merang, jamur kuping, dan jamur lingzhi.
Dari usaha ini dia mampu memperoleh omzet hingga Rp18 juta dalam satu bulan. Bahkan Subandi juga menciptakan lapangan kerja. “Setelah pensiun, saya tetap produktif dan percaya kalau itu jadi kunci sehat dan sejahtera di usia senja,” kata Subandi yang merupakan pensiunan di lingkungan Pemkab Kulonprogo. Subandi lalu mengungkapkan, bibit jamur yang dia kembangkan di baglog buatannya berasal dari wilayah Sleman.
Baglog yang telah berusia satu bulan kemudian dipasarkan ke wilayah Bantul, Gunungkidul, dan Klaten. “Kalau sekitar Kulonprogo, pemasarannya ke beberapa kelompok wanita tani (KWT),” katanya. Salah seorang peserta, Bambang, mengaku tertarik dengan budidaya jamur seperti itu.
Sebagai pensiunan di Kota Yogyakarta, dia setiap hari bekerja sebagai tenaga pemasaran dengan keluarganya. Sehingga dia inginmengembangkannyamenjadi keripik jamur. “Kalau jamur itu diolah menjadi keripik, ini sangat menarik,” ujarnya.
Kuntadi
Keterlibatan langsung dalam memberdayakan nasabah, diyakini menjadi kunci pertumbuhan kinerja bisnis yang prima dan berkelanjutan. “Model bisnis kami implementasikan dengan mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk dan layanan kegiatan sehari-hari. Kedua misi itulah yang akan tercermin dalam Daya,” kata Regional Governance Head BTPN Purna Bhakti wilayah Jawa Tengah, Hari Suseno di sela-sela pelatihan usaha budidaya jamur di Pedukuhan IV, Kanoman Panjatan, kemarin.
Kegiatan ini diikuti puluhan nasabah BTPN yang mayoritas adalah para pensiunan. Melalui program seperti ini diharapkan bisa mendapat inspirasi memilih kegiatan untuk mengisi masa pensiun. Daya, kata Hari, merupakan program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan. Ada tiga pilar program yaitu Daya Sehat, Daya Tumbuh Usaha, dan Daya Tumbuh Komunitas. Program itulah yang diterapkan BTPN Purna Bhakti yang menggandeng nasabah pensiunan.
“Penerima manfaat BTPN Purna Bakti di DIY saat ini telah mencapai 30.000 orang,” katanya. Dalam kegiatan pelatihan usaha, BTPN mengajak nasabah untuk berkunjung ke lokasi budidaya jamur. Nasabah diajarkan cara memulai usaha beberapa jenis jamur yang ada. Nasabah diharapkan bisa tetap produktif dan sejahtera. Pemilik Jamur Julira sekaligus nasabah BPTN, Subandi mengatakan, setelah pensiun dia menekuni usaha membuat media pembuatan jamur merang, jamur kuping, dan jamur lingzhi.
Dari usaha ini dia mampu memperoleh omzet hingga Rp18 juta dalam satu bulan. Bahkan Subandi juga menciptakan lapangan kerja. “Setelah pensiun, saya tetap produktif dan percaya kalau itu jadi kunci sehat dan sejahtera di usia senja,” kata Subandi yang merupakan pensiunan di lingkungan Pemkab Kulonprogo. Subandi lalu mengungkapkan, bibit jamur yang dia kembangkan di baglog buatannya berasal dari wilayah Sleman.
Baglog yang telah berusia satu bulan kemudian dipasarkan ke wilayah Bantul, Gunungkidul, dan Klaten. “Kalau sekitar Kulonprogo, pemasarannya ke beberapa kelompok wanita tani (KWT),” katanya. Salah seorang peserta, Bambang, mengaku tertarik dengan budidaya jamur seperti itu.
Sebagai pensiunan di Kota Yogyakarta, dia setiap hari bekerja sebagai tenaga pemasaran dengan keluarganya. Sehingga dia inginmengembangkannyamenjadi keripik jamur. “Kalau jamur itu diolah menjadi keripik, ini sangat menarik,” ujarnya.
Kuntadi
(ars)