Sejumlah Wanita Aceh Ini Berburu Butiran Emas di Sungai
A
A
A
MEULABOH - Sejumlah wanita di Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat, Aceh rela berkubang dalam air dan teriknya matahari untuk mencari butiran emas dari sungai yang mengalir di daerahnya.
Untuk mengumpulkan butiran emas mereka cukup memakai alat tradisional yang terbuat dari kayu.
Warga Aceh menyebutkan dengan indang. Caranya dengan menggoyangkan pasir di atas dulang atau indang dan diberi air untuk memisahkan pasir dengan serbuk-serbuk emas yang diambil dari dasar sungai.
Dengan mendulang emas seperti ini menurut warga ramah lingkungan dan tidak merusak sehingga emas di daerah tersebut tak akan habisnya.
Setelah lima menit di dasar dulang terlihat warna kuning emas pun terlihat dengan hati-hati mereka memindahkannya ke wadah khusus.
Biasanya warga mendapat Rp50.000 hingga Rp100.000 namun tergantung banyaknya serbuk emas yang didapat. Jika sepi terkadang ibu-ibu ini hanya mendapat Rp25.000 perhari.
Seperti yang diakui Salmi setiap harinya dia mendapat butiran emas senilai Rp25.000 demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski uang segitu tak cukup dia tetap berjuang untuk bisa bertahan hidup.
Sebelumnya Salmi berprofesi sebagai tukang jahit. Dia terpaksa beralih untuk mendulang emas karena lebih menjanjikan, walaupun hasilnya tak sebanding.
Sementara itu Idah warga setempat mengatakan, mendulang emas ini sudah menjadi tradisi warga yang tidak memiliki kerjaan tetap semuanya turun ke sungai untuk mengumpulkan serbuk emas.
Meskipun ekonomi terjepit warga setempat enggan menggunakan alat yang merusak lingkungan seperti menggunakan air raksa.
Sebab menurut dia air raksa bisa memusnahkan bibit emas dan tercemarnya sungai di wilayah itu.
Untuk mengumpulkan butiran emas mereka cukup memakai alat tradisional yang terbuat dari kayu.
Warga Aceh menyebutkan dengan indang. Caranya dengan menggoyangkan pasir di atas dulang atau indang dan diberi air untuk memisahkan pasir dengan serbuk-serbuk emas yang diambil dari dasar sungai.
Dengan mendulang emas seperti ini menurut warga ramah lingkungan dan tidak merusak sehingga emas di daerah tersebut tak akan habisnya.
Setelah lima menit di dasar dulang terlihat warna kuning emas pun terlihat dengan hati-hati mereka memindahkannya ke wadah khusus.
Biasanya warga mendapat Rp50.000 hingga Rp100.000 namun tergantung banyaknya serbuk emas yang didapat. Jika sepi terkadang ibu-ibu ini hanya mendapat Rp25.000 perhari.
Seperti yang diakui Salmi setiap harinya dia mendapat butiran emas senilai Rp25.000 demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski uang segitu tak cukup dia tetap berjuang untuk bisa bertahan hidup.
Sebelumnya Salmi berprofesi sebagai tukang jahit. Dia terpaksa beralih untuk mendulang emas karena lebih menjanjikan, walaupun hasilnya tak sebanding.
Sementara itu Idah warga setempat mengatakan, mendulang emas ini sudah menjadi tradisi warga yang tidak memiliki kerjaan tetap semuanya turun ke sungai untuk mengumpulkan serbuk emas.
Meskipun ekonomi terjepit warga setempat enggan menggunakan alat yang merusak lingkungan seperti menggunakan air raksa.
Sebab menurut dia air raksa bisa memusnahkan bibit emas dan tercemarnya sungai di wilayah itu.
(sms)