Berkelahi dengan Warga Thailand, Remaja Kendal Dibuang ke Laut
A
A
A
BANTUL - Seorang Anak Buah Kapal (ABK) asal Kendal, Jawa Tengah, ditemukan mengapung di tengah laut. Laki-laki asal Tegal bernama Didik Miftaful Arifin (16) ini pertama ditemukan oleh Riyanto Akip Saputro dan Fajar Haryadi.
"Saya sama Fajar berusaha mengangkatnya. Lantas kami lapor ke Posko SAR," paparnya, kepada wartawan, Jumat (5/6/2015).
Ditambahkan dia, saat itu dia bersama dengan rekannya Fajar sedang berjalan-jalan di tepi Pantai Parangkusumo, lantas melihat korban mengapung di tengah laut berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Setelah sampai di pinggir pantai, korban lantas berteriak-teriak minta tolong. Keduanya langsung berusaha menolong korban.
"Korban ditemukan sudah dalam keadaan lemah dan terlalu banyak minum air laut. Petugas SAR Pantai Parangtritis yang mengevakuasi nampaknya tak sanggup menangani korban," terangnya.
Setelah berhasil dievakuasi, korban dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Rachma Husada, di Jalan Parangtritis, KM 13.
Saat kondisinya mulai pulih, Didik Miftahul Arifin (16) mengaku tinggal di Dusun Masiran, Desa Kaligading, RT 3/2, Kecamatan Bajo Kendal, Kabupaten Kendal.
Dia mengaku dibuang oleh kapal berbendera Indonesia, KM Merdeka Indah. Dia bersama 24 ABK yang lain baik Warga Negara Indonesia (WNI) ataupun Warga Negara Asing (WNA).
"Kami berangkat dari Toli-Toli, Sulawesi, dengan tujuan Pontianak. Kami Mengangkut bambu," paparnya.
Nahas, saat di tengah laut korban bertengkar dengan ABK warga negara Thailand. Korban kemudian dibuang ke tengah laut dan terapung-apung di tengah laut dan akhirnya terdampar di Pantai Parangkusumo.
Dia mengaku terapung-apung di tengah laut selama 12 hari tanpa pelampung dan hanya mengandalkan jaket parasut yang dia kenakan.
Berdasarkan pengamatannya, di kapal tersebut ada 20 orang WNA masing-masing 10 orang warga Thailand dan 10 orang warga Malaysia. Sementara empat orang lainnya warga Indonesia.
"Saat itu, saya hanya mengandalkan air hujan dan air laut. Pikiran saya pasti mati," pungkasnya.
"Saya sama Fajar berusaha mengangkatnya. Lantas kami lapor ke Posko SAR," paparnya, kepada wartawan, Jumat (5/6/2015).
Ditambahkan dia, saat itu dia bersama dengan rekannya Fajar sedang berjalan-jalan di tepi Pantai Parangkusumo, lantas melihat korban mengapung di tengah laut berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Setelah sampai di pinggir pantai, korban lantas berteriak-teriak minta tolong. Keduanya langsung berusaha menolong korban.
"Korban ditemukan sudah dalam keadaan lemah dan terlalu banyak minum air laut. Petugas SAR Pantai Parangtritis yang mengevakuasi nampaknya tak sanggup menangani korban," terangnya.
Setelah berhasil dievakuasi, korban dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Rachma Husada, di Jalan Parangtritis, KM 13.
Saat kondisinya mulai pulih, Didik Miftahul Arifin (16) mengaku tinggal di Dusun Masiran, Desa Kaligading, RT 3/2, Kecamatan Bajo Kendal, Kabupaten Kendal.
Dia mengaku dibuang oleh kapal berbendera Indonesia, KM Merdeka Indah. Dia bersama 24 ABK yang lain baik Warga Negara Indonesia (WNI) ataupun Warga Negara Asing (WNA).
"Kami berangkat dari Toli-Toli, Sulawesi, dengan tujuan Pontianak. Kami Mengangkut bambu," paparnya.
Nahas, saat di tengah laut korban bertengkar dengan ABK warga negara Thailand. Korban kemudian dibuang ke tengah laut dan terapung-apung di tengah laut dan akhirnya terdampar di Pantai Parangkusumo.
Dia mengaku terapung-apung di tengah laut selama 12 hari tanpa pelampung dan hanya mengandalkan jaket parasut yang dia kenakan.
Berdasarkan pengamatannya, di kapal tersebut ada 20 orang WNA masing-masing 10 orang warga Thailand dan 10 orang warga Malaysia. Sementara empat orang lainnya warga Indonesia.
"Saat itu, saya hanya mengandalkan air hujan dan air laut. Pikiran saya pasti mati," pungkasnya.
(san)