Rintis Bisnis Salon Mobil dari Garasi Rumah
A
A
A
Menyalurkan hobi tidak melulu menghamburkan uang. Bagi Bramono Hanindito, hobi otomotif yang dijalani sejak belia justru menginspirasinya untuk dikembangkan jadi lahan bisnis.
Dia kemudian mendirikan bisnis salon dan cuci mobil yang dirintis sejak mahasiswa. Bramono mengaku suka otomotif, terutama mobil, sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia sering bongkar pasang onderdil untuk merawat tunggangannya itu. Dia berprinsip jika sebuah mobil tidak dirawat dengan baik akan merepotkan pemiliknya. Karena alasan itu, Bramono lalu merintis usaha salon dan cuci mobil. Meski dijalani sendiri, lambat laun usahanya semakin berkembang dan omzetnya pun terus meningkat. Dari hobinya itu, kini justru membuahkan rezeki.
“Karena saya memang punya hobi otomotif, otomatis saya juga bisa merawat mobil. Kemudian saya ajak satu teman untuk membuka usaha ini dengan memanfaatkan teman-teman yang tergabung di komunitas mobil,” kata pria yang akrab disapa Dito ini. Pria kelahiran Semarang, 6 Maret 1990 ini menuturkan, usaha salon dan cuci mobil awalnya hanya kecil-kecilan. Dia memulai dari garasi rumahnya sendiri di daerah Gombel Permai Raya No 14 Semarang.
Meski belum pernah memiliki pengalaman sebelumnya, tapi ia yakin menjalani bisnis tersebut. “Kalau tidak salah sekitar tahun 2011 lalu,” paparnya. Tak disangka, usaha yang diberi label Autocare66 ini terus berkembang dan jumlah pelanggannya terus meningkat. Tempat yang tersedia tidak lagi mampu menampung mobil-mobil pelanggannya. “Kebetulan ayah saya memiliki lahan kosong di Jalan Durian Raya Semarang. Maka pada pertengahan 2012, kami putuskan untuk berwirausaha di sini,” ungkap Dito.
Untuk membuka usaha salon dan cuci mobil, Bramono awalnya merogoh kocek sekitar Rp4 juta untuk modal dari tabungan pribadinya. Dari awalnya hanya memiliki karyawan satu orang, kini bertambah menjadi lima orang. Saking ramainya pelanggan yang ingin menggunakan jasanya, terkadang bahkan sampai menolak karena lahan yang tersedia tidak dapat menampung dalam satu waktu.
“Karyawan-karyawan itu saya didik sendiri dan saya ajari dari awal. Hal ini saya lakukan untuk mempertahankan kualitas jasa kami. Maklum saja, bisnis salon mobil belum begitu populer di Kota Semarang,” kata sulung tiga bersaudara ini. Tak berpuas di situ, Dito mulai merambah bisnis kecilkecilan untuk menunjang usaha utamanya. Di tempat yang sama, dia juga membuka bisnis jual-beli pelek mobil orisinal. Selain itu, juga menyediakan barang meubel yang merupakan usaha asli ayahnya.
“Kebetulan bapak saya adalah pengusaha meubel. Sisa-sisa barang yang diekspor saya taruh di sini. Siapa tahu ada yang berminat,” ujarnya. Dito mengaku masih mempunyai obsesi ke depan menjadi pengusaha besar dan sukses. Dia ingin membuka banyak cabang di beberapa tempat sehingga dapat membuka lapangan kerja bagi orang lain.
“Semua itu membutuhkan lahan yang luas dan modal yang tidak sedikit. Dengan kerja keras, saya yakin segalanya dapat terwujud,” kata lulusan Teknik Elektro Undip Semarang ini.
Amin Fauzi
Kota Semarang
Dia kemudian mendirikan bisnis salon dan cuci mobil yang dirintis sejak mahasiswa. Bramono mengaku suka otomotif, terutama mobil, sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia sering bongkar pasang onderdil untuk merawat tunggangannya itu. Dia berprinsip jika sebuah mobil tidak dirawat dengan baik akan merepotkan pemiliknya. Karena alasan itu, Bramono lalu merintis usaha salon dan cuci mobil. Meski dijalani sendiri, lambat laun usahanya semakin berkembang dan omzetnya pun terus meningkat. Dari hobinya itu, kini justru membuahkan rezeki.
“Karena saya memang punya hobi otomotif, otomatis saya juga bisa merawat mobil. Kemudian saya ajak satu teman untuk membuka usaha ini dengan memanfaatkan teman-teman yang tergabung di komunitas mobil,” kata pria yang akrab disapa Dito ini. Pria kelahiran Semarang, 6 Maret 1990 ini menuturkan, usaha salon dan cuci mobil awalnya hanya kecil-kecilan. Dia memulai dari garasi rumahnya sendiri di daerah Gombel Permai Raya No 14 Semarang.
Meski belum pernah memiliki pengalaman sebelumnya, tapi ia yakin menjalani bisnis tersebut. “Kalau tidak salah sekitar tahun 2011 lalu,” paparnya. Tak disangka, usaha yang diberi label Autocare66 ini terus berkembang dan jumlah pelanggannya terus meningkat. Tempat yang tersedia tidak lagi mampu menampung mobil-mobil pelanggannya. “Kebetulan ayah saya memiliki lahan kosong di Jalan Durian Raya Semarang. Maka pada pertengahan 2012, kami putuskan untuk berwirausaha di sini,” ungkap Dito.
Untuk membuka usaha salon dan cuci mobil, Bramono awalnya merogoh kocek sekitar Rp4 juta untuk modal dari tabungan pribadinya. Dari awalnya hanya memiliki karyawan satu orang, kini bertambah menjadi lima orang. Saking ramainya pelanggan yang ingin menggunakan jasanya, terkadang bahkan sampai menolak karena lahan yang tersedia tidak dapat menampung dalam satu waktu.
“Karyawan-karyawan itu saya didik sendiri dan saya ajari dari awal. Hal ini saya lakukan untuk mempertahankan kualitas jasa kami. Maklum saja, bisnis salon mobil belum begitu populer di Kota Semarang,” kata sulung tiga bersaudara ini. Tak berpuas di situ, Dito mulai merambah bisnis kecilkecilan untuk menunjang usaha utamanya. Di tempat yang sama, dia juga membuka bisnis jual-beli pelek mobil orisinal. Selain itu, juga menyediakan barang meubel yang merupakan usaha asli ayahnya.
“Kebetulan bapak saya adalah pengusaha meubel. Sisa-sisa barang yang diekspor saya taruh di sini. Siapa tahu ada yang berminat,” ujarnya. Dito mengaku masih mempunyai obsesi ke depan menjadi pengusaha besar dan sukses. Dia ingin membuka banyak cabang di beberapa tempat sehingga dapat membuka lapangan kerja bagi orang lain.
“Semua itu membutuhkan lahan yang luas dan modal yang tidak sedikit. Dengan kerja keras, saya yakin segalanya dapat terwujud,” kata lulusan Teknik Elektro Undip Semarang ini.
Amin Fauzi
Kota Semarang
(ars)