Penipuan di Angkot Kian Meresahkan

Kamis, 04 Juni 2015 - 10:27 WIB
Penipuan di Angkot Kian...
Penipuan di Angkot Kian Meresahkan
A A A
MEDAN - Pelayanan angkutan umum di Kota Medan masih jauh dari kenyamanan. Banyak penumpang mengeluhkan maraknya aksi kejahatan di dalam angkutan kota (angkot). Banyak modus penipuan, bahkan sampai pemerasan dialami penumpang. Seperti yang diungkapkan Dina, warga Jalan Simalingkar, baru-baru ini teman laki-lakinya mengalami kejadian yang tidak baik saat naik angkutan umum.

Temannya diikuti oleh dua orang laki-laki saat masuk ke angkutan umum. Parahnya, meskipun sopir mengetahui kedua laki-laki yang mengikuti temannya adalah penjahat yang berupaya memeras penumpang, dia malah diam saja. “Seperti sudah kompak antara sopir dan dua laki-laki yang mengikuti teman saya di angkot itu. Penumpang lain sudah turun.

Teman saya itu tidak bisa bergerak, karena kebetulan dia baru pulang berobat. Teman saya awalnya memberi uang Rp5.000, dua laki-laki itu tidak mau. Hingga akhirnya, mereka berhasil meminta Rp300.000 dari teman saya,” katanya. Menurutnya, kejadian ini merupakan salah satu modus penipuan yang dilakukan pelaku kriminal di angkutan umum.

Instansi terkait seperti Dinas Perhubungan Kota Medan dan pihak kepolisian diminta harus turun tangan untuk menertibkan tindakan kriminal di angkutan umum. Karena, kejadian tersebut sangat meresahkan penumpang. “Itu kejadiannya siang hari dan dialami laki-laki. Bagaimana kalau kejadiannya malam hari dan dialami perempuan? Ini sangat menakutkan, kami jadi takut naik angkutan. Saya sendiri, sebagai pelanggan angkutan umum jadi takut naik angkot.

Sekarang lebih memilih naik becak atau taksi,” ujarnya. Tidak hanya dari sisi kenyamanan dan keamanan, lanjut Dina, banyak penumpang termasuk dirinya yang meresahkan sikap sopir yang tidak ramah kepada penumpang. Parahnya lagi, ada supir yang menentukan tarif ongkos sesuka hatinya saja.

“Yang paling menyebalkan adalah ketika kembalian ongkos sengaja dikurangi dan sopir berlagak acuh, atau kadang-kadang supirnya malah mengomel. Minggu lalu, saya melihat ada lima anak muda sangat kesal, karena uang Rp50.000 dikembalikan Rp10.000. Harusnya, kata mereka kembaliannya Rp25.000.

Saya juga, yang harusnya kembali Rp1.000, hanya dikembalikanpecahanlogam. Ini bukan soal pelit atau lainnya. Kami kan membayar sesuai tarif, seharusnya dikembalikan sesuai ongkos yang berlaku,” ujarnya. Hal sama dikatakan Ifa, warga Jalan Jamin Ginting. Menurutnya, pelayanan di angkutan umum yang paling parah adalah prilaku sopir yang suka ugal-ugalan dan sering membentak penumpang.

Menurutnya, keamanan dan kenyamanan di ruang publik termasuk di angkot merupakan hal penting, tapi pengambil keputusan tidak peduli.

Eko agustyo fb
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1343 seconds (0.1#10.140)