Masa Depan Pemain Persib Hancur

Rabu, 03 Juni 2015 - 11:42 WIB
Masa Depan Pemain Persib...
Masa Depan Pemain Persib Hancur
A A A
BANDUNG - Liga domestik Tanah Air yang dibekukan Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) membuat sejumlah pemain profesional Persib Bandung kecewa. Mereka mengaku konflik antara Kemenpora dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) hingga berujung pemberian sanksi oleh FIFA kepada sepak bola Indonesia telah merusak cita-cita dan kariernya.

Kemelut pascasanksi FIFA juga tak hanya berdampak terhadap ribuan pemain, tapi juga Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar. Umuh memastikan diri mun dur dari jabatannya sebagai Komisaris PT Liga Indonesia yang dijabatnya sejak 1 Februari 2015. Pemain Persib Bandung Firman Utina mengaku geram dengan kondisi yang terjadi didunia sepak bola Indonesia saat ini.

Perselisihan tersebut telah menghilangkan mata penca harian seluruh pemain sepak bola dan semua pihak yang terlibat dalam dunia sepak bola. “Sepak bola ini hobi dan sudah termasuk mata pencaharian keluarga kami. Dalam sepak bola itu 11 lawan 11, tapi kami tidak me rasa sulit memainkannya. Sekarang konflik bapak berdua (Menpora dan PSSI) sudah merusak citacita kami, hobi kami, termasuk mata pencaharian kami. Mana nuraninya?” kata Firman.

Dia mengaku sanksi FIFA ter hadap Indonesia juga telah menghambat cita-cita kariermasa depannya sebagai pelatih. Ren cana untuk mengikuti dunia kepelatihan pada 1-13 Juni 2015 itu gagal karena sanksi FIFA yang diterima Indonesia. Kursus kepelatihan C AFC yang digelar di National Youth Training Centre (NYTC), Sawangan, Depok, itu tidak bisa berlangsung karena persoalan sanksi.

“Ya rencana tersebut tidak bisa dilanjutkan akibat sanksi ini,” ucapnya. Menurut Firman, dampak dari sanksi tersebut secara otomatis menghentikan segala kegiatan PSSI, baik itu event yang di ikuti Tim Na sio nal (tim nas) Indonesia, klub-klub Indonesia, juga ajang kepelatihan yang besertifikat AFC. “Tanggal 1 Juni 2015 jadwal pe ngambilan kepelatihan lisensi C AFC.

Semangat peserta untuk mengambil kursus ini sangat diharapkan agar suatu saat melatih kelak bisa menciptakan pemain-pemain muda yang ber bakat dari daerahnya masing-masing. Tapi begitu masuk ruangan kelas, tiba-tiba instruktur dari Singapura yang diutus AFC mengatakan kepelatihan ditunda akibat belum dicabutnya izin (pembekuan PSSI) dari Pak Menpora,” ujar Fir man.

Pengumuman yang dilakukan rupanya membuat seluruh peserta menghela napas yang panjang, sebagai bentuk kekecewaannya. “Di saat kami main, kami banting tulang bawa nama bangsa ini dan kami ikhlas serta tidak pernah buka tangan minta upah dari bapak (pemerintah),” tuturnya.

Firman sangat berharap, permasalahan yang dialami kubu Menpora dan PSSI segera terselesaikan sehingga tidak ada lagi pihak-pihak yang dirugikan. Sementara itu, sanksi FIFA yang dijatuhkan kepada PSSI mengundang keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk para seniman Kota Bandung. Kemarin, sejumlah seniman dan budayawan Kota Bandung menggelar ritual mendoakan agar kisruh sepak bola negeri ini segera berakhir.

Di depan patung legenda sepak bola Ajat Sudrajat, Jalan Tam blong, para seniman yang tergabung dalam Gawe Bareng Rawayan Seniman Bandung (RSB), Lokra, Reak Tibelat, dan sejumlah seniman lainnya berkumpul untuk memulai ritual sederhana dengan makna yang mendalam. Berbagai macam sesaji seperti bunga tujuh rupa, dupa, kemenyan, dan yang paling menarik adalah satu buah bola sebagai simbol olah raga terpopuler ini menjadi pelengkap proses ritual bertajuk ngalokat mere kedeweng (keras kepala).

Mengawali ritual, para seniman yang mayoritas menggunakan baju hitam saling duduk bersila menghadap kearah patung manusia yang sedang bermain bola di salah satu sudut Kota Bandung. Mereka memanjatkan doa dengan penuh kekhusukan berharap kisruh sepak bola yang terjadi dapat segera berakhir. Wangi dupa dan kemenyan mulai tercium, menambah kesakalan ritual yang dilakukan.

Salah satu seniman besar Kota Bandung Tisna Sanjaya yang ikut dalam kegiatan tersebut me nggambar kesedihan masya rakat dan pecinta sepak bola melalui lukisan abstrak tentang kisruh sepak bola ini. “Sepak bola itu bukan hanya sekadar permainan, tapi sepak bola adalah nilai-nilai spiritual. Lewat sepak bola kita cinta alam, tanah, dan rumput,” katanya.Tisna yang juga gemar dengan olahraga sepak bola mengaku sedih melihat kondisi saat ini.

Kisruh sepak bola yang terjadi sebagai bentuk aku mulasi tidak becusnya pemerintah mengurus negara berpenduduk lebih dari 200 juta orang ini. “Kami betul-betul sedih melihat persepakbolaan yang di sank sioleh FIFA. Ini adalah akumulasi dari kealfaan kita semua,” ucapnya. Di lokasi yang sama, seniman lainnya Abah Nanu menilai pemerintah dalam hal ini Menpora tidak memiliki perasaan.

Jatuhnya sanki FIFA disebabkan keegoisan para pe mangku kepentingan negara ini. Ribuan pencinta sepak bola begitu sakit atas jatuhnya sanksi FIFA terhadap PSSI. Ratusan ribu pesepak bola terancam men jadi pengangguran atas sanksi ini. “(Menpora) Tidak punya perasaan. Bayangkan me reka (para pesepak bola) mau makan apa. Mereka (di sepak bola) mencari kehidupan,” ujarnya.

Abah Nanu berharap kisruh sepak bola ini dapat segera berakhir. Dia dan para seniman Kota Bandung lainnya hanya bisa berdoa agar Menpora segera sadar atas kekeliruannya. “Saya sebagai seniman sangat prihatin. Bayangkan berapa ribu orng yang mencari nafkah di main bola. Menpora harus sadar, kami doakan sadar atas kekeliruannya,” pungkasnya.

Muhammad ginanjar/ mochamad solehudin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4753 seconds (0.1#10.140)