Kegiatan Tri Suci Waisak Berlangsung Hikmat
A
A
A
MEDAN - Ribuan umat Buddha merayakan Waisak 2559 BE di Vihara Indonesia Theravada Buddhist Centre (ITBC), Jalan Cemara Boulevard Utara, Komplek Cemara Asri Medan, kemarin. Sementara bagi warga Medan yang tidak merayakan Imlek, memilih berlibur di ke luar kota dan pusat-pusat perbelanjaan modern (mal).
Dalam kegiatan Tri Suci Waisak tahun ini, sejumlah rangkaian kegiatan telah dipersiapkan, di antaranya Pindapatta, Fang Shen atau pelepasan satwa, Puja Bhatti, Prosesi Lilin, dan Visudhi Tisarana, yang kesemuanya berlangsung dengan hikmat. Rangkaian perayaan Tri Suci Waisak dimulai sejak pukul 06.00 WIB.
Diawali dengan menggelar Pindapatta, yakni memberikan kesempatan kepada umat untuk berdana bagi para Bikkhu. “Dalam Pindapatta, para Bhikkhu juga bisa menerima dan menyantap apa yang telah diberikan oleh umat. Dan selebihnya yang didapatkan bisa disumbangkan ke panti asuhan, diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan karena hasil dari Pindapatta itu tidak sedikit,” ujar Humas Vihara ITBC, Alain Surya, kemarin.
Setelah Pindapatta, dilanjutkan dengan acara lomba, seperti lompa cerdas cermat, baca Paritta, ceramah dhamma, melukis dan mewarnai. Tepat pada pukul 12.30 WIB, para umat Buddha bersama-bersama melakukan pelepasan satwa Fang Shen. “Ini adalah salah satu pemberian yang besar, memberikan kehidupan bagi makhluklain.
Kitamelepassatwa yang sudah dalam kondisi kritis, mungkin mau dibunuh atau diperdagagangkan kami memliki sebuah tekat melepasnya, agar merekaterbebasdialamluas. Apa yang kita lakukan itu akan kita petik buahnya,” jelasnya. Di tempat yang sama, Kepala Vihara ITBC, Bhikkhu Khemanando Thera, mengungkapkan, peringatan hari Tri Suci Waisak 2559/2015 bukan hanya untuk mengingat tiga peristiwa penting yang terjadi sekitar 26 abad lalu.
Akan tetapi untuk mengaplikasikan serta mengekspresikan apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha agar menjauhi segala bentuk tindak kejahatan. “Kejahatan bukan ajaran Buddha. Dengan mempraktekkan dhamma dalam kehidupan sehari-hari, berarti kita menghindari segala bentuk kejahatan.
Kita juga harus mengendalikan pikiran kita, agar apa yang kita harapkan dalam kehidupan kita hari ini betul-betul dapat terealisasi dengan baik,” paparnya. Menurut Bhikku Khemanando Thera, Dhamma Pelindung Dunia merupakan dua intisari dari ajaran agama Buddha, yakni Hiri.
Hiri merupakan rasa malu berbuat jahat. “Jika setiap orang memiliki rasa malu berbuat jahat maka tindakan mereka, pikiran mereka, ucapan mereka, akan dapat terkendali dengan baik. Makanyarasamaluinijugamampu memberikan sumbangsih besar bagi kehidupan masyarakat,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Bhikku Khemanandu Thera juga mengimbau kepada umat Buddha Kota Medan dan sekitarnya untuk bersama-sama bangkit, mengembangkan keyakinan terhadapBuddha, DhammadanSangha. “Dengan rasa malu dan takut, kita bersama-sama membangun kualitas batin, moral untuk diri, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara.
Saya yakin dengan kualitas batin yang baik, moral yang baik, negara kita akan aman dan sejahtera,” pungkasnya. Penumpang KA Naik 20% Di sisi lain, banyak warga Medan sengaja memanfaatkan libur Waisak kemarin untuk pulang kampung atau berlibur di luar kota.
Hal ini terlihat dari peningkatan penumpangkereta api. Menurut catatan pihak Stasiun Besar Kereta Api Medan, penumpang kereta api kemarin meningkat hingga 20% dibanding hari biasa. “Dari jumlah itu, penumpang yang paling banyak adalah tujuan Tanjungbalai. Kalau hari biasanya, tempat duduknya banyak yang kosong, tapi hari libur seperti hari ini (libur Waisak), tempat duduknya penuh,” ujar Humas PT KAI Divre Sumut dan Aceh, Rapino Situmorang. Menurut dia, peningkatan penumpang dikarenakan banyak masyarakat yang memanfaatkan liburan di luar kota.
Mereka sengaja menggunakan moda transportasi kerata api karena ongkosnya murah. Tidak hanya di stasiun kereta api, keramaian juga tampak di mal. Ribuan pengunjung tampak memadati sejumlah mal di Medan, kemarin. Suasana berbeda justru tampak di jalanan, di mana suasana Kota Medan sangat lengang. Sejumlah rumah toko di beberapa ruas jalan banyak yang tutup.
Seperti di Jalan Djamin Gintings, Jalan Gatot Subroto, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Lapangan Merdeka, Jalan Putri Hijau, Jalan Balai Kota, Jalan MT Haryono, Jalan Cirebon, Jalan Surabaya, Jalan Serdang, Jalan Thamrin, dan Jalan Aksara.
Dicky irawan/ eko agustyo fb
Dalam kegiatan Tri Suci Waisak tahun ini, sejumlah rangkaian kegiatan telah dipersiapkan, di antaranya Pindapatta, Fang Shen atau pelepasan satwa, Puja Bhatti, Prosesi Lilin, dan Visudhi Tisarana, yang kesemuanya berlangsung dengan hikmat. Rangkaian perayaan Tri Suci Waisak dimulai sejak pukul 06.00 WIB.
Diawali dengan menggelar Pindapatta, yakni memberikan kesempatan kepada umat untuk berdana bagi para Bikkhu. “Dalam Pindapatta, para Bhikkhu juga bisa menerima dan menyantap apa yang telah diberikan oleh umat. Dan selebihnya yang didapatkan bisa disumbangkan ke panti asuhan, diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan karena hasil dari Pindapatta itu tidak sedikit,” ujar Humas Vihara ITBC, Alain Surya, kemarin.
Setelah Pindapatta, dilanjutkan dengan acara lomba, seperti lompa cerdas cermat, baca Paritta, ceramah dhamma, melukis dan mewarnai. Tepat pada pukul 12.30 WIB, para umat Buddha bersama-bersama melakukan pelepasan satwa Fang Shen. “Ini adalah salah satu pemberian yang besar, memberikan kehidupan bagi makhluklain.
Kitamelepassatwa yang sudah dalam kondisi kritis, mungkin mau dibunuh atau diperdagagangkan kami memliki sebuah tekat melepasnya, agar merekaterbebasdialamluas. Apa yang kita lakukan itu akan kita petik buahnya,” jelasnya. Di tempat yang sama, Kepala Vihara ITBC, Bhikkhu Khemanando Thera, mengungkapkan, peringatan hari Tri Suci Waisak 2559/2015 bukan hanya untuk mengingat tiga peristiwa penting yang terjadi sekitar 26 abad lalu.
Akan tetapi untuk mengaplikasikan serta mengekspresikan apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha agar menjauhi segala bentuk tindak kejahatan. “Kejahatan bukan ajaran Buddha. Dengan mempraktekkan dhamma dalam kehidupan sehari-hari, berarti kita menghindari segala bentuk kejahatan.
Kita juga harus mengendalikan pikiran kita, agar apa yang kita harapkan dalam kehidupan kita hari ini betul-betul dapat terealisasi dengan baik,” paparnya. Menurut Bhikku Khemanando Thera, Dhamma Pelindung Dunia merupakan dua intisari dari ajaran agama Buddha, yakni Hiri.
Hiri merupakan rasa malu berbuat jahat. “Jika setiap orang memiliki rasa malu berbuat jahat maka tindakan mereka, pikiran mereka, ucapan mereka, akan dapat terkendali dengan baik. Makanyarasamaluinijugamampu memberikan sumbangsih besar bagi kehidupan masyarakat,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Bhikku Khemanandu Thera juga mengimbau kepada umat Buddha Kota Medan dan sekitarnya untuk bersama-sama bangkit, mengembangkan keyakinan terhadapBuddha, DhammadanSangha. “Dengan rasa malu dan takut, kita bersama-sama membangun kualitas batin, moral untuk diri, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara.
Saya yakin dengan kualitas batin yang baik, moral yang baik, negara kita akan aman dan sejahtera,” pungkasnya. Penumpang KA Naik 20% Di sisi lain, banyak warga Medan sengaja memanfaatkan libur Waisak kemarin untuk pulang kampung atau berlibur di luar kota.
Hal ini terlihat dari peningkatan penumpangkereta api. Menurut catatan pihak Stasiun Besar Kereta Api Medan, penumpang kereta api kemarin meningkat hingga 20% dibanding hari biasa. “Dari jumlah itu, penumpang yang paling banyak adalah tujuan Tanjungbalai. Kalau hari biasanya, tempat duduknya banyak yang kosong, tapi hari libur seperti hari ini (libur Waisak), tempat duduknya penuh,” ujar Humas PT KAI Divre Sumut dan Aceh, Rapino Situmorang. Menurut dia, peningkatan penumpang dikarenakan banyak masyarakat yang memanfaatkan liburan di luar kota.
Mereka sengaja menggunakan moda transportasi kerata api karena ongkosnya murah. Tidak hanya di stasiun kereta api, keramaian juga tampak di mal. Ribuan pengunjung tampak memadati sejumlah mal di Medan, kemarin. Suasana berbeda justru tampak di jalanan, di mana suasana Kota Medan sangat lengang. Sejumlah rumah toko di beberapa ruas jalan banyak yang tutup.
Seperti di Jalan Djamin Gintings, Jalan Gatot Subroto, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Lapangan Merdeka, Jalan Putri Hijau, Jalan Balai Kota, Jalan MT Haryono, Jalan Cirebon, Jalan Surabaya, Jalan Serdang, Jalan Thamrin, dan Jalan Aksara.
Dicky irawan/ eko agustyo fb
(ftr)