Warga Majalengka Blokade Pintu Masuk Tol Cikapali
A
A
A
MAJALENGKA - Puluhan warga Desa Bongas Kulon, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka memblokade ruas Jalan tol Cikampek-Palimanan (Cikapali) tepatnya di pintu masuk gerbang tol Sumberjaya Majalengka atau Kilometer 147.
Penutupan ruas jalan sejak Minggu (31/5/2015) pagi sekitar jam 10.00 WIB ini dilakukan sebagai bentuk protes warga yang meminta agar dibuatkan akses jalan penyebrangan ke sawah mereka karena tertutup Jalan Tol Cikapali.
Aksi yang berlangsung hingga sore hari tersebut membuat aktivitas perbaikan Jalan tol Cikapali lumpuh total. Karena warga memasang gubuk dan palang bambu serta besi di seluruh badan jalan.
Bukan hanya itu, di depan pintu tol pun warga memarkirkan sepeda motor hingga dumptruk maupun kendaraan lainnya tidak bisa melewati jalan tersebut.
Saat aksi demo ini berlangsung tidak ada satu pun petugas pengembang jalan tol maupun dari pemerintah kabupaten maupun kecamatan yang berupaya menemui massa.
Sehingga warga terus berupaya menduduki dan memasang tenda serta gubuk di tengah jalan tol. Mereka ingin tuntutannya bisa dipenuhi pemerintah.
Sementara itu, selama aksi demo berlangsung arus lalulintas kendaraan pengangkut matrial berupaya mengambil jalur dari arah lain seperti mengambil Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Koordinator aksi Abdul Zaelani menegaskan, warga hanya menginginkan pemerintah atau pihak kontraktor pembangunan jalan tol bersedia membangun ruas jalan para petani dari desanya menuju sawah.
Karena akses jalan mereka saat ini tertutup jalan tol, sehingga para petani yang hendak pergi ke sawah harus berputar jalan yang cukup jauh hingga mencapai belasan kilometer meter.
Padahal bila dibuat akses jalan, jarak tempuh hanya beberapa ratus meter saja. "Kami demo di sini hanya dengan satu keinginan, yakni ingin dibuatkan jalan yang cukup lebar di bawah jembatan, agar bisa dilalui kendaraan roda empat untuk mengangkut hasil panen pade atau panen palawija," timpalnya.
Menurut dia, dengan tidak adanya jalan, traktor yang akan menggarap lahan pesawahan maupun palawija harus berputar arah, dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Apalagi saat ini para petani ketika hendak berangkat atau pulang ke sawah tidak mungkin menyebrangi jalan tol karena sebentar lagi kawasan pinggir tol seluruhnya dipasangi kawat berduri.
Terlebih setelah tol beroperasi lalu lalang kendaraan akan semakin padat dan banyak, dan bila melintas akan membahayakan keselamatan para pengguna jalan.
Penuturan serupa diungkapkan Nana Waskana, yang menyebutkan jika saat ini ada dua alternatif bagi pemerintah atau pengembang untuk membangun jalan.
Antara lain membangun jalan penyeberangan di bagian atas dengan syarat, jalan yang dibangun cukup lebar sehingga bisa dilalui kendaraan roda empat, atau membuat jalan terowongan di bawah jalan tol.
"Sekarang kami akan terus menuntut pemerintah agar bersedia membangun jalan bagi para petani," tuturnya.
Menurut dia, massa berencana sebelum Magrib akan membubarkan diri, namun akan dilanjutkan esok hari untuk memblokade pintu masuk tol tersebut.
Penutupan ruas jalan sejak Minggu (31/5/2015) pagi sekitar jam 10.00 WIB ini dilakukan sebagai bentuk protes warga yang meminta agar dibuatkan akses jalan penyebrangan ke sawah mereka karena tertutup Jalan Tol Cikapali.
Aksi yang berlangsung hingga sore hari tersebut membuat aktivitas perbaikan Jalan tol Cikapali lumpuh total. Karena warga memasang gubuk dan palang bambu serta besi di seluruh badan jalan.
Bukan hanya itu, di depan pintu tol pun warga memarkirkan sepeda motor hingga dumptruk maupun kendaraan lainnya tidak bisa melewati jalan tersebut.
Saat aksi demo ini berlangsung tidak ada satu pun petugas pengembang jalan tol maupun dari pemerintah kabupaten maupun kecamatan yang berupaya menemui massa.
Sehingga warga terus berupaya menduduki dan memasang tenda serta gubuk di tengah jalan tol. Mereka ingin tuntutannya bisa dipenuhi pemerintah.
Sementara itu, selama aksi demo berlangsung arus lalulintas kendaraan pengangkut matrial berupaya mengambil jalur dari arah lain seperti mengambil Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Koordinator aksi Abdul Zaelani menegaskan, warga hanya menginginkan pemerintah atau pihak kontraktor pembangunan jalan tol bersedia membangun ruas jalan para petani dari desanya menuju sawah.
Karena akses jalan mereka saat ini tertutup jalan tol, sehingga para petani yang hendak pergi ke sawah harus berputar jalan yang cukup jauh hingga mencapai belasan kilometer meter.
Padahal bila dibuat akses jalan, jarak tempuh hanya beberapa ratus meter saja. "Kami demo di sini hanya dengan satu keinginan, yakni ingin dibuatkan jalan yang cukup lebar di bawah jembatan, agar bisa dilalui kendaraan roda empat untuk mengangkut hasil panen pade atau panen palawija," timpalnya.
Menurut dia, dengan tidak adanya jalan, traktor yang akan menggarap lahan pesawahan maupun palawija harus berputar arah, dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Apalagi saat ini para petani ketika hendak berangkat atau pulang ke sawah tidak mungkin menyebrangi jalan tol karena sebentar lagi kawasan pinggir tol seluruhnya dipasangi kawat berduri.
Terlebih setelah tol beroperasi lalu lalang kendaraan akan semakin padat dan banyak, dan bila melintas akan membahayakan keselamatan para pengguna jalan.
Penuturan serupa diungkapkan Nana Waskana, yang menyebutkan jika saat ini ada dua alternatif bagi pemerintah atau pengembang untuk membangun jalan.
Antara lain membangun jalan penyeberangan di bagian atas dengan syarat, jalan yang dibangun cukup lebar sehingga bisa dilalui kendaraan roda empat, atau membuat jalan terowongan di bawah jalan tol.
"Sekarang kami akan terus menuntut pemerintah agar bersedia membangun jalan bagi para petani," tuturnya.
Menurut dia, massa berencana sebelum Magrib akan membubarkan diri, namun akan dilanjutkan esok hari untuk memblokade pintu masuk tol tersebut.
(sms)