Menkum HAM Geledah Lapas Banceuy

Sabtu, 30 Mei 2015 - 07:43 WIB
Menkum HAM Geledah Lapas Banceuy
Menkum HAM Geledah Lapas Banceuy
A A A
BANDUNG - Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly melakukan penggeledahan dan inspeksi mendadak (sidak) di Lapas Banceuy Klas IIA Kota Bandung, Jalan Soekarno-Hatta, tadi malam.

Menkum HAM bersama anggota Badan Narkotika Nasional (BNN), Polda Jabar dan Polrestabes Bandung tiba di Lapas Banceuy sekitar pukul 08.00 WIB. Penggeledahan dan sidak itu dilaksanakan terkait dugaan peredaran narkoba yang dikenda likan warga binaan atau narapi dana di lapas tersebut. Langkah tersebut juga dilakukan Kemenkum HAM menyusul tertangkapnya seorang sipir Lapas Banceuy, DR, 22, yang menjadi kurir narkoba jenis sabu-sabu oleh aparat Badan Narkotika Nasional (BNN) di Atrium Senen, Jakarta Pusat, pada Kamis 21 Mei lalu.

Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, di lobi Lapas Banceuy tampak sebuah meja tertata rapi memanjang. Di atas meja itu terdapat beberapa tabung kecil berisi urine para nara pidana (napi). Sementara, petugas yang mengenakan rompi bertuliskan BNNP dan Satgas Kamtib Direktorat Jenderal Pemasyarakatan melakukan tes urine para napi Lapas Banceuy.

KORAN SINDO lalu masuk mengikuti Menkum ke dalam lapas. Yasonna memeriksa setiap kamar ruang tahanan di Lapas Banceuy. Saat pemeriksaan, para napi dan tahanan ini di keluarkan, petugas lalu meme riksa menggeledah setiap sudut ruang tahanan tersebut. Al hasil, dari beberapa sel, petugas mendapatkan beberapa alat elektronik, senjata tajam, beberapa linting ganja, bong (alat isap sabu-sabu, dan sebotol minuman keras jenis ciu.

Setelah itu, Menteri melanjutkan pemeriksaan ke rumah dinas sipir Lapas Banceuy, Dedi R, yang ditangkap BNN. Tam pak d rumah berlantai satu bercat putih ini terlihat sepi, Men teri masuk melihat suasana dalam rumah dan melihat be be rapa benda milik tersangka. itu, petugas K9 pun diterjunkan dengan anjing pelacak masuk dan memeriksa setiap sudut rumah. D rumah itu, petugas mengamankan sepatu, celana, dan baju dinas tersangka Dedi.

Menhumham Yasonna Laoly mengaku prihatin dengan ter tangkapanya petugas sipir Lapas Banceuy, Dedi R oleh Petugas BNN. Dedi diduga sebagai kurir jaringan pengedar narkoba asal Iran. “Hal yang memalukan, petu gas lapas kita Dedi tertangkap sebagai kurir narkoba. Dia bekerjsama dengan AA yakni bekas napi di sini (Lapas Banceuy) yang dipindahkan ke Karawang, dan jumlahnya pun sangat besar. Ini mem perha tinkan saya,” kata Laoly kepada war tawan di Lapas kelas II A Banceuy.

Dia mengemukakan, pihaknya menilai narkoba di lapas ini menjadi persoalan besar karena itu menjadi perhatian Kemenhum ham. Apalagi, setengah dari penghuni Lapas Banceuy ada lah pecandu dan kurir nar - koba. “Ternyata narkoba di lapas ini masih menjadi persoalan besar bagi kita. Memang hampir setengah dari lapas itu di beberapa tempat adalah pecandu dan kurir narkoba. Berarti pemin taan dari dalam sangat besar,” kata Yasonna.

Menurut dia, petugas Lapas Banceuy memiliki sumber daya manusia yang terbatas. Kondisi ini menjadi kendala dalam memantau dan mengawasi ribuan napi. Di Lapas Banceuy hanya terdapat 9 orang yang bertugas jaga. “Malam ini, di sini dua pe tugas mengawasi 7 blok, setiap bloknya ada 18 ruangan, bisa dibayangkan sangat kurang petugasnya,” tutur Menkum HAM.

Karena kurangnya petugas inio menjadi kendala bagi petugas lapas dalam mengawasi pergerakan para napi. “Kalo ada orang dari luar ngelempar gabisa dipantau, termasuk dari dalam sebagai tamu dengan berbagai cara (menyelundupkan),” ungkap Yasonna.

Dalam inspeksi dadakan tersebut, kata Menteri, pihaknya menemukan beberapa linting ganja, bekas bong, dan senjata tanjam dan peralatan lainnya. “Ini belum bersih. Kami akan ambil langkah serius. Nanti irjen, dirkamtib merumuskan dan mengambil langkah-langkah,” kata Menteri.

Dua Napi Positif Narkoba

Dari tes urine itu, petugas mendapatkan hasil dua napi positif pecandu narkoba. Tes urine tak hanya dilakukan terhadap napi/tahanan, tapi juga petugas lapas atau sipir. Sedangkan dari penggeledahan, petugas menemukan bendabenda yang dilarang masuk ke dalam sel tahanan, antara lain, 48 telepon seluler (ponsel), empat kompor gas, rice cooker, tiga DVD Player, satu unit PlaysSta tion, 1 unit brankas, sembilan senjata tajam, tiga bong, 1 linting ganja, uang tunai Rp 15, 5 juta, dan USD100 atau sekitar Rp17 juta lebih.

“Dari hasil tes urine, dua positif, satu meragukan. Berarti ma sih ada yang positif. Kami juga menemukan tiga bong dan ganja, berarti masih ada yang memasukan barang haram ini ke mari,” ungkap Yasonna. Karena itu, ujar Menteri, Dirjen Pas dan Kalapas untuk memperbaiki prosedur tetap (pro tap) sambil menunggu perbaikan sistem yang lebih canggih dan penabahan petugas lapas.

“Saya akan tetap memantau. Bila perlu tak hanya kali ini saja melakukan sidak bekerja sama dengan BNN dan Polri. Kami harapkan Kapolda dan BNN sangat apresiasi dan kerja sama ini kami tingkatkan terus,” ujar Menteri. Menurut Menkum HAM, telepon seluler (ponsel) cangih yang dimiliki para napi di tengarai digunakan untuk berkomu nikasi dengan jaringan luar.

Sedangkan uang, bisa jadi itu me rupakan hasil peredaran narkoba. ”Kami minta BNN mengkloning data di ponsel itu untuk mengetahui mereka ter kait dengan jaringan narkoba mana. Petugas lapas yang ter libat, saya nyatakan akan tindak tegas. Apalagi menatyngkut nar koba tak ada toleransi. Zero toleransi terhadap narkoba,” tandas dia.

Menkum HAM meng ungkapkan, perbaikan sistem harus dilakukan, tapi membutuhkan biaya besar. Untuk mengatasi kekurangan personel, Kemenkum HAM akan memin dah tugas kan 220 sipir untuk di-BKOkan ke lapas-lapas yang membutuhkan. Lalu, membangun sistem, di dalam di blok tahanan harus ada closed circuit television (CCTV) yang terkoneksi ke pusat dan kanwil, seperti di Lapas Batam dan Cipinang.

Pintu lapas akan di bangun menggunakan sis - tem finger print. “Semua sistem ini membutuhkan biaya besar,” ungkap Menkum HAM. Sedangkan untuk menga - tasi masalah kelebihan kapasitas di lapas, Kemenkum HAM me nyiapkan program restorasy justice untuk tindak pidana ringan, rehabilitasi narkoba, dan menambah jumlah rutan dan lapas.

“Kami membutuhkan tenaga. Bayangkan di Lapas Banceuy berisi 1.020 napi hanya diawasi dua orang sipir setiap malam. Ini mengerikan, idealnya 110, satu orang mengawasi 10 napi. Jadi kalau seribu napi atau tahanan, harusnya ada 400 di sini,” tegas Yasonna.

Agie permadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4997 seconds (0.1#10.140)