17 Siswa Tewas di Parit Berlumpur
A
A
A
TAPANULI TENGAH - Tragedi memilukan terjadi di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) kemarin pagi. Sebanyak 17 pelajar SD, SMP, dan SMA, tewas tercebur parit berlumpur sedalam 2,5 meter setelah truk yang mereka tumpangi terbalik.
Pagi itu para korban hendak berangkat sekolah dengan menumpang truk milik perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR).
Namun, saat berada di kawasan Afdeling I, Desa Mas Nauli, Kecamatan Sirandorung, roda depan truk yang dikemudikan Ramadani, 25, warga Singkil, Aceh, copot sehingga terguling masuk ke parit. Ke-17 pelajar yang meninggal bernama Gabriel Laia, 12; Villiana Laia, 16; Rosalinda Manik, 16; Risdawati Hutagalung, 16; Boy Tinambunan, 17; Indah Tinambunan, 16; Upiana Laia, 15; Bona Manik, 14; Ariantinus Manalu, 16; Arifianus Manalu, 14; Agusman Delau, 15; Ranto Manalu, 16; Paulinus Tumanggor, 15; Jones Hulu, 13; Erwinto Nainggolan, 17; Purnama Sari, 17; dan Viktor Delau, 15.
Kecelakaan tunggal ini juga mengakibatkan lima pelajar luka berat, yakni Roka Silalahi, 16; Delima, 18; Marina Ginting, 11; Melani Halawa, 15; dan Richard Riadi Tamba,15. Sementara seorang pelajar lainnya, Rika Andriyani, 15, mengalami luka ringan. Seluruhnya telah mendapatkan perawatan di klinik dr Boni Sihotang dan Puskesmas Mandumas. Para pelajar beragama Islam yang meninggal langsung dimakamkan seusai salat zuhur, sedangkan yang beragama Kristen kemungkinan akan dimakamkan, Jumat (29/5) atau Sabtu (29/5).
Di antara korban ada juga yang akan dibawa ke kampung halamannya di Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan (Nisel), hari ini. Kasat Lantas Polres Tapteng, Ajun Komisaris Polisi (AKP) M Syafii mengatakan, petugas Polsek Manduamas sudah mengamankan sopir truk, Ramadhani, dan kernet, Sohibun, 43, warga SP 1. Hingga kemarin sore, kedua karyawan PT SGSR tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif. AKP M Syafii yang didampingi Kepala Bidang (Kabid) Darat Dinas Perhubungan Pemerintah Pemkab Tapteng, Asirin Lubis mengatakan, peristiwa itu berlangsung dramatis.
Saat itu truk colt diesel 120 PS yang dikemudikan Ramadhani membawa belasan pelajar melintas dari Afdeling 1 menuju Afdeling 2, 3, 4, 5, 6, dan 10, dalam perkebunan SGSR menuju ke beberapa sekolah di wilayah Kecamatan Mandumas. Diduga ingin mengejar waktu, Ramadani mendahului dua truk lainnya dari lajur sebelah kanan badan jalan. Namun nahas, sekitar 100 meter melaju tiba- tiba ban depan sebelah kanan truk yang dikemudikan Ramadani terlepas.
“Truk pun kemudian oleng ke sebelah kanan dan terbalik bersama-sama seluruh penumpangnya ke parit berlumpur dengan kedalamannya sekitar 2,5 meter,” kata AKP M Syafii kepada KORAN SINDO MEDAN di lokasi seusai mengevakuasi seluruh korban. Dia mengungkapkan, dalam posisi truk ban di bagian atas, seluruh pelajar terjebak di tengah-tengah bak truk terbuat dari besi. Korban yang saling berhimpitan itu terbenam di lumpur dan 17 di antaranya meninggal di lokasi.
“Itu terlihat dari kondisi tubuh para pelajar yang meninggal saling berhimpit di lumpur di tengah-tengah bak truk saat dilakukan proses evakuasi,” katanya. Kernet truk, Sohibun, 43, yang dikonfirmasi sebelum dibawa ke Polsek Manduamas mengatakan, kecelakaan terjadi karena ban sebelah kanan truk terlepas sesaat setelah melewati dua truk lainnya di kawasan Afdeling 1, kebun PT SGSR Sirandorung.
“Sesaat melewati truk itu, seketika saya merasa mobil bergoyang dan tidak lama kemudian masuk ke parit. Setelah itu saya tidak tahu lagi kejadiannya,” katanya. Sohibun yang berada di bak berhasil menyelamatkan diri setelah pintu belakang bak truk berhasil dibuka pelajar. Dia dan beberapa pelajar keluar dari pintu itu, sementara lainnya keluar dari bagian depan truk. Menurut dia, Ramdani merupakan sopir PT SGSR yang sudah beberapa kali membawa truk untuk mengangkut pelajar berada di kawasan perkebunan.
Sementara Jamal Laia yang bekerja sebagai wakil koordinator teknik perbaikan dan perawatan mobil PT SGSR mengatakan, truk nahas itu masih sangat layak dioperasionalkan sekalipun keluaran pabrik 1987. Mereka senantiasa memperbaiki dan merawat kendaraan itu, bahkan untuk truk yang dikemudikan Ramdoni baru diservis sepekan lalu.
Namun, sebelumnya truk tersebut hanya digunakan untuk mengangkut hasil kebun sawit. Lantaran truk yang biasa mengangkut pelajar rusak, maka digantikan dengan truk nahas itu. Truk tersebut memiliki tenda, tapi tanpa tempat duduk. “Sopir truk itu berpengalaman dan sudah enam bulan ini dikhususkan membawa pelajar dari kebun ini,” katanya. Pantauan KORAN SINDO MEDAN , setelah peristiwa itu, Sekretaris Daerah (Sekdakab) Tapteng Henry Susanto Lumbantobing bersama jajarannya turun ke lokasi dan menjenguk ke setiap rumah duka para korban.
Dia mengharap para orang tua korban tabah menghadapi musibah ini dan pelajar yang selamat tetap giat belajar. “Pemkab Tapteng akan memberikan perhatian dan fasilitas, khususnya kepada korban yang akan dibawa dan dimakamkan keluar daerah ini, seperti ke Nias. Kami menyerahkan sepenuhnya kasus kecelakaan ini kepada penegak hukum agar diproses seadil-adilnya,” ucapnya. Henry mengungkapkan, setelah kejadian ini, pemkab akan membangun SMP di sekitar wilayah perkebunan PT SGSR, seperti permintaan masyarakat di wilayah perkebunan itu.
"Saya akan membicarakannya, mengingat jumlah masyarakat dan jumlah pelajar yang banyak di kawasan kebun ini," katanya. Hanya persoalannya status tanah yang akan dibangun sekolah harus jelas agar tidak ada permasalahan timbul pada belakangan hari. Dia berharap PT SGSR menggunakan bus untuk mengangkut para pelajar, bukan lagi menggunakan truk.
"Mungkin sudah bisa kita bayangkan bagaimana kondisi anak-anak tersebut berada di atas truk terbuka. Belum lagi debu dan panas terik yang dihadapi setiap hari. Jadi, pihak perusahaan harus memikirkan nasib anakanak ini, sebelum pembangunan sekolah direalisasikan,” katanya. Sebelumnya, Martoga, 40, warga Afedling 1 dan Ketua Komite Sekolah SMPN 1 bermarga Siahaan, berharap ada perhatian dari pemerintah membangun sekolah di kampung mereka.
"Dengan demikian anak kami yang masih duduk di bangku SMP tidak perlu harus jauh ke Manduamas. Sebenarnya kami sangat kasihan melihat anakanak setiap hari harus seperti itu. Belum lagi harus bangun pagi- pagi agar tidak ketinggalan angkutan,” ujarnya.
Jonny simatupang/ frans marbun
Pagi itu para korban hendak berangkat sekolah dengan menumpang truk milik perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Sinar Gunung Sawit Raya (SGSR).
Namun, saat berada di kawasan Afdeling I, Desa Mas Nauli, Kecamatan Sirandorung, roda depan truk yang dikemudikan Ramadani, 25, warga Singkil, Aceh, copot sehingga terguling masuk ke parit. Ke-17 pelajar yang meninggal bernama Gabriel Laia, 12; Villiana Laia, 16; Rosalinda Manik, 16; Risdawati Hutagalung, 16; Boy Tinambunan, 17; Indah Tinambunan, 16; Upiana Laia, 15; Bona Manik, 14; Ariantinus Manalu, 16; Arifianus Manalu, 14; Agusman Delau, 15; Ranto Manalu, 16; Paulinus Tumanggor, 15; Jones Hulu, 13; Erwinto Nainggolan, 17; Purnama Sari, 17; dan Viktor Delau, 15.
Kecelakaan tunggal ini juga mengakibatkan lima pelajar luka berat, yakni Roka Silalahi, 16; Delima, 18; Marina Ginting, 11; Melani Halawa, 15; dan Richard Riadi Tamba,15. Sementara seorang pelajar lainnya, Rika Andriyani, 15, mengalami luka ringan. Seluruhnya telah mendapatkan perawatan di klinik dr Boni Sihotang dan Puskesmas Mandumas. Para pelajar beragama Islam yang meninggal langsung dimakamkan seusai salat zuhur, sedangkan yang beragama Kristen kemungkinan akan dimakamkan, Jumat (29/5) atau Sabtu (29/5).
Di antara korban ada juga yang akan dibawa ke kampung halamannya di Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan (Nisel), hari ini. Kasat Lantas Polres Tapteng, Ajun Komisaris Polisi (AKP) M Syafii mengatakan, petugas Polsek Manduamas sudah mengamankan sopir truk, Ramadhani, dan kernet, Sohibun, 43, warga SP 1. Hingga kemarin sore, kedua karyawan PT SGSR tersebut masih menjalani pemeriksaan intensif. AKP M Syafii yang didampingi Kepala Bidang (Kabid) Darat Dinas Perhubungan Pemerintah Pemkab Tapteng, Asirin Lubis mengatakan, peristiwa itu berlangsung dramatis.
Saat itu truk colt diesel 120 PS yang dikemudikan Ramadhani membawa belasan pelajar melintas dari Afdeling 1 menuju Afdeling 2, 3, 4, 5, 6, dan 10, dalam perkebunan SGSR menuju ke beberapa sekolah di wilayah Kecamatan Mandumas. Diduga ingin mengejar waktu, Ramadani mendahului dua truk lainnya dari lajur sebelah kanan badan jalan. Namun nahas, sekitar 100 meter melaju tiba- tiba ban depan sebelah kanan truk yang dikemudikan Ramadani terlepas.
“Truk pun kemudian oleng ke sebelah kanan dan terbalik bersama-sama seluruh penumpangnya ke parit berlumpur dengan kedalamannya sekitar 2,5 meter,” kata AKP M Syafii kepada KORAN SINDO MEDAN di lokasi seusai mengevakuasi seluruh korban. Dia mengungkapkan, dalam posisi truk ban di bagian atas, seluruh pelajar terjebak di tengah-tengah bak truk terbuat dari besi. Korban yang saling berhimpitan itu terbenam di lumpur dan 17 di antaranya meninggal di lokasi.
“Itu terlihat dari kondisi tubuh para pelajar yang meninggal saling berhimpit di lumpur di tengah-tengah bak truk saat dilakukan proses evakuasi,” katanya. Kernet truk, Sohibun, 43, yang dikonfirmasi sebelum dibawa ke Polsek Manduamas mengatakan, kecelakaan terjadi karena ban sebelah kanan truk terlepas sesaat setelah melewati dua truk lainnya di kawasan Afdeling 1, kebun PT SGSR Sirandorung.
“Sesaat melewati truk itu, seketika saya merasa mobil bergoyang dan tidak lama kemudian masuk ke parit. Setelah itu saya tidak tahu lagi kejadiannya,” katanya. Sohibun yang berada di bak berhasil menyelamatkan diri setelah pintu belakang bak truk berhasil dibuka pelajar. Dia dan beberapa pelajar keluar dari pintu itu, sementara lainnya keluar dari bagian depan truk. Menurut dia, Ramdani merupakan sopir PT SGSR yang sudah beberapa kali membawa truk untuk mengangkut pelajar berada di kawasan perkebunan.
Sementara Jamal Laia yang bekerja sebagai wakil koordinator teknik perbaikan dan perawatan mobil PT SGSR mengatakan, truk nahas itu masih sangat layak dioperasionalkan sekalipun keluaran pabrik 1987. Mereka senantiasa memperbaiki dan merawat kendaraan itu, bahkan untuk truk yang dikemudikan Ramdoni baru diservis sepekan lalu.
Namun, sebelumnya truk tersebut hanya digunakan untuk mengangkut hasil kebun sawit. Lantaran truk yang biasa mengangkut pelajar rusak, maka digantikan dengan truk nahas itu. Truk tersebut memiliki tenda, tapi tanpa tempat duduk. “Sopir truk itu berpengalaman dan sudah enam bulan ini dikhususkan membawa pelajar dari kebun ini,” katanya. Pantauan KORAN SINDO MEDAN , setelah peristiwa itu, Sekretaris Daerah (Sekdakab) Tapteng Henry Susanto Lumbantobing bersama jajarannya turun ke lokasi dan menjenguk ke setiap rumah duka para korban.
Dia mengharap para orang tua korban tabah menghadapi musibah ini dan pelajar yang selamat tetap giat belajar. “Pemkab Tapteng akan memberikan perhatian dan fasilitas, khususnya kepada korban yang akan dibawa dan dimakamkan keluar daerah ini, seperti ke Nias. Kami menyerahkan sepenuhnya kasus kecelakaan ini kepada penegak hukum agar diproses seadil-adilnya,” ucapnya. Henry mengungkapkan, setelah kejadian ini, pemkab akan membangun SMP di sekitar wilayah perkebunan PT SGSR, seperti permintaan masyarakat di wilayah perkebunan itu.
"Saya akan membicarakannya, mengingat jumlah masyarakat dan jumlah pelajar yang banyak di kawasan kebun ini," katanya. Hanya persoalannya status tanah yang akan dibangun sekolah harus jelas agar tidak ada permasalahan timbul pada belakangan hari. Dia berharap PT SGSR menggunakan bus untuk mengangkut para pelajar, bukan lagi menggunakan truk.
"Mungkin sudah bisa kita bayangkan bagaimana kondisi anak-anak tersebut berada di atas truk terbuka. Belum lagi debu dan panas terik yang dihadapi setiap hari. Jadi, pihak perusahaan harus memikirkan nasib anakanak ini, sebelum pembangunan sekolah direalisasikan,” katanya. Sebelumnya, Martoga, 40, warga Afedling 1 dan Ketua Komite Sekolah SMPN 1 bermarga Siahaan, berharap ada perhatian dari pemerintah membangun sekolah di kampung mereka.
"Dengan demikian anak kami yang masih duduk di bangku SMP tidak perlu harus jauh ke Manduamas. Sebenarnya kami sangat kasihan melihat anakanak setiap hari harus seperti itu. Belum lagi harus bangun pagi- pagi agar tidak ketinggalan angkutan,” ujarnya.
Jonny simatupang/ frans marbun
(ars)