Menikmati Keindahan Kota Semarang lewat Busana
A
A
A
SEMARANG - Ada berbagai cara untuk mengenalkan sekaligus menikmati keindahan Kota Semarang. Selain mempromosikan tempattempat wisata, gelar karya fashion show khas Semarang juga bisa jadi alternatif. Seperti yang ditunjukkan mahasiswa Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (Unnes), kemarin, dengan menggelar “Mahakarya Budaya Semarang dalam Harmoni Konservasi”.
Total ada 42 busana karya mahasiswa semester VI PKK yang ditampilkan. Sesuai tema, busana yang ditampilkan bertema ciri khas Kota Semarang, seperti Banjir Kanal, Gua Kreo, Gereja Blenduk, Lawang Sewu, Kelenteng Sam Poo Kong, Warak Ngendok, hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Warna dan corak busana juga sesuai dengan ciri khas objek wisata, seperti dominasi warna biru dan riak air pada busana bertema Banjir Kanal.
Lalu simbolisasi warna dan bentuk pada busana bertema Warak Ngendok. Pada busana bertema Gereja Blenduk, ditampilkan seperti berunsur Eropa khususnya Belanda, di mana, paduan busana warna butih ditambah topi lebar khas noni-noni Belanda. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Semoga bisa terus digelar tiap tahun, dan makin bagus,” kata Rektor Unnes Fathur Rohman.
Kembar
Pada kegiatan gelar karya itu ternyata menjadi spesial bagi salah satu penampil maupun perancang busananya. Adalah Vanda Yuliana dan Vindi Yuliani. Vanda dan Vindi adalah si kembar. Vanda adalah mahasiswi PKK Fakultas Teknik Unnes. Sedangkan Vindi adalah mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes.
Mereka adalah satu-satunya anak kembar yang tampil. Vanda adalah desainernya, sementara Vindi modelnya. Yang menjadi lebih spesial, pagelaran ini digelar bertepatan dengan ulang tahun mereka ke 21 tahun. Pada gelar karya itu, Vanda membuat desain muslimah bertema MAJT Insipirasi Mode Muslimah Masa Kini. Dengan warna dominan merah dan putih, busana muslim dibuat anggun.
Namun tetap ada kecirian MAJT. Di situ ditampilkan desan pilar lingkaran khas MAJT. Begitupun gaun yang juga lingkaran penuh. “Alhamdulillah. Walaupun susah membuatnya, akhirnya bisa jadi dan tampil di gelar karya ini,” kata Vanda kepada KORAN SINDO di lokasi. Ya , gelar karya 2015 ini merupakan gelaran dari mahasiswa Tata Boga, Tata Kecantikan dan Tata Busana. Ini sebagai sarana dan ajang apresiasi.
Tema yang diangkat sengaja dibuat untuk membangkitkan semangat mencintai budaya asli Kota Semarang. Pada kegiatan yang dihadiri ratusan tamu undangan maupun pengunjung itu juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi hiburan.
Eka Setiawan
Total ada 42 busana karya mahasiswa semester VI PKK yang ditampilkan. Sesuai tema, busana yang ditampilkan bertema ciri khas Kota Semarang, seperti Banjir Kanal, Gua Kreo, Gereja Blenduk, Lawang Sewu, Kelenteng Sam Poo Kong, Warak Ngendok, hingga Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Warna dan corak busana juga sesuai dengan ciri khas objek wisata, seperti dominasi warna biru dan riak air pada busana bertema Banjir Kanal.
Lalu simbolisasi warna dan bentuk pada busana bertema Warak Ngendok. Pada busana bertema Gereja Blenduk, ditampilkan seperti berunsur Eropa khususnya Belanda, di mana, paduan busana warna butih ditambah topi lebar khas noni-noni Belanda. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Semoga bisa terus digelar tiap tahun, dan makin bagus,” kata Rektor Unnes Fathur Rohman.
Kembar
Pada kegiatan gelar karya itu ternyata menjadi spesial bagi salah satu penampil maupun perancang busananya. Adalah Vanda Yuliana dan Vindi Yuliani. Vanda dan Vindi adalah si kembar. Vanda adalah mahasiswi PKK Fakultas Teknik Unnes. Sedangkan Vindi adalah mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes.
Mereka adalah satu-satunya anak kembar yang tampil. Vanda adalah desainernya, sementara Vindi modelnya. Yang menjadi lebih spesial, pagelaran ini digelar bertepatan dengan ulang tahun mereka ke 21 tahun. Pada gelar karya itu, Vanda membuat desain muslimah bertema MAJT Insipirasi Mode Muslimah Masa Kini. Dengan warna dominan merah dan putih, busana muslim dibuat anggun.
Namun tetap ada kecirian MAJT. Di situ ditampilkan desan pilar lingkaran khas MAJT. Begitupun gaun yang juga lingkaran penuh. “Alhamdulillah. Walaupun susah membuatnya, akhirnya bisa jadi dan tampil di gelar karya ini,” kata Vanda kepada KORAN SINDO di lokasi. Ya , gelar karya 2015 ini merupakan gelaran dari mahasiswa Tata Boga, Tata Kecantikan dan Tata Busana. Ini sebagai sarana dan ajang apresiasi.
Tema yang diangkat sengaja dibuat untuk membangkitkan semangat mencintai budaya asli Kota Semarang. Pada kegiatan yang dihadiri ratusan tamu undangan maupun pengunjung itu juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi hiburan.
Eka Setiawan
(ftr)