Agustus 2015, Satelit LAPAN-A2 Siap Diluncurkan
A
A
A
SEMARANG - Pada kurun waktu 2015-2016, Lembaga Pener - bangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) siap meluncurkan dua jenis satelit kecil yang berfungsi sebagai pemantau perairan dan pertanian.
Kedua satelit itu adalah LAPAN-A2 untuk penginderaan jauh perairan dan LAPAN-A3 untuk pertanian. LAPAN-A2, sejatinya dijadwalkan diluncurkan pada 2012 silam, namun karena berbagai sebab, rencana itu terus molor dan Agustus 2015 nanti baru dijadwalkan lagi untuk diluncurkan. Sedang kan untuk LAPAN-A3, baru akan diluncurkan pada 2016 mendatang sesuai rencana.
“Memang jadwal sebelumnya, untuk yang LAPAN-A2 ha - rusnya meluncur pada 2012 silam. Namun karena masih menunggu roket peluncur dari India, 2014 sedianya sudah bisa diluncurkan, namun lagi-lagi molor dan pada 2015 ini kami harapkan dapat diluncurkan pada Agustus nanti,” ujar Kepala LAPAN Prof Thomas Djamaluddin usai melakukan penandatanganan kerja sama dengan Universitas Negeri Semarang (Unnes), akhir pekan kemarin Pada dua satelit itu, meski beberapa komponen masih impor, namun keseluruhan dirakit di dalam negeri.
Berbeda dengan satelit-satelit sebelumnya yang selalu dipesan di negara lain, dirakit di negara lain. “Untuk satelit-satelit yang akan kami luncurkan ini, kami sudah memperoleh transfer teknologi dari Jerman ketika dilakukan proyek perakitan satelit sebelumnya. Selain LAPAN-A2 dan LAPAN-A3, kami juga tengah menyiapkan satelit LAPAN-A4 yang masih kami siapkan komponen dan definisi fungsinya nanti,” katanya.
Pada pengembangan satelit, lanjut dia, LAPAN memiliki dua jalur. Yakni pengembangan satelit yang bersifat mikro atau ke - cil, dan satelit operasional yang skalanya lebih besar. Dari situ, LAPAN memiliki beberapa fase pengembangan. Seperti pada fase pertama di awal 2000-an dilakukan kerja sama dengan negara mitra seperti Jerman. Dia menambahkan, untuk satelit mikro se perti LAPAN-A2 dan LAPAN-A3, usai diluncurkan nanti di tar getkan mampu bertahan pada orbit bumi selama dua tahun.
“Dua tahun itu sudah bagus karena sifat dari satelit kecil memang tidak seperti satelit besar yang bisa bertahan lebih lama,” katanya. Terkait kebutuhan penganggaran, Thomas mengungkapkan, negara akan menyediakan anggaran senilai Rp4,5 triliun untuk pembuatan satelit tersebut. Sedangkan untuk pemba - ngunan laboratorium pembuatan satelit membutuhkan anggaran senilai Rp1,5 triliun. LAPAN juga memiliki agenda jangka panjang ke depan, yakni membuat tempat peluncuran sendiri.
“Namun itu masih lama, program jangka panjang 25 tahun nanti untuk miliki bandar luncur sendiri. Calon tempat sudah ada seperti di kawasan Morotai (Maluku) atau Biak (Papua). Namun itu masih dalam kajian,” bebernya. Sementara itu, terkait kerja sama yang disepakati dengan LAPAN, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman me - nyambut baik akan hal itu.
Susilo himawan
Kedua satelit itu adalah LAPAN-A2 untuk penginderaan jauh perairan dan LAPAN-A3 untuk pertanian. LAPAN-A2, sejatinya dijadwalkan diluncurkan pada 2012 silam, namun karena berbagai sebab, rencana itu terus molor dan Agustus 2015 nanti baru dijadwalkan lagi untuk diluncurkan. Sedang kan untuk LAPAN-A3, baru akan diluncurkan pada 2016 mendatang sesuai rencana.
“Memang jadwal sebelumnya, untuk yang LAPAN-A2 ha - rusnya meluncur pada 2012 silam. Namun karena masih menunggu roket peluncur dari India, 2014 sedianya sudah bisa diluncurkan, namun lagi-lagi molor dan pada 2015 ini kami harapkan dapat diluncurkan pada Agustus nanti,” ujar Kepala LAPAN Prof Thomas Djamaluddin usai melakukan penandatanganan kerja sama dengan Universitas Negeri Semarang (Unnes), akhir pekan kemarin Pada dua satelit itu, meski beberapa komponen masih impor, namun keseluruhan dirakit di dalam negeri.
Berbeda dengan satelit-satelit sebelumnya yang selalu dipesan di negara lain, dirakit di negara lain. “Untuk satelit-satelit yang akan kami luncurkan ini, kami sudah memperoleh transfer teknologi dari Jerman ketika dilakukan proyek perakitan satelit sebelumnya. Selain LAPAN-A2 dan LAPAN-A3, kami juga tengah menyiapkan satelit LAPAN-A4 yang masih kami siapkan komponen dan definisi fungsinya nanti,” katanya.
Pada pengembangan satelit, lanjut dia, LAPAN memiliki dua jalur. Yakni pengembangan satelit yang bersifat mikro atau ke - cil, dan satelit operasional yang skalanya lebih besar. Dari situ, LAPAN memiliki beberapa fase pengembangan. Seperti pada fase pertama di awal 2000-an dilakukan kerja sama dengan negara mitra seperti Jerman. Dia menambahkan, untuk satelit mikro se perti LAPAN-A2 dan LAPAN-A3, usai diluncurkan nanti di tar getkan mampu bertahan pada orbit bumi selama dua tahun.
“Dua tahun itu sudah bagus karena sifat dari satelit kecil memang tidak seperti satelit besar yang bisa bertahan lebih lama,” katanya. Terkait kebutuhan penganggaran, Thomas mengungkapkan, negara akan menyediakan anggaran senilai Rp4,5 triliun untuk pembuatan satelit tersebut. Sedangkan untuk pemba - ngunan laboratorium pembuatan satelit membutuhkan anggaran senilai Rp1,5 triliun. LAPAN juga memiliki agenda jangka panjang ke depan, yakni membuat tempat peluncuran sendiri.
“Namun itu masih lama, program jangka panjang 25 tahun nanti untuk miliki bandar luncur sendiri. Calon tempat sudah ada seperti di kawasan Morotai (Maluku) atau Biak (Papua). Namun itu masih dalam kajian,” bebernya. Sementara itu, terkait kerja sama yang disepakati dengan LAPAN, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman me - nyambut baik akan hal itu.
Susilo himawan
(ars)