Badingah Perintahkan Semua Pasar Dirazia
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Beredarnya beras plastik di Kecamatan Rongkop, Gunungkidul memaksa pemkab setempat langsung turun tangan. Dalam waktu dekat,semua pasar tradisional bakal dirazia guna mencegah meluasnya peredaran beras sintetis tersebut.
Bupati Gunungkidul Badingah mengungkapkanperedaran beras plastik harus segera diusut tuntas. Dia tidak ingin warganya menjadi korban konspirasi tidak bertanggungjawab tersebut. “Ternyata benar, beras plastik beredar di Gunungkidul. Ini harus diusut tuntas termasuk dari mana beras berasal,” katanya kepada wartawan kemarin. Dia meminta kepada para penjual beras untuk berhatihati.
Jangan sampai mereka juga tertipu sehingga menjual beras sintetis yang dari bentuknya lebih sempurna tersebut. “Kalau melihat temuan yang ada, harganya juga sangat tinggi yakni Rp9.600 setiap kilogramnya. Jadi jangan sampai tertipu. Beras terduga sintetis harus segera diuji laboratorium. Jangan sampai terlambat,” tandasnya kesal.
Pedagang beras di wilayah Rongkop, Erma mengaku tokonya sempat diperika oleh petugas Dinas Perindustrian Perdangan Koperasi Energi dan Sumber Daya Mineral. Dia mengaku benar-benar tidak tahu mengenai beras yang diduga beras plastic itu. “Saya memang menjual beras dengan merek seperti yang disampaikan diduga beras plastik. Namun saya tidak tahu karena hanya membeli dari distributor,” ungkapnya.
Dia berharap ada hasil uji laboratoium secepat mungkin guna memastikan beras yang dijualnya tersebut. “Ini sangat penting. Kalau memang ini beras plastik langsung saya musnahkan.” “Namun kalau bukan ya tetap saya jual,” pintanya. Dia menegaskan beras tersebut berasal dari wilayah Pati, Jawa Tengah. Salah satu distributor juga banyak dikenal oleh toko kelontong penjual beras di Kecamatan Rongkop.
“Karena memang sering mengirim beras dan kami jual,” sebut Erma. Sularmi, warga Dusun Duwet, Desa Karangwuni Rongkop menjelaskan beras yang diduga beras plastik menjadi bahan perbincangan di dusunnya. Menurut dia, bentuk berasnya memang sangat bagus dan putih. Namun setelah dibersihkan atau istilah jawa dipususi, berasnya licin. “Berbeda dengan beras biasanya yang kesat,” imbuhnya.
Kemudian setelah dimasak, nasinya banyak yang lengket di panci penanak nasi (magic com).”Padahal kalau beras biasa tidak, dan memang tengahnya mudah mengeras. Nasi juga tidak enak alias tawar dan tidak tahan lama,” katanya lagi. Temuan beras plastik di Gunungkidul langsung direspons oleh Disperindag dan ESDM Kulonprogo dengan menggelar inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah pasar dan tempat genggilingan padi.
Tim juga memantau di gabungan kelompok tani (gapoktan) yang memproduksi beras kemasan. Sidak dilaksanakan di sejumlah pasar tradisional, baik di Pasar Wates, Bendungan, maupun Sentolo. Tim juga melakukan pantauan di Gapoktan di Sogan Wates dan di Sentolo. “Meskipun libur kita tetap lakukan sidak,untuk memantau kondisi beras di pasaran,” ujar Kepala Disperindag dan ESDM Kulonprogo Niken Probolaras.
Menurut dia, dari sidak ini memang tidak ditemukan adanya beras sintetis yang berada di pasar. Tim juga mengecek beberapa kemasan beras yang ada di pasar. Mereka meneliti setiap butiran dari sampel yang diambil. Hasilnya, tidak ditemukan adanya beras plastik. “Kalau beras asli pasti ada cekungan dan bentuk patahan, dan ketika dibakar akan hitam. Kalau palsu akan meleleh dan warnanya lebih putih bersinar,” kata Niken mengingatkan.
Belum Bisa Pastikan Beras Sintesis
Terpisah, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindag) dan UMKM DIY belum bisa memastikan temuan beras yang diduga beras plastik di Rongkop, Gunungkidul. Saat ini, SKPD itu sudah membawa sampel 2 kilogram (kg) beras tersebut. Kepala Disperindagkop-UMKM DIY Riyadi Ida Bagus Salyo Subali menyatakan sudah berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait seputar dugaan temuan beras sintesis tersebut.
“Kita langsung ke lokasi mengambil sampel dua kilogram,” katanya saat dihubungi wartawan, kemarin. Menurut dia, dari sampel yang diambil tersebut, secara kasat mata tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang mengarah beras sintesis. “Secara kasat mata, seperti warna dan bau sepertinya bukan beras sintesis,” tambahnya. Namun pihaknya tetap akan melakukan pengecekan lebih lanjut sampel. Pengecekan yang dimaksud adalah mencuci dan memasaknya.
“Kita cuci, jika diperas warna air menjadi putih seperti beras umumnya, kemungkinan besar bukan beras plastik,” katanya menenangkan. Anggota Komisi B DPRD DIY Suparja mengungkapkan temuan beras plastik memberikan dampak yang luar biasa. Bagi konsumen, jelas membayakan bagi yang mengonsuminya. Untuk produsen atau pedagang beras, pendapatannya akan turun.
Mantan Kepala Desa Gedangsari Gunungkidul ini mengungkapkan, terlepas dampak tersebut, pemerintah harus tegas memerangi peredaran beras sintetis. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR Titik Suharto mengungkapkan, hari Selasa (26/5) mendatang pihaknya akan berkoordinasi dengan menteri pertanian. Saat ini pihaknya masih menunggu laporan dari Kementerian Pertanian yang tengah meneliti kebenaran beras plastik.
Suharjono/kuntadi/ ridwan/ anshori/ erfanto linangkung
Bupati Gunungkidul Badingah mengungkapkanperedaran beras plastik harus segera diusut tuntas. Dia tidak ingin warganya menjadi korban konspirasi tidak bertanggungjawab tersebut. “Ternyata benar, beras plastik beredar di Gunungkidul. Ini harus diusut tuntas termasuk dari mana beras berasal,” katanya kepada wartawan kemarin. Dia meminta kepada para penjual beras untuk berhatihati.
Jangan sampai mereka juga tertipu sehingga menjual beras sintetis yang dari bentuknya lebih sempurna tersebut. “Kalau melihat temuan yang ada, harganya juga sangat tinggi yakni Rp9.600 setiap kilogramnya. Jadi jangan sampai tertipu. Beras terduga sintetis harus segera diuji laboratorium. Jangan sampai terlambat,” tandasnya kesal.
Pedagang beras di wilayah Rongkop, Erma mengaku tokonya sempat diperika oleh petugas Dinas Perindustrian Perdangan Koperasi Energi dan Sumber Daya Mineral. Dia mengaku benar-benar tidak tahu mengenai beras yang diduga beras plastic itu. “Saya memang menjual beras dengan merek seperti yang disampaikan diduga beras plastik. Namun saya tidak tahu karena hanya membeli dari distributor,” ungkapnya.
Dia berharap ada hasil uji laboratoium secepat mungkin guna memastikan beras yang dijualnya tersebut. “Ini sangat penting. Kalau memang ini beras plastik langsung saya musnahkan.” “Namun kalau bukan ya tetap saya jual,” pintanya. Dia menegaskan beras tersebut berasal dari wilayah Pati, Jawa Tengah. Salah satu distributor juga banyak dikenal oleh toko kelontong penjual beras di Kecamatan Rongkop.
“Karena memang sering mengirim beras dan kami jual,” sebut Erma. Sularmi, warga Dusun Duwet, Desa Karangwuni Rongkop menjelaskan beras yang diduga beras plastik menjadi bahan perbincangan di dusunnya. Menurut dia, bentuk berasnya memang sangat bagus dan putih. Namun setelah dibersihkan atau istilah jawa dipususi, berasnya licin. “Berbeda dengan beras biasanya yang kesat,” imbuhnya.
Kemudian setelah dimasak, nasinya banyak yang lengket di panci penanak nasi (magic com).”Padahal kalau beras biasa tidak, dan memang tengahnya mudah mengeras. Nasi juga tidak enak alias tawar dan tidak tahan lama,” katanya lagi. Temuan beras plastik di Gunungkidul langsung direspons oleh Disperindag dan ESDM Kulonprogo dengan menggelar inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah pasar dan tempat genggilingan padi.
Tim juga memantau di gabungan kelompok tani (gapoktan) yang memproduksi beras kemasan. Sidak dilaksanakan di sejumlah pasar tradisional, baik di Pasar Wates, Bendungan, maupun Sentolo. Tim juga melakukan pantauan di Gapoktan di Sogan Wates dan di Sentolo. “Meskipun libur kita tetap lakukan sidak,untuk memantau kondisi beras di pasaran,” ujar Kepala Disperindag dan ESDM Kulonprogo Niken Probolaras.
Menurut dia, dari sidak ini memang tidak ditemukan adanya beras sintetis yang berada di pasar. Tim juga mengecek beberapa kemasan beras yang ada di pasar. Mereka meneliti setiap butiran dari sampel yang diambil. Hasilnya, tidak ditemukan adanya beras plastik. “Kalau beras asli pasti ada cekungan dan bentuk patahan, dan ketika dibakar akan hitam. Kalau palsu akan meleleh dan warnanya lebih putih bersinar,” kata Niken mengingatkan.
Belum Bisa Pastikan Beras Sintesis
Terpisah, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindag) dan UMKM DIY belum bisa memastikan temuan beras yang diduga beras plastik di Rongkop, Gunungkidul. Saat ini, SKPD itu sudah membawa sampel 2 kilogram (kg) beras tersebut. Kepala Disperindagkop-UMKM DIY Riyadi Ida Bagus Salyo Subali menyatakan sudah berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait seputar dugaan temuan beras sintesis tersebut.
“Kita langsung ke lokasi mengambil sampel dua kilogram,” katanya saat dihubungi wartawan, kemarin. Menurut dia, dari sampel yang diambil tersebut, secara kasat mata tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang mengarah beras sintesis. “Secara kasat mata, seperti warna dan bau sepertinya bukan beras sintesis,” tambahnya. Namun pihaknya tetap akan melakukan pengecekan lebih lanjut sampel. Pengecekan yang dimaksud adalah mencuci dan memasaknya.
“Kita cuci, jika diperas warna air menjadi putih seperti beras umumnya, kemungkinan besar bukan beras plastik,” katanya menenangkan. Anggota Komisi B DPRD DIY Suparja mengungkapkan temuan beras plastik memberikan dampak yang luar biasa. Bagi konsumen, jelas membayakan bagi yang mengonsuminya. Untuk produsen atau pedagang beras, pendapatannya akan turun.
Mantan Kepala Desa Gedangsari Gunungkidul ini mengungkapkan, terlepas dampak tersebut, pemerintah harus tegas memerangi peredaran beras sintetis. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR Titik Suharto mengungkapkan, hari Selasa (26/5) mendatang pihaknya akan berkoordinasi dengan menteri pertanian. Saat ini pihaknya masih menunggu laporan dari Kementerian Pertanian yang tengah meneliti kebenaran beras plastik.
Suharjono/kuntadi/ ridwan/ anshori/ erfanto linangkung
(bbg)