Kampus USU Chaos
A
A
A
MEDAN - Aksi demonstrasi ratusan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) di depan pintu I areal kampus yang awalnya damai, mendadak ricuh setelah aksi unjuk rasa pindah lokasi di depan Gedung Biro Rektorat, kemarin.
Akibat aksi ricuh tersebut, sejumlah mahasiswa dan wartawan yang melakukan peliputan, terluka karena diduga dipukul petugas keamanan kampus. Pantauan di lokasi, awalnya aksi mahasiswa di depan pintu masuk Biro Rektorat USU berlangsung damai dan aman.
Secara bergantian para mahasiswa menyampaikan orasi dipimpin Presiden Mahasiswa (Presma) USU, Brilian A Rasyid, dan rekan- rekannya. Sementara puluhan petugas keamanan dan pegawai USU bersiaga menghadang pendemo.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menuntut dilibatkan dalam pengambilan kebijakan kampus, keterbukaan dalam pengelolaan dana kemahasiswaan dan pembangunan infrastruktur kampus, mendesak agar pembentukan Majelis Wali Amanat (MWA) USU oleh senat akademik, hingga pemilihan rektor definitif pengganti penjabat (Pj) Rektor USU Subhilhar.
Selain itu, pengunjuk rasa meminta diadakan dialog terbuka antara mahasiswa dan pimpinan USU di depan Kantor DPRD Sumut dan Menristekdikti, sertamenolak pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) yang dinilai merugikan mahasiswa. Orasi menggunakan pengeras suara terus dilakukan dengan mengumandangkan lagulagu perjuangan mahasiswa ditambah spanduk dan poster yang berisikan tuntutan mahasiswa.
Saat itu, salah satu orator lalu menyampaikan orasi dan meminta perwakilan MWA datang untuk menemui mereka. Mahasiswa mulai bergerak maju satu langkah ke depan pintu karena melihat permintaan mereka tidak digubris. Aksi itu membuat pagar betis keamanan USU jadi semakin rapat mencegah mahasiswa masuk biro rektorat.
Aksi saling dorong plus adu mulut tidak terhindarkan. Wakil Rektor III USU, Raja Bongsu, sempat bisa meredam emosi mahasiswa. Namun, suasana kembali memanas dengan diwarnai aksi pukul. Kericuhan itu dipicu pelemparan air mineral kemasan gelar ke dalam kerumunan. Bentrokan antara mahasiswa dan petugas keamanan kampus akhirnya tidak bisa dihindari.
Pihak keamanan yang dilengkapi pentungan dari rotan atau bambu pun akhirnya menggunakannya untuk memukul mundur mahasiswa. Salah seorang mahasiswa yang apes sempat menjadi bulan- bulanan sekuriti di tangga masuk gedung biro rektorat. Mahasiswa tersebut akhirnya berhasil diselamatkan rekanrekannya.
Tidak mau kalah, seorang sekuriti juga sempat jadi bulan-bulanan mahasiswa. Namun, dia lebih cekatan, sehingga bisa cepat menghindar dari kepungan mahasiswa dan hanya menderita luka ringan. Mahasiswa yang semakin beringas juga melakukan pelemparan ke arah gedung biro rektorat, tempat kerumunan sekuriti berjaga.
Kontan, kacakaca kantor biro rektorat pecah akibat terkena lemparan. Batu dan paving block yang didapat dari taman di depan biro rektorat menyasar hingga memecahkan jendela di lantai 2 dan 3. Tidak mau diam, sekuriti pun membalas serangan mahasiswa dan berusaha mengejar para pendemo yang lari tercerai berai.
Emosi beberapa sekuriti juga menyasar kepada sejumlah wartawan yang melakukan peliputan pada kericuhan tersebut. Bahkan, wartawan salah satu media cetak di Kota Medan bernama Irfan Stefanus, mendapat bogem dan pemukulan dari beberapa sekuriti USU.
Aksi Brutal Petugas Keamanan
Menurut Irfan, saat mahasiswa berorasi, puluhan satpam yang mengawal jalannya aksi seketika membubarkan paksa demonstrasi di depan Gedung Rektorat USU. Sejumlah demonstran diserang, dipukuli, hingga mengalami luka pendarahan. Bahkan, sepeda motor mahasiswa dirusak petugas keamanan kampus.
Setelah menghancurkan sepeda motor, satpam langsung menyisir mahasiswa sekaligus memaki awak media yang sedang meliput. Irfan yang sedang meliput mendadak dipukul bagian kepala dengan rotan sekaligus ditendang hingga tersungkur. Bahkan, beberapa awak media yang berusaha menolong korban juga mendapat makian sekaligus didorong dan ditendang para satpam.
Selain itu, para satpam mengancam akan menyisir para awak media yang meliput di Kampus USU. “Sebelum memukul saya, satpam tersebut berteriak kepada rekannya “Hajar woi , ini mahasiswa,” katanya dan mulai memukuli saya dengan rotan dan menendang perut saya,” ucap Irfan.
Seorang satpam yang memakai kaos hitam langsung menendangnya. Kemudian satpam yang mengenakan kaos putih membantingdanmemijaknya di tengah jalan. Melihat pemukulan itu, para wartawan dari berbagai media langsung berteriak sembari menyampaikan bahwa yang mereka pukul adalah wartawan Orbit. Namun, bukannya mereda, satpam malah menantang sejumlah wartawan.
Atas tindakan brutal satpam USU, wartawan yang menjadi korban langsung mendatangi Mapolresta Medan untuk membuat laporan pengaduan. “Akan kami proses ini. Kalau (korban) mahasiswa belum saya cek apakah ada yang membuat laporan juga,” kata Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Aldi Subartono.
Salah seorang sekuriti yang meminta namanya dirahasiakan mengaku sangat menyesalkan bentrokan itu. “Kami tidak menginginkan kejadian ini, semuanya berjalan spontan,” kata sekuriti tersebut itu. Presiden Mahasiswa USU, Brilian A Rasyid, menilai sekuriti terlalu arogan dalam menyikapi aksi mahasiswa. “Kami juga ingin aksi damai. Mereka (satpam) yang terlalu arogan menyikapi aksi kami,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Rektor III USU, Raja Bongsu, mengaku sudah berusaha memfasilitasi pertemuan mahasiswa dengan salah seorang anggota MWA USU, Budiman Ginting. “Prof Budiman bilang akan turun, tapi belum sempat menemui mahasiswa, kondisinya sudah chaos ,” katanya.
Terkait demo tersebut, Pj Rektor USU, Subhilhar, melalui Kepala Humas USU, Bisru Hafi, menyatakan penyesalannya atas kejadian tersebut. “Rektor sangat menyayangkan aksi demo tersebut yang berlangsung dengan kurang terkendali. Seharusnya para mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya bertindak santun dan tidak melakukan perusakan apa lagi tindak kekerasan kepada orang lain,” ungkapnya.
Bisru mengatakan, aksi demo tersebut menimbulkan kerusakan bangunan dan terjadinya tindak kekerasan terhadap wartawan dan pemukulan terhadap petugas satpam USU. Menurut Bisru, sekembalinya dari dinas luar kota, Subhilhar akan segera memanggil jajaran pimpinan USU untuk membahas persoalan ini.
“Prof Subhilhar merasa prihatin dan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa itu. Pejabat rektor USU tersebut juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada wartawan yang terkena pemukulan dalam aksi demo tersebut,” ungkap Bisru.
Syukri amal/ Dody ferdiansyah
Akibat aksi ricuh tersebut, sejumlah mahasiswa dan wartawan yang melakukan peliputan, terluka karena diduga dipukul petugas keamanan kampus. Pantauan di lokasi, awalnya aksi mahasiswa di depan pintu masuk Biro Rektorat USU berlangsung damai dan aman.
Secara bergantian para mahasiswa menyampaikan orasi dipimpin Presiden Mahasiswa (Presma) USU, Brilian A Rasyid, dan rekan- rekannya. Sementara puluhan petugas keamanan dan pegawai USU bersiaga menghadang pendemo.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menuntut dilibatkan dalam pengambilan kebijakan kampus, keterbukaan dalam pengelolaan dana kemahasiswaan dan pembangunan infrastruktur kampus, mendesak agar pembentukan Majelis Wali Amanat (MWA) USU oleh senat akademik, hingga pemilihan rektor definitif pengganti penjabat (Pj) Rektor USU Subhilhar.
Selain itu, pengunjuk rasa meminta diadakan dialog terbuka antara mahasiswa dan pimpinan USU di depan Kantor DPRD Sumut dan Menristekdikti, sertamenolak pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) yang dinilai merugikan mahasiswa. Orasi menggunakan pengeras suara terus dilakukan dengan mengumandangkan lagulagu perjuangan mahasiswa ditambah spanduk dan poster yang berisikan tuntutan mahasiswa.
Saat itu, salah satu orator lalu menyampaikan orasi dan meminta perwakilan MWA datang untuk menemui mereka. Mahasiswa mulai bergerak maju satu langkah ke depan pintu karena melihat permintaan mereka tidak digubris. Aksi itu membuat pagar betis keamanan USU jadi semakin rapat mencegah mahasiswa masuk biro rektorat.
Aksi saling dorong plus adu mulut tidak terhindarkan. Wakil Rektor III USU, Raja Bongsu, sempat bisa meredam emosi mahasiswa. Namun, suasana kembali memanas dengan diwarnai aksi pukul. Kericuhan itu dipicu pelemparan air mineral kemasan gelar ke dalam kerumunan. Bentrokan antara mahasiswa dan petugas keamanan kampus akhirnya tidak bisa dihindari.
Pihak keamanan yang dilengkapi pentungan dari rotan atau bambu pun akhirnya menggunakannya untuk memukul mundur mahasiswa. Salah seorang mahasiswa yang apes sempat menjadi bulan- bulanan sekuriti di tangga masuk gedung biro rektorat. Mahasiswa tersebut akhirnya berhasil diselamatkan rekanrekannya.
Tidak mau kalah, seorang sekuriti juga sempat jadi bulan-bulanan mahasiswa. Namun, dia lebih cekatan, sehingga bisa cepat menghindar dari kepungan mahasiswa dan hanya menderita luka ringan. Mahasiswa yang semakin beringas juga melakukan pelemparan ke arah gedung biro rektorat, tempat kerumunan sekuriti berjaga.
Kontan, kacakaca kantor biro rektorat pecah akibat terkena lemparan. Batu dan paving block yang didapat dari taman di depan biro rektorat menyasar hingga memecahkan jendela di lantai 2 dan 3. Tidak mau diam, sekuriti pun membalas serangan mahasiswa dan berusaha mengejar para pendemo yang lari tercerai berai.
Emosi beberapa sekuriti juga menyasar kepada sejumlah wartawan yang melakukan peliputan pada kericuhan tersebut. Bahkan, wartawan salah satu media cetak di Kota Medan bernama Irfan Stefanus, mendapat bogem dan pemukulan dari beberapa sekuriti USU.
Aksi Brutal Petugas Keamanan
Menurut Irfan, saat mahasiswa berorasi, puluhan satpam yang mengawal jalannya aksi seketika membubarkan paksa demonstrasi di depan Gedung Rektorat USU. Sejumlah demonstran diserang, dipukuli, hingga mengalami luka pendarahan. Bahkan, sepeda motor mahasiswa dirusak petugas keamanan kampus.
Setelah menghancurkan sepeda motor, satpam langsung menyisir mahasiswa sekaligus memaki awak media yang sedang meliput. Irfan yang sedang meliput mendadak dipukul bagian kepala dengan rotan sekaligus ditendang hingga tersungkur. Bahkan, beberapa awak media yang berusaha menolong korban juga mendapat makian sekaligus didorong dan ditendang para satpam.
Selain itu, para satpam mengancam akan menyisir para awak media yang meliput di Kampus USU. “Sebelum memukul saya, satpam tersebut berteriak kepada rekannya “Hajar woi , ini mahasiswa,” katanya dan mulai memukuli saya dengan rotan dan menendang perut saya,” ucap Irfan.
Seorang satpam yang memakai kaos hitam langsung menendangnya. Kemudian satpam yang mengenakan kaos putih membantingdanmemijaknya di tengah jalan. Melihat pemukulan itu, para wartawan dari berbagai media langsung berteriak sembari menyampaikan bahwa yang mereka pukul adalah wartawan Orbit. Namun, bukannya mereda, satpam malah menantang sejumlah wartawan.
Atas tindakan brutal satpam USU, wartawan yang menjadi korban langsung mendatangi Mapolresta Medan untuk membuat laporan pengaduan. “Akan kami proses ini. Kalau (korban) mahasiswa belum saya cek apakah ada yang membuat laporan juga,” kata Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Aldi Subartono.
Salah seorang sekuriti yang meminta namanya dirahasiakan mengaku sangat menyesalkan bentrokan itu. “Kami tidak menginginkan kejadian ini, semuanya berjalan spontan,” kata sekuriti tersebut itu. Presiden Mahasiswa USU, Brilian A Rasyid, menilai sekuriti terlalu arogan dalam menyikapi aksi mahasiswa. “Kami juga ingin aksi damai. Mereka (satpam) yang terlalu arogan menyikapi aksi kami,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Rektor III USU, Raja Bongsu, mengaku sudah berusaha memfasilitasi pertemuan mahasiswa dengan salah seorang anggota MWA USU, Budiman Ginting. “Prof Budiman bilang akan turun, tapi belum sempat menemui mahasiswa, kondisinya sudah chaos ,” katanya.
Terkait demo tersebut, Pj Rektor USU, Subhilhar, melalui Kepala Humas USU, Bisru Hafi, menyatakan penyesalannya atas kejadian tersebut. “Rektor sangat menyayangkan aksi demo tersebut yang berlangsung dengan kurang terkendali. Seharusnya para mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya bertindak santun dan tidak melakukan perusakan apa lagi tindak kekerasan kepada orang lain,” ungkapnya.
Bisru mengatakan, aksi demo tersebut menimbulkan kerusakan bangunan dan terjadinya tindak kekerasan terhadap wartawan dan pemukulan terhadap petugas satpam USU. Menurut Bisru, sekembalinya dari dinas luar kota, Subhilhar akan segera memanggil jajaran pimpinan USU untuk membahas persoalan ini.
“Prof Subhilhar merasa prihatin dan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa itu. Pejabat rektor USU tersebut juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada wartawan yang terkena pemukulan dalam aksi demo tersebut,” ungkap Bisru.
Syukri amal/ Dody ferdiansyah
(ftr)