Dewan Saudara Segera Bermusyawarah

Jum'at, 22 Mei 2015 - 09:31 WIB
Dewan Saudara Segera Bermusyawarah
Dewan Saudara Segera Bermusyawarah
A A A
YOGYAKARTA - Para Rayi Dalem atau keturunan almarhum Sultan Hamengku Buwono (HB) IX yang diwakili Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Hadisuryo menemui sang raja, Sri Sultan HB X, kemarin.

Hasilnya pertemuan tersebut, Sultan dan para pangeran tetap berbeda pendapat. Namun, telah disepakati bahwa polemik di Keraton Yogyakarta akan diselesaikan kekeluargaan. Dalam pertemuan yang digelar di Gedong Jene, Keraton Yogyakarta, ini GBPH Hadisuryo didampingi RM Ogy Santige atau putra GKR Anom serta kakak perempuan Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Raden Ayu (BRAy) Murdokusumo.

GBPH Hadisuryo mengaku sudah mendapat penjelasan seputar Sabdaraja dan Dawuhraja. Dalam pertemuan itu, dia tetap dengan tegas menolak Sabdaraja berisi perubahan gelar dan Dawuhraja berisi pengangkatan putri mahkota. Kepada Sultan HB X, GBPH Hadisuryo menegaskan agar paugeran Keraton Yogyakarta yang sudah lestari selama ratusan tahun tetap dipertahankan.

“Kami tetap ingin paugeran dipertahankan (gelar) masih utuh. Sayidin Panatagama Khalifatullah masih utuh tidak dihapus, tidak ditambah, dan tidak dikurangi. Jadi tidak ada ratu perempuan, sebab gelar itu untuk laki-laki,” kata adik Sri Sultan HB X ini. GBPH Hadisuryo mempersilakan Sultan HB X mengubah gelar dan mengangkat putri mahkota dengan dalih memperoleh wangsit dari Sultan Agung, PanembahanSenopati, HBI, dan HB IX.

“Tapi kami jawab tetap menolak. Kami sulit memercayai itu, kami tetap beda pendapat. Nanti kalau dibolak-balik (gelar) malahrepot,” ungkapnya. Seusai bertemu dengan Sultan HB X, Hadisuryo mengaku juga diminta menjadi perantara antara Sultan dengan para Rayi Dalem. Tujuannya meski terjadi perbedaan tetap harus mengutamakan persaudaraan.

“Saya diminta menjembatani antara Sultan dengan adik-adik semua. Meskipun beda tapi tetap sopan. Kami nggak mau semua keturunan HB IX berantakan,” ucapnya. GBPH Hadisuryo mengungkapkan, setelah bertemu Sultan, dirinya berencana menemui para Rayi Dalem lainnya, di antaranya KGPH Hadiwinoto. Rencananya seluruh putra dan putri HB IX yang berjumlah 15 orang atau Dewan Saudara akan bertemu bermusyawarah.

Putra HB IX tersebut antara lain, GBPH Pakuningrat, GBPH Cakraningrat, GBPH Suryodiningrat, GBPH Suryomataram, GBPH Hadinegoro, GBPH Suryonegoro, GBPH Condrodiningrat, GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo, GBPH Hadisuryo, KGPH Hadiwinoto, serta putri HB IX yang terdiri GBRAy Murdokusumo, GBRAy Darmokusumo, GBRAy Riyokusumo, dan GBRAy Patmokusumo.

Di bagian lain, GBPH Yudhaningrat mengatakan, mengenai rencana musyawarah Dewan Saudara memang belum ditentukan kapan akan digelar. Sebab semuanya harus bertemu dahulu. “Nanti harus ketemu semuanya dulu, saya baru akan ketemu Mas Hadisuryo nanti malam (tadi malam),” ungkapnya. Asisten III Setda DIY ini meminta kepada Rayi Dalem lainnya untuk tetap berhatihati melangkah, termasuk dalam Dewan Saudara nanti.

“Kita harus hati-hati menghadapi rekayasa politik yang sistematis ini,” katanya. Sementara belum ada konfirmasi dari Sri Sultan HB X seusai pertemuannya dengan GBPH Hadisuryo tersebut. Di Kepatihan dia hanya sebentar, yakni saat menggelar paparan dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral, serta Bupati Bantul Sri Suryawidati.

Bahkan, saat ada kunjungan Komisi VIII DPR di Kepatihan, Sri Sultan HB X tidak menemui kunjungan yang membidangi kebencanaan dan sosial tersebut. Gubernur DIY ini hanya mengutus Sekretaris Daerah DIY Ichsanuri untuk menemui legislator Senayan itu. Hanya dalam tingalan jumenengan lalu, Sultan HB X saat pidato mengatakan, pada kondisi sekarang ini menentukan calon pemimpin atau raja tidak hanya cukup dari garis keturunan darah, namun dibutuhkan masuknya wahyu dan momentum.

Sultan mengatakan, setelah Maklumat 5 September 1945 sebagai penanda bergabungnya Keraton Ngayongyakarta Hadiningrat ke pangkuan NKRI, seluruh unsur budaya Yogyakarta menjadi budaya Indonesia. Perubahan itu mengalami transformasi. “Proses perubahan yang berganti itu telah terjadi secara lambat, lir gumantitetapi pasti karena sebuah keniscayaan sejarah,” kata Sultan.

Gubernur DIY ini mengungkapkan, sebagai pengemban budaya Jawa, dirinya harus bisa memahami setiap perubahan yang terjadi. “Menghadapi nilainilai yang serba berubah, diperlukan tekad yang kuat dari sosok sang aji dalam menegakkan kekayon kehidupan,” katanya. Bapak lima putri ini menegaskan, dalamprosesperubahan itu garis kekuasaan pun tidak cukup hanya kelangsungan darah. “Melainkan diperlukan syarat momentum sebagai bukti lulusnya laku,” ungkapnya.

Ridwan anshori
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6700 seconds (0.1#10.140)