Aturan Larangan ke Puncak Tak Efektif

Kamis, 21 Mei 2015 - 10:19 WIB
Aturan Larangan ke Puncak Tak Efektif
Aturan Larangan ke Puncak Tak Efektif
A A A
SLEMAN - Tewasnya Erri Yunanto, 21, warga asal Dusun Biru, Gamping, Sleman, karena jatuh ke dalam kawah Merapi pada Sabtu (16/5) lalu, menjadi pelajaran berharga.

Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) pun berencana menggandeng Keraton Yogyakarta guna mengawas ketat terhadap para pendaki. Kepala Subbagian Tata Usaha (TU) TNGM Tri Atmojo mengatakan, pihaknya selama ini sudah memberlakukan aturan larangan kepada para pendaki untuk tidak sampai ke puncak.

“Aturan kami sudah jelas, hanya diperbolehkan sampai Pasar Bubrah saja,” katanya, kemarin. Menurut Pelaksana Harian (PLH) TNGM tersebut, para pendaki masih banyak melanggar aturan ini. Aturan tersebut diakuinya tak terlalu efektif karena saat di Pasar Bubrah, pihaknya kesulitan mengawasi satu per satu pendaki. Kondisi di Pasar Bubrah memungkinkan para pendaki leluasa pergi ke tempat yang disukai.

Termasuk ke puncak yang bisa ditempuh hanya dalam waktu satu jam perjalanan. “Tidak mungkin di hari-hari biasa kami mengawasi satu per satu pendaki. Meski memang selalu ada petugas yang melakukan pemantauan,” tuturnya.Dengan ketidakefektifan aturan dan sudah jatuh satu korban jiwa masuk ke kawah Merapi, dia menegaskan, ini merupakan babak baru pengawasan.

Pihaknya akan melakukan pendekatan ke Keraton Yogyakarta atau juru kunci Merapi guna mengeluarkan aturan bersifat kultural. “Ini bisa dibilang babak baru. Upaya kami selanjutnya akan menjalinkomunikasikeKeraton (Yogyakarta) atau juga juru kunci, Mas Asih,” katanya. Untuk saat ini pihaknya masih fokus recoverysetelah ada peristiwa yang menimpaErri Yunantotersebut.

Sementara Juru Kunci Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo, meminta agar masyarakat menjalankan etika saat mendaki. “Harus hati-hati, naik gunung itu banyak risikonya. Orang naik gunung juga banyak etika yang harus dijalankan,” kata pria yang akrab dipanggil Mas Asih itu kemarin. Etika yang dimaksud di antaranya selalu menjaga kewaspadaan.

Banyaknya batu yang tidakkuat jikadiinjakakanmembuat pendaki tergelincir. Entah itu ke kawah atau lereng yang curam. Selain itu, antarteman juga harus saling menjaga demi keselamatan, baik ketika berangkat maupun pulang. “Menjaga teman- teman yang lain untuk keselamatan,” katanya. Sementara pascaevakuasi Erri, jalur pendakian Merapi hingga kemarin masih ditutup untuk umum. Tim rescue masih colling down setelah Selasa (19/5) berhasil mengangkat jenazah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu.

Tim sapu jagat masih akan bekerja guna menyisir kemungkinan adanya alat-alat tim rescue yang masih tercecer. Evaluasi rencananya akan digelar hari ini mengingat pada Jumat hingga Minggu, biasanya para pendaki banyak yang datang. Kapolsek Selo AKP Yadiyo mengatakan, pihaknya mengimbau kepada para pendaki untuk mematuhi semua aturan yang ditetapkan pihak terkait.

Para pendaki diminta untuk sampai ke Pasar Bubrah saja dan tidak naik ke puncak agar kejadian serupa tidak terulang. “Tak kalah penting adalah menyiapkan alat komunikasi cadangan. Jangan semua dihidupkan saat naik,” kata Yadiyo. Harapan kapolsek, ketika terjadi sesuatu alat komunikasi cadangan bisa digunakan.

Pihaknya juga meminta agar pendaki yang akan naik ke Gunung Merapi atau Merbabu melalui jalur Selo, Boyolali, diharapkan melapor ke Mapolsek Selo untuk pendataan nama, alamat, dan nomor telepon. Salah satu anggota rescue SAR Barameru Boyolali, Bakat Setyawan mengungkapkan, peristiwa yang dialami Erri Yunanto menunjukkan bahwa larangan naik ke Puncak Merapi memang benar ada.

Dengan kejadian ini dia meminta para pendaki untuk sampai ke Pasar Bubrah saja. “Saya berharap kejadian ini (jatuh ke kawah) merupakan yang pertama dan terakhir,” ungkap Lahar, sapaan akrab Bakat Setyawan, salah satu sosok tim SAR yang turun ke kawah Merapi dan berhasil menggapai tubuh Erri Yunanto.

Ridho hidayat/ ary wahyu wibowo
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6752 seconds (0.1#10.140)
pixels