Kenaikan Harga Cabai Gairahkan Petani
A
A
A
TAMPAHAN - Petani di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) semakin bergairah bertani menyusul kenaikan harga cabai dari Rp15.000 per kilogram (kg) menjadi Rp25.000 pada awal Mei 2015.
“Bahkan, saat ini harganya sudah mencapai Rp35.000 per kg,” kata Manogari Simanjuntak, 45, petani di Kecamatan Tampahan, Senin (18/5). Menurut dia, kenaikan harga cabai secara drastis dalam sebulan terakhir itu membuat petani di Toba Samosir semakin bergairah dalam bercocok tanam.
Sebab hasil penjualan cabai yang diperoleh petani mampu menutupi biaya produksi dengan keuntungan lumayan. Kecenderungan kenaikan harga cabai tersebut akan meningkatkan daya beli masyarakat petani dalam memenuhi berbagai sarana produksi, seperti pupuk dan pestisida yang diperlukan untuk meningkatkan produksi.
Petani dari Desa Aekraja, Kecamatan Tampahan, itu menyebutkan, salah satu hal bisa menggairahkan petani adalah harga. Jika harga jual di pasaran bagus, petani tentu semakin tertarik menanam. Saat ini petani di Toba Samosir semakin banyak yang beralih membudidayakan tanaman hortikultura jika dibandingkan dengan tanaman padi, karena harga jual komoditas itu dianggap lebih menguntungkan dengan perawatan tanaman tergolong lebih mudah dan ringan.
“Makin banyak petani di daerah ini yang membudidayakan komoditas hortikultura,” kata Manogari. Petani lainnya, Tonggo Siahaan mengatakan, kenaikan harga cabai itu membawa angin segar yang menggembirakan bagi para petani sehingga meningkatkan gairah mereka mengembangkan budi daya tanaman itu.
Dalam dua pekan terakhir ini harga cabai di daerah yang terletak di pinggir Danau Toba itu mengalami kenaikan hingga Rp20.000 per kg sehingga petani merasa senang. “Pemerintah perlu melakukan upaya agar harga komoditas pertanian tetap dipertahankan sehingga petani memperoleh keuntungan,” katanya.
Data dari Dinas Pertanian Tobasa mencatat luas panen cabai di kabupaten itu mencapai 152 hektare (ha) dengan produksi 1.401 ton per tahun. Sentra produksi cabai di Kecamatan Tampahan, Laguboti, Silaen, Lumbanjulu, dan Habinsaran.
Ant
“Bahkan, saat ini harganya sudah mencapai Rp35.000 per kg,” kata Manogari Simanjuntak, 45, petani di Kecamatan Tampahan, Senin (18/5). Menurut dia, kenaikan harga cabai secara drastis dalam sebulan terakhir itu membuat petani di Toba Samosir semakin bergairah dalam bercocok tanam.
Sebab hasil penjualan cabai yang diperoleh petani mampu menutupi biaya produksi dengan keuntungan lumayan. Kecenderungan kenaikan harga cabai tersebut akan meningkatkan daya beli masyarakat petani dalam memenuhi berbagai sarana produksi, seperti pupuk dan pestisida yang diperlukan untuk meningkatkan produksi.
Petani dari Desa Aekraja, Kecamatan Tampahan, itu menyebutkan, salah satu hal bisa menggairahkan petani adalah harga. Jika harga jual di pasaran bagus, petani tentu semakin tertarik menanam. Saat ini petani di Toba Samosir semakin banyak yang beralih membudidayakan tanaman hortikultura jika dibandingkan dengan tanaman padi, karena harga jual komoditas itu dianggap lebih menguntungkan dengan perawatan tanaman tergolong lebih mudah dan ringan.
“Makin banyak petani di daerah ini yang membudidayakan komoditas hortikultura,” kata Manogari. Petani lainnya, Tonggo Siahaan mengatakan, kenaikan harga cabai itu membawa angin segar yang menggembirakan bagi para petani sehingga meningkatkan gairah mereka mengembangkan budi daya tanaman itu.
Dalam dua pekan terakhir ini harga cabai di daerah yang terletak di pinggir Danau Toba itu mengalami kenaikan hingga Rp20.000 per kg sehingga petani merasa senang. “Pemerintah perlu melakukan upaya agar harga komoditas pertanian tetap dipertahankan sehingga petani memperoleh keuntungan,” katanya.
Data dari Dinas Pertanian Tobasa mencatat luas panen cabai di kabupaten itu mencapai 152 hektare (ha) dengan produksi 1.401 ton per tahun. Sentra produksi cabai di Kecamatan Tampahan, Laguboti, Silaen, Lumbanjulu, dan Habinsaran.
Ant
(bbg)