Wujud Baru Sentuhan Kain Tradisional

Minggu, 17 Mei 2015 - 10:31 WIB
Wujud Baru Sentuhan Kain Tradisional
Wujud Baru Sentuhan Kain Tradisional
A A A
KAIN tradisional tak melulu memancarkan kesan jadul (jaman dulu). Kreasi desain busana dengan kain warisan leluhur sebagai bahan pendukung malah terlihat unik dan modern. Tentu saja keindahan coraknya memberikan karakter yang kuat pada pemakainya.

Seperti yang ditampilkan pada Semarang Fashion Festival 2015 di Atrium Ground Floor Paragon Mall, belum lama ini. Sejumlah desainer dengan bangga menyuguhkan keindahan corak kain tradisional dalam kreasi busananya. Kreasi itu tanpa meninggalkan pakem dan ciri khasnya. Mulai dari pakaian ready to wear , baju kerja, gaun, hingga kebaya.

“Penggunaan kain tradisional adalah signature look . Bahan tersebut selalu ada dalam setiap koleksi yang setiap bulan diluncurkan,” kata Creative Director Butik Dhievine, Widya Andhika Aji. Dhika, sapaan akrabnya, mengakui kain tradisional adalah tradisi budaya luhur yang telah menjadi warisan turuntemurun.

Kain yang biasa digunakan adalah batik dan tenun. Namun, kain tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan dipadukan dengan denim, sifon, dan tile. Batik/tenun kombinasi sangat digemari kalangan anak muda sebab desainnya mampu menyamarkan kesan kuno. “Desain original menawarkan produk ready to wear dari bahan batik/tenun kombinasi,” ujarnya.

Mengolah kain tradisional memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Batik/tenun sebelum diolah akan direndam lerak terlebih dahulu. Tujuannya supaya warna tidak berubah saat dicuci. Selain itu, kain yang dicuci terlebih dahulu untuk mengetahui tekstur kain agar tidak mengerut setelah dipotong pola. Tantangan lainnya memotong motif tidak boleh sembarangan supaya motif tidak tabrakan.

“Motif harus simetris kanan/kiri supaya tampil apik saat menjadi baju,” kata Dhika. Dhievine menampilkan Gadis Ayu, yaitu koleksi outfit tradisional didesain dengan sentuhan modern. Membawa kembali kebaya kutubaru dengan sentuhan desain ala kimono atau atasan peplum dipadukan dengan prada lace yang elegan dan chic . Koleksi ini mengenakan kain tradisional tenun rangrang dipadukan dengan kain sifon.

Teknik moulage ditampilkan dalam koleksi ini, bawahan berbentuk jarik tradisional yang dibuat dengan teknik draping modern. Proses di balik membuat busana dari kain tradisional mesti hati-hati. Fashion Designer dari Margaria Batik, Sony Wilson, akan melihat motif batik terlebih dahulu sebelum mensketsa busana. “Filosofi di balik sehelai kain sangat indah sehingga pesan yang ingin disampaikan harus tepat,” ujarnya.

Corak di dalam kain mengandung makna sehingga jangan sampai salah memotong. Batik motif parang, wahyu tumurun dan lainnya adalah karya seni luar biasa dari leluhur. “Cutting harus pas saat motif disandingkan dalam kemeja/- busana sama. Keindahan kain tradisional tidak rusak hanya karena salah memotong,” paparnya. Sony termotivasi mengenalkan batik/tenun kepada kaum muda.

Warisan budaya dapat diapresiasi dengan mengenakan dalam busana seharihari. Sentuhan modern dalam koleksi ready to wear membuat karyanya bisa digunakan di mal maupun kegiatan lainnya. Koleksi Intermixture, meramu suatu keragaman menjadi sebuah keutuhan memiliki tema agar berfungsi. Batik dan tenun dikawinkan dengan bahan lain dikemas secara serasi. Batik kontemporer dan tenun khas Troso direfleksikan dalam koleksi beragam, seperti blouse , sackdress , pants , dan rok yang nyaman dikenakan.

“Koleksi memadukan denim, tafeta, katun supaya anak muda percaya diri mengenakan batik,” ujarnya. Berbagai koleksi chic seperti tanktop , sackdress , celana, rok bisa dipadupadankan sesuai selera. Kain tradisional juga bisa tampil mewah dan glamour dalam kebaya kontemporer seperti karya Fashion Designer Kebaya Kontemporer, Pandanarum Anggun yang selalu menggunakan batik khusus.

“Motif sesuai pakem namun tabrak warna. Permainan warna memikat yang tetap enak dilihat,” ungkap Pandan. Pandan melambungkan Pandan Design memamerkan koleksi bertajuk Aufklarung. Desain kebaya kontemporer menggunakan warna merah, emas, oranye. Desain yang mengekspos bagian punggung wanita menambah kesan seksi dalam satu rancangannya.

Kejelian membuat pola untuk meminimalisasi corak rusak yang justru mengganggu keindahan kain. “Menyamakan pola agar tetap bagus dalam satu kesatuan kebaya,” katanya.

Hendrati hapsari
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4630 seconds (0.1#10.140)