Lapas Didorong Kembangkan Ekonomi Kreatif untuk Napi

Sabtu, 16 Mei 2015 - 09:53 WIB
Lapas Didorong Kembangkan Ekonomi Kreatif untuk Napi
Lapas Didorong Kembangkan Ekonomi Kreatif untuk Napi
A A A
SOLO - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Jawa Tengah meminta lembaga pemasyarakatan (lapas) di wilayahnya mengembangkan ekonomi kreatif bagi narapidana (napi) dan tahanan.

Pasalnya, Jawa Tengah selama ini menyumbang persoalan pemasyarakatan terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah Yusfarudin mengatakan jumlah penghuni lembaga pemasyarakatan di wilayahnya lebih sedikit dibanding daerah lain. Meski demikian, persoalan masyarakatnya masuk kategori jelek semua.

Di antaranya, 34% isinya kasus narkoba. Khusus di Nusakambangan, tercatat 54 narapidana (napi) yang tengah menunggu eksekusi hukuman mati. Bahkan, pekan lalu bertambah lagi tiga orang napi yang dihukum mati dari Sumatera Selatan. Ditambah lagi tujuh napi yang divonis seumur hidup. Sementara 13 orang lainnya sebelumnya telah di selesaikan dalam dua periode lalu.

“Nusakambangan berisi orang-orang yang perkaranya hebat. Yang sulit ditangani di tempat lain pasti akan dipindah ke Nusakambangan,” kata Yusfarudin saat launching galeri dan unit latihan kerja warga binaan pemasyarakatan di Rutan Surakarta kemarin. Belum lagi di LP Kedungpane Semarang, terdapat 319 orang yang terjerat kasus korupsi. Dengan demikian, di dalam lembaga pemasyarakatan sebenarnya terdapat banyak potensi.

Sebab, para penghuninya bervariasi mulai dari orang yang tidak sekolah hingga orang-orang yang sangat pintar. Sementara di dalam lembaga pemasyarakatan terdapat dua hal yang dilaksanakan, yakni pembinaan kepribadian serta pembinaan kemandirian. Untuk itu, semua lembaga pemasyarakat di Jawa Tengah diminta mengembangkan ekonomi kreatif bagi warga binaan.

Sehingga setelah keluar, mereka tidak lagi melakukan tindakan kriminal seperti menjual narkoba atau mencuri. Mereka bisa kerja sendiri setelah mendapatkan keterampilan saat dalam proses menjalani hukuman. Kepala Rutan Klas I Surakarta Andika Dwi Prasetya menerangkan, pihaknya tengah mengembangkan program unggulan pembinaan bagi warga binaan berbasis ekonomi kreatif, yakni dengan membuka galeri latihan kerja cuci motor, dan kantin kreatif.

Galeri diperuntukkan sebagai upaya mempromosikan dan memasarkan hasil karya warga binaan. “Sekaligus menyosialisasikan kegiatan positif warga binaan,” papar Andika. Sejauh ini keterlibatan warga binaan baru mencapai 20%. Namun, ke depan ditargetkan 100% warga binaan dapat terlibat. Konsep ekonomi kreatif yang ditawarkan adalah memberikan keterampilan yang mudah dan murah. Sebab, penghuni Rutan Surakarta rata-rata tidak memiliki keterampilan sehingga mereka melanggar hukum.

Ary wahyu wibowo
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 6.6155 seconds (0.1#10.140)