Menolak Jadi Wakil Dekan, Dianugerahi Star of Pakistan
A
A
A
Pemerintah Pakistan memberikan gelar “Star of Pakistan” kepada istri Duta Besar RI untuk Pakistan Burhan Muhammad, Heri Listyawati, yang tewas akibat kecelakaan helikopter Mi-17 di Gilgit, Baltistan, Pakistan, Jumat (8/5).
Jenazah almarhumah tiba di Lanud Adisutjipto tepat pukul 13.50 WIB dengan pesawat CN 2095 milik TNI AU. Setibanya di lanud, peti jenazah yang berbalut bendera Merah Putih langsung diusung anggota Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas 474 Yogyakarta. Sebelum dibawa ke rumah duka, terlebih dulu diadakan upacara serah terima dari Pemerintah Pakistan ke Pemerintah Indonesia di Base Ops Lanud Adisutjipto.
Pemerintah Pakistan diwakili Menteri Pertahanan dan Produksi, Rana Tanveer Hussain, dan Indonesia diwakili Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi. Seusai upacara serah terima, kemudian jenazah dibawa menuju ke rumah duka. Selanjutnya langsung dimakamkan di taman pemakaman umum Mondoliko di Kelurahan Warung Boto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Ranaa Tanveer Huseen mengatakan, almarhumah bukan hanya sosok wanita yang berjiwa sosial sangat tinggi, tapi juga mampu mengorga - nisasi masyarakat Indonesia di Pakistan dan menjaga hubungan baik antarkedua negara. Karena itu, pihaknya mengucapkan dukacita mendalam pada pihak keluarga dan bangsa Indonesia.
“Pemerintah Pakistan menganugerahkan almarhumah dengan penghargaan Sitara-e (Star of Pakistan). Atas jasajasanya dalam membantu meningkatkan kerja sama antara Pakistan dengan Indonesia,” kata Retno saat menyerahkan jenazah ke pihak keluarga di rumah duka Jalan Haji Agus Salim No 57, Kauman, Yogyakarta. Selain itu, kata Menlu, untuk menghormati seluruh korban kecelakaan ini, Pakistan telah menetapkan Hari Berkabung Nasional pada 10 Mei.
“Untuk menghormati seluruh korban, satu hari setelah kecelakaan telah ditetapkan sebagai hari berkabung,” tuturnya. Jenazah yang tiba di rumah duka pukul 14.40 WIB langsung disalatkan di musala di samping rumahnya. Setelah itu, almarhumah yang semasa hidup membaktikan dirinya sebagai pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini langsung dimakamkan di samping makam ibunya, Ny Siti Hartati, di Pemakaman Mondoliko pukul 15.00 WIB.
Lilis, sapaan akrab semasa hidup almarhumah, adalah staf pengajar di Fakultas Hukum (FH), UGM. Selain itu, dia juga menjabat Sekretaris Bagian Agraria FH UGM. “Bahkan, pada waktu saya menjabat menjadi dekan, sempat menawari beliau untuk menjadi wakil dekan karena kapasitasnya. Tapi karena harus sering meninggalkan Yogyakarta, beliau keberatan,” kata Wakil Rektor Bidang Kerjsama dan Alumni UGM, Paripurna.
Almarhumah Lilis meninggalkan dua putra, yaitu Pittra Amrullah, 19, dan Yoga Sulis - tya Burhan, 17. Sementara suaminya, Burhan Muhammad, saat ini masih dirawat di rumah sakit akibat luka bakar serius yang diderita karena ikut menjadi penumpang di helikopter nahas tersebut. “Kami juga turut mendoakan agar Pak Burhan bisa segera pulih, berkumpul dengan keluarga, dan kembali mengabdi ke negara,” kata Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN) Zaelani.
Keluarga almarhumah dengan BIN memang dekat. Sebab Burhan Muhammad sebelum menjadi Duber RI di Pakistan sempat meniti karier di BIN. Sementara kakak kandung almarhumah, Heri Widyawati menceritakan, saat kecil adiknya tersebut sangat lucu. Bahkan terlihat seperti boneka ketika masih di taman kanakkanak (TK). “Sangat bersahaja, kadang lucu. Waktu kecil cantik kayak boneka Jepang. Pernah didandani jadi bidadari,” ucapnya.
Priyo Setyawan/ Ridho Hidayat
Sleman/Yogyakarta
Jenazah almarhumah tiba di Lanud Adisutjipto tepat pukul 13.50 WIB dengan pesawat CN 2095 milik TNI AU. Setibanya di lanud, peti jenazah yang berbalut bendera Merah Putih langsung diusung anggota Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas 474 Yogyakarta. Sebelum dibawa ke rumah duka, terlebih dulu diadakan upacara serah terima dari Pemerintah Pakistan ke Pemerintah Indonesia di Base Ops Lanud Adisutjipto.
Pemerintah Pakistan diwakili Menteri Pertahanan dan Produksi, Rana Tanveer Hussain, dan Indonesia diwakili Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi. Seusai upacara serah terima, kemudian jenazah dibawa menuju ke rumah duka. Selanjutnya langsung dimakamkan di taman pemakaman umum Mondoliko di Kelurahan Warung Boto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Ranaa Tanveer Huseen mengatakan, almarhumah bukan hanya sosok wanita yang berjiwa sosial sangat tinggi, tapi juga mampu mengorga - nisasi masyarakat Indonesia di Pakistan dan menjaga hubungan baik antarkedua negara. Karena itu, pihaknya mengucapkan dukacita mendalam pada pihak keluarga dan bangsa Indonesia.
“Pemerintah Pakistan menganugerahkan almarhumah dengan penghargaan Sitara-e (Star of Pakistan). Atas jasajasanya dalam membantu meningkatkan kerja sama antara Pakistan dengan Indonesia,” kata Retno saat menyerahkan jenazah ke pihak keluarga di rumah duka Jalan Haji Agus Salim No 57, Kauman, Yogyakarta. Selain itu, kata Menlu, untuk menghormati seluruh korban kecelakaan ini, Pakistan telah menetapkan Hari Berkabung Nasional pada 10 Mei.
“Untuk menghormati seluruh korban, satu hari setelah kecelakaan telah ditetapkan sebagai hari berkabung,” tuturnya. Jenazah yang tiba di rumah duka pukul 14.40 WIB langsung disalatkan di musala di samping rumahnya. Setelah itu, almarhumah yang semasa hidup membaktikan dirinya sebagai pengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini langsung dimakamkan di samping makam ibunya, Ny Siti Hartati, di Pemakaman Mondoliko pukul 15.00 WIB.
Lilis, sapaan akrab semasa hidup almarhumah, adalah staf pengajar di Fakultas Hukum (FH), UGM. Selain itu, dia juga menjabat Sekretaris Bagian Agraria FH UGM. “Bahkan, pada waktu saya menjabat menjadi dekan, sempat menawari beliau untuk menjadi wakil dekan karena kapasitasnya. Tapi karena harus sering meninggalkan Yogyakarta, beliau keberatan,” kata Wakil Rektor Bidang Kerjsama dan Alumni UGM, Paripurna.
Almarhumah Lilis meninggalkan dua putra, yaitu Pittra Amrullah, 19, dan Yoga Sulis - tya Burhan, 17. Sementara suaminya, Burhan Muhammad, saat ini masih dirawat di rumah sakit akibat luka bakar serius yang diderita karena ikut menjadi penumpang di helikopter nahas tersebut. “Kami juga turut mendoakan agar Pak Burhan bisa segera pulih, berkumpul dengan keluarga, dan kembali mengabdi ke negara,” kata Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN) Zaelani.
Keluarga almarhumah dengan BIN memang dekat. Sebab Burhan Muhammad sebelum menjadi Duber RI di Pakistan sempat meniti karier di BIN. Sementara kakak kandung almarhumah, Heri Widyawati menceritakan, saat kecil adiknya tersebut sangat lucu. Bahkan terlihat seperti boneka ketika masih di taman kanakkanak (TK). “Sangat bersahaja, kadang lucu. Waktu kecil cantik kayak boneka Jepang. Pernah didandani jadi bidadari,” ucapnya.
Priyo Setyawan/ Ridho Hidayat
Sleman/Yogyakarta
(ars)