Pedagang Ngotot Bertahan di Johar
A
A
A
SEMARANG - Rencana relokasi sementara Pasar Johar ke Pasar Ikan Higienis (PIH) Rejomulyo, Pasar Bulu, dan parkiran Pasar Kanjengan, ditentang sejumlah pedagang.
Mereka bersikukuh meminta agar diperbolehkan berjualan di reruntuhan bekas kebakaran Pasar Johar hingga Lebaran. Ribuan pedagang kemarin bahkan mulai kembali memasuki Pasar Johar yang masih porak-poranda. Mereka mulai membersihkan sisa kebakaran untuk dijadikan lokasi berjualan. Ada pula pedagang yang menata kembali dagangannya di lokasi itu.
“Kami gotong royong membersihkan sisa kebakaran. Nanti untuk lapak sementara menjual barang dagangan kami yang selamat dari terjangan api,” kata Parinem, 53, salah satu penjual pakaian, kemarin. Dia mengaku telah mendengar rencana Pemkot Semarang menyediakan tempat sementara untuk berjualan di Pasar Rejomulyo, Pasar Bulu, dan parkiran Pasar Kanjengan, sambil menunggu proses pembuatan pasar darurat di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) selesai.
Namun, rencana itu ditolak Parinem dan rekan-rekan pedagang lainnya dengan alasan lokasi sementara itu kurang representatif. “Lokasi yang ditawarkan itu tidak cocok kalau untuk berjualan. Soalnya sudah terbukti sepi pembeli. Lebih baik saya berjualan di sini (Pasar Johar) saja,” katanya. Alasannya, kata Parinem, khawatir dagangannya tidak laku jika pindah di lokasi pasar sementara. Apalagi barang dagangannya sudah menumpuk karena dirinya menyetok untuk Lebaran.
“Sudah terlanjur belanja banyak untuk keperluan Lebaran. Jadi saya memilih berjualan di sini saja supaya dagangan laku. Kalau memang mau direlokasi, lebih baik habis Lebaran saja,” katanya. Hal senada dikatakan Manisem, 43, pedagang lainnya. Menurutnya, relokasi pedagang ke Pasar Rejomulyo, Pasar Bulu, dan parkiran Pasar Kanjengan, bukanlah solusi tepat.
“Soalnya, pembeli pasti akan ke Pasar Johar. Apalagi para pedagang di Pasar Yaik Baru yang tidak terbakar masih berjualan. Kalau kami dipindah, tentu dagangan tidak akan laku karena pembeli pasti ke sini (Pasar Johar),” katanya. Karena itu, Manisem meminta proses relokasi dilakukan pascalebaran. Apalagi tempat pasar darurat di MAJT juga belum disiapkan.
“Dengan begitu para pedagang tidak akan merugi. Kalau habis Lebaran tidak apa-apa kami direlokasi, dengan catatan semua pedagang dipindah ke tempat itu,” ujarnya. Sementarapantauan KORAN SINDO, para pedagang di Yaik Baru kemarin mulai berjualan kembali, sedangkan pedagang yang kiosnya terbakar juga sudah membersihkan kios dagangannyauntuktempat berjualan.
Bagi pedagang yang kiosnya ludes terbakar dan tidak bisa digunakan lagi, mereka nekat mengapling lahan di Jalan Kyai Agus Salim menggunakan cat semprot. Untuk mengantisipasi pedagang berjualan di jalanan, petugas Satpol PP Kota Semarang berjaga-jaga di tempat itu. Setiap pedagang yang mengapling lapak di jalan langsung diperingatkan petugas.
“Soalnya sudah ditentukan bahwa tempat relokasi sementara sebelum pasar darurat MAJT selesai adalah Pasar Rejomulyo dan Pasar Bulu, sehingga kami mengimbau kepada pedagang untuk mematuhi hal itu dan tidak berbuat yang memancing pedagang lainnya, termasuk mengapling Jalan Kyai Agus Salim ini,” kata Kabid Trantibum Satpol PP Kota Semarang Kusnandir. Pihaknya tidak akan segan menindak tegas pedagang yang nekat menggelar lapak di bahu jalan. Sebab menurutnya, hal itu melanggar peraturan.
“Jalan ini kan bukan tempat berjualan. Selain itu, proses pemadaman dan berbagai tindakan lain belum selesai di Pasar Johar ini, sehingga kalau ada aktivitas pedagang di jalan, akan menghambat proses itu,” katanya.
Pemkot Minta Bantuan Rp27 Miliar ke Pemprov
Di sisi lain, anggaran pembangunan pasar darurat untuk menampung pedagang Pasar Johar diusulkan Rp27 miliar. Pemkot Semarang telah meminta kepada pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengalokasikan anggaran itu.
“Anggarannya sudah dihitung, saya sudah dapat perhitungan dari Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, kami diminta membantu membuat pasar darurat anggaran yang diajukan Rp27 miliar,” kata Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, kemarin. Dinas Ciptakaru Jateng akan memverifikasi berapa luas dan materi yang akan digunakan sehingga bisa menemukan angka rasional. Sebagaimana kebakaran di Pasar Klewer Solo tahun lalu, pemprov membantu anggaran Rp9 miliar.
Untuk akses modal, kata dia, pihaknya juga akan membantu soal permodalan kepada pedagang yang menjadi korban kebakaran. Rencananya skema peminjaman akan disampaikan hari ini karena masih proses penghitungan.
“Saya sudah punya tiga skema, peminjaman modal meliputi di bawah Rp5 juta, Rp5 juta, sampai Rp20 juta, dan di atas Rp20 juta. Sementara Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman mengatakan, pemerintah diminta juga memikirkan tunawisma yang tinggal di Pasar Johar. “Pemerintah juga harus memperhatikan tunawisma, jangan hanya fokus kepada pedagang,” katanya.
Labfor Masih Bekerja
Tim Pusat Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim Polri Cabang Semarang hingga kemarin masih bekerja memeriksa aneka sampel benda terbakar di Pasar Johar Semarang. Tim sudah mengambil aneka sampel itu pada Senin (11/5). Aneka sampel yang diambil dan diteliti itu di antaranya, Kwh meter listrik berikut MCB, kabel, steker, sisa motor kipas angin, hingga abu.
“Sampai hari ini (Selasa) masih dilakukan pemeriksaan. Hasilnya belum keluar, kan belum dua hari,” ungkap Kepala Puslabfor Bareskrim Polri Cabang Semarang, Kombes Pol Setiani Dwi Astuti, kemarin. Dia tak mau berspekulasi penyebab terjadi kebakaran. Walaupun pemeriksaan awal dari Polrestabes Semarang menyebut titik api diduga dari korsleting listrik di Kios Pada Suka lantai dua.
Sementara kebakaran dahsyat yang menghanguskan Pasar Johar Semarang, Sabtu (9/5) lalu, ternyata menimbulkan korban. M Akbar Ismail, 21, yang tinggal di Kampung Sumeneban No 133 RT4/RW4, Kauman, Semarang Tengah, terpeleset ketika membantu memadamkan api dari lantai dua pasar. Akibatnya, Akbar terluka di sekujur tubuh dan tulang rahangnya patah.
Orang tua Akbar, Edi Mukhlis menjelaskan, anaknya hingga kemarin masih dirawat di Ruang Anggrek RS Tugurejo Semarang. “Patah rahang kanan. Tapi keadaannya mulai membaik, semoga bisa cepat pulang,” ungkap Edi.
Andika prabowo/ eka setiawan/ amin fauzi
Mereka bersikukuh meminta agar diperbolehkan berjualan di reruntuhan bekas kebakaran Pasar Johar hingga Lebaran. Ribuan pedagang kemarin bahkan mulai kembali memasuki Pasar Johar yang masih porak-poranda. Mereka mulai membersihkan sisa kebakaran untuk dijadikan lokasi berjualan. Ada pula pedagang yang menata kembali dagangannya di lokasi itu.
“Kami gotong royong membersihkan sisa kebakaran. Nanti untuk lapak sementara menjual barang dagangan kami yang selamat dari terjangan api,” kata Parinem, 53, salah satu penjual pakaian, kemarin. Dia mengaku telah mendengar rencana Pemkot Semarang menyediakan tempat sementara untuk berjualan di Pasar Rejomulyo, Pasar Bulu, dan parkiran Pasar Kanjengan, sambil menunggu proses pembuatan pasar darurat di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) selesai.
Namun, rencana itu ditolak Parinem dan rekan-rekan pedagang lainnya dengan alasan lokasi sementara itu kurang representatif. “Lokasi yang ditawarkan itu tidak cocok kalau untuk berjualan. Soalnya sudah terbukti sepi pembeli. Lebih baik saya berjualan di sini (Pasar Johar) saja,” katanya. Alasannya, kata Parinem, khawatir dagangannya tidak laku jika pindah di lokasi pasar sementara. Apalagi barang dagangannya sudah menumpuk karena dirinya menyetok untuk Lebaran.
“Sudah terlanjur belanja banyak untuk keperluan Lebaran. Jadi saya memilih berjualan di sini saja supaya dagangan laku. Kalau memang mau direlokasi, lebih baik habis Lebaran saja,” katanya. Hal senada dikatakan Manisem, 43, pedagang lainnya. Menurutnya, relokasi pedagang ke Pasar Rejomulyo, Pasar Bulu, dan parkiran Pasar Kanjengan, bukanlah solusi tepat.
“Soalnya, pembeli pasti akan ke Pasar Johar. Apalagi para pedagang di Pasar Yaik Baru yang tidak terbakar masih berjualan. Kalau kami dipindah, tentu dagangan tidak akan laku karena pembeli pasti ke sini (Pasar Johar),” katanya. Karena itu, Manisem meminta proses relokasi dilakukan pascalebaran. Apalagi tempat pasar darurat di MAJT juga belum disiapkan.
“Dengan begitu para pedagang tidak akan merugi. Kalau habis Lebaran tidak apa-apa kami direlokasi, dengan catatan semua pedagang dipindah ke tempat itu,” ujarnya. Sementarapantauan KORAN SINDO, para pedagang di Yaik Baru kemarin mulai berjualan kembali, sedangkan pedagang yang kiosnya terbakar juga sudah membersihkan kios dagangannyauntuktempat berjualan.
Bagi pedagang yang kiosnya ludes terbakar dan tidak bisa digunakan lagi, mereka nekat mengapling lahan di Jalan Kyai Agus Salim menggunakan cat semprot. Untuk mengantisipasi pedagang berjualan di jalanan, petugas Satpol PP Kota Semarang berjaga-jaga di tempat itu. Setiap pedagang yang mengapling lapak di jalan langsung diperingatkan petugas.
“Soalnya sudah ditentukan bahwa tempat relokasi sementara sebelum pasar darurat MAJT selesai adalah Pasar Rejomulyo dan Pasar Bulu, sehingga kami mengimbau kepada pedagang untuk mematuhi hal itu dan tidak berbuat yang memancing pedagang lainnya, termasuk mengapling Jalan Kyai Agus Salim ini,” kata Kabid Trantibum Satpol PP Kota Semarang Kusnandir. Pihaknya tidak akan segan menindak tegas pedagang yang nekat menggelar lapak di bahu jalan. Sebab menurutnya, hal itu melanggar peraturan.
“Jalan ini kan bukan tempat berjualan. Selain itu, proses pemadaman dan berbagai tindakan lain belum selesai di Pasar Johar ini, sehingga kalau ada aktivitas pedagang di jalan, akan menghambat proses itu,” katanya.
Pemkot Minta Bantuan Rp27 Miliar ke Pemprov
Di sisi lain, anggaran pembangunan pasar darurat untuk menampung pedagang Pasar Johar diusulkan Rp27 miliar. Pemkot Semarang telah meminta kepada pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengalokasikan anggaran itu.
“Anggarannya sudah dihitung, saya sudah dapat perhitungan dari Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, kami diminta membantu membuat pasar darurat anggaran yang diajukan Rp27 miliar,” kata Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, kemarin. Dinas Ciptakaru Jateng akan memverifikasi berapa luas dan materi yang akan digunakan sehingga bisa menemukan angka rasional. Sebagaimana kebakaran di Pasar Klewer Solo tahun lalu, pemprov membantu anggaran Rp9 miliar.
Untuk akses modal, kata dia, pihaknya juga akan membantu soal permodalan kepada pedagang yang menjadi korban kebakaran. Rencananya skema peminjaman akan disampaikan hari ini karena masih proses penghitungan.
“Saya sudah punya tiga skema, peminjaman modal meliputi di bawah Rp5 juta, Rp5 juta, sampai Rp20 juta, dan di atas Rp20 juta. Sementara Wakil Ketua DPRD Jateng Sukirman mengatakan, pemerintah diminta juga memikirkan tunawisma yang tinggal di Pasar Johar. “Pemerintah juga harus memperhatikan tunawisma, jangan hanya fokus kepada pedagang,” katanya.
Labfor Masih Bekerja
Tim Pusat Laboratorium Forensik (Labfor) Bareskrim Polri Cabang Semarang hingga kemarin masih bekerja memeriksa aneka sampel benda terbakar di Pasar Johar Semarang. Tim sudah mengambil aneka sampel itu pada Senin (11/5). Aneka sampel yang diambil dan diteliti itu di antaranya, Kwh meter listrik berikut MCB, kabel, steker, sisa motor kipas angin, hingga abu.
“Sampai hari ini (Selasa) masih dilakukan pemeriksaan. Hasilnya belum keluar, kan belum dua hari,” ungkap Kepala Puslabfor Bareskrim Polri Cabang Semarang, Kombes Pol Setiani Dwi Astuti, kemarin. Dia tak mau berspekulasi penyebab terjadi kebakaran. Walaupun pemeriksaan awal dari Polrestabes Semarang menyebut titik api diduga dari korsleting listrik di Kios Pada Suka lantai dua.
Sementara kebakaran dahsyat yang menghanguskan Pasar Johar Semarang, Sabtu (9/5) lalu, ternyata menimbulkan korban. M Akbar Ismail, 21, yang tinggal di Kampung Sumeneban No 133 RT4/RW4, Kauman, Semarang Tengah, terpeleset ketika membantu memadamkan api dari lantai dua pasar. Akibatnya, Akbar terluka di sekujur tubuh dan tulang rahangnya patah.
Orang tua Akbar, Edi Mukhlis menjelaskan, anaknya hingga kemarin masih dirawat di Ruang Anggrek RS Tugurejo Semarang. “Patah rahang kanan. Tapi keadaannya mulai membaik, semoga bisa cepat pulang,” ungkap Edi.
Andika prabowo/ eka setiawan/ amin fauzi
(ars)