Gus Mus Sebut Sumpah Pemuda Persatukan Segala Perbedaan
A
A
A
SURABAYA - Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 silam, menjadi tonggak bersejarah dan memiliki makna yang mendalam bagi sejarah bangsa Indonesia.
Lahirnya ikrar sumpah pemuda yakni bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu: Indonesia, menjadi semangat pemersatu bangsa Indonesia
Gus Mus, panggilan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri menuturkan, Indonesia merupakan negara yang besar dengan beragam perbedaan di dalamnya.
Setiap daerah memiliki perbedaan bahasa dan adat istiadat. Lahirnya sumpah pemuda tersebut mampu menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam ras, suku, budaya dan agama.
"Adat istiadat yang beragam, tapi bisa hidup berdampaingan dan penuh kedamaian. Mereka bisa berkomunikasi antara satu dengan yang lain karena sumpah pemuda," kata Gus Mus saat menjadi pembicara Sarasehan Kebangsaan bertajuk “Merayakan Indonesia Raya”, di Ubaya Surabaya, Senin (29/10) malam.
Menurutnya, keberagaman yang ada di Indonesia tidak boleh diseragamkan oleh siapapun dan atas nama apapun, karena perbedaan merupakan anugerah dari Tuhan.
Yang harus dilakukan adalah harus tetap dijaga dengan cara mensyukuri setiap perbedaan yang ada. Syukur atau berterimakasih itu mensyaratkan kesadaran menerima anugerah.
"Jaga Indonesia dan keragaman Indonesia. Penyeragaman itu membuat kita susah berpikir, sulit untuk menerima perbedaan, padahal berbeda itu adalah kehendak tuhan. Kok mau dilawan itu gimana," tutur pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini.
Sarasehan Kebangsaan “Merayakan Indonesia Raya" ini dihelat oleh Young Buddhist Association (YBA) yang berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Buddhis universitas-universitas di Surabaya.
Di antaranya Mitra Uttama Buddhist Study Club, Tim Pembina Kerohanian Buddha Institut Teknologi Sepuluh Nopember (TPKB ITS), Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Surabaya (UKKB UBAYA), Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Airlangga (UKKB UNAIR), Universitas Ciputra Buddhist Community (UCBC), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Widya Kartika (UKMKB UWIKA)
Selain Gus Mus, Guru Besar YM. Nyana Suryanadi Maha Thera dan seorang pengusaha dan aktivis sosial, Harjanto Halim juga berbagai gagasan. Ketiganya dimoderatori oleh Prof. Drs.ec. Sujoko Efferin, seorang dosen senior yang menjabat sebagai Ketua Pusat Kewirausahaan dan Inovasi Universitas Surabaya (Ubaya).
Kegiatan tersebut diharapkan bisa mengajak seluruh elemen masyarakat luas yang merindukan asupan energi untuk merayakan apa yang seharusnya ada di masyarakat yang majemuk dan bangsa Indonesia ini, serta memunculkan kembali semangat nasionalisme dan persatuan dalam kemajemukan seperti yang telah diikrarkan oleh pemuda-pemudi pada tahun 1928
Lahirnya ikrar sumpah pemuda yakni bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu: Indonesia, menjadi semangat pemersatu bangsa Indonesia
Gus Mus, panggilan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri menuturkan, Indonesia merupakan negara yang besar dengan beragam perbedaan di dalamnya.
Setiap daerah memiliki perbedaan bahasa dan adat istiadat. Lahirnya sumpah pemuda tersebut mampu menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam ras, suku, budaya dan agama.
"Adat istiadat yang beragam, tapi bisa hidup berdampaingan dan penuh kedamaian. Mereka bisa berkomunikasi antara satu dengan yang lain karena sumpah pemuda," kata Gus Mus saat menjadi pembicara Sarasehan Kebangsaan bertajuk “Merayakan Indonesia Raya”, di Ubaya Surabaya, Senin (29/10) malam.
Menurutnya, keberagaman yang ada di Indonesia tidak boleh diseragamkan oleh siapapun dan atas nama apapun, karena perbedaan merupakan anugerah dari Tuhan.
Yang harus dilakukan adalah harus tetap dijaga dengan cara mensyukuri setiap perbedaan yang ada. Syukur atau berterimakasih itu mensyaratkan kesadaran menerima anugerah.
"Jaga Indonesia dan keragaman Indonesia. Penyeragaman itu membuat kita susah berpikir, sulit untuk menerima perbedaan, padahal berbeda itu adalah kehendak tuhan. Kok mau dilawan itu gimana," tutur pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini.
Sarasehan Kebangsaan “Merayakan Indonesia Raya" ini dihelat oleh Young Buddhist Association (YBA) yang berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Buddhis universitas-universitas di Surabaya.
Di antaranya Mitra Uttama Buddhist Study Club, Tim Pembina Kerohanian Buddha Institut Teknologi Sepuluh Nopember (TPKB ITS), Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Surabaya (UKKB UBAYA), Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Airlangga (UKKB UNAIR), Universitas Ciputra Buddhist Community (UCBC), dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Widya Kartika (UKMKB UWIKA)
Selain Gus Mus, Guru Besar YM. Nyana Suryanadi Maha Thera dan seorang pengusaha dan aktivis sosial, Harjanto Halim juga berbagai gagasan. Ketiganya dimoderatori oleh Prof. Drs.ec. Sujoko Efferin, seorang dosen senior yang menjabat sebagai Ketua Pusat Kewirausahaan dan Inovasi Universitas Surabaya (Ubaya).
Kegiatan tersebut diharapkan bisa mengajak seluruh elemen masyarakat luas yang merindukan asupan energi untuk merayakan apa yang seharusnya ada di masyarakat yang majemuk dan bangsa Indonesia ini, serta memunculkan kembali semangat nasionalisme dan persatuan dalam kemajemukan seperti yang telah diikrarkan oleh pemuda-pemudi pada tahun 1928
(msd)