PD Terminal Alami Defisit Parah, Sehari Hanya Bisa Hasilkan Rp1 Juta
A
A
A
MAKASSAR - Perusahaan Daerah (PD) Terminal Makassar Raya mengalami defisit anggaran parah, dengan penghasilan maksimal perhari hanya Rp1 juta.
Menurut Direktur Utama PD Terminal Makassar Raya Arsony, defisit parah ini terjadi saat momen-momen emas meraup untung karena mendekati bulan suci Ramadan. Namun tidak bisa dimanfaatkan akibat wabah virus corona, covid-19.
"Jadi dia lesu malah tidak ada penumpang, tidak ada bus yang masuk, ini malah kemarin kita mencatat ini sudah dua tiga bus saja yang masuk," ucap Arsony kepada SINDOnews.
Arsony menjelaskan bahwa pendapatan PD Terminal memang tergolong kecil dibandingkan dengan PD lainnya, namun sejak beberapa kebijakan mulai diterapkan, pendapatan tersebut kian parah.
PD Terminal biasanya meraup untung paling mentok sebanyak Rp6 juta sampai Rp7 juta per harinya, kini penurunan tersebut cukup parah bahkan diakuinya tak pernah sebelumnya separah ini.
"Saya waktu masuk ke PD Terminal itu optimisme saya tinggi, kemudian saat terpapar isu Corona ini, itu Rp3 juta drop dari angka Rp7 juta dan Rp6 juta sampai nadir paling akut sekali itu karena tidak satupun bus yang masuk itu kita hanya menunjuk angka Rp1 juta, itu sangat tragis" katanya.
Arsony melihat penurunan tersebut diduganya karena para pemilik perusahaan cukup terpengaruh dengan kebijakan pemerintah tentang pembatasan keberangkatan dan Phisical Distancing.
"Karena mungkin juga larangan pemerintah itu mungkin juga dipatahui oleh PO, sehingga kemudian PO tidak melakukan pemberangkatan," ujarnya.
Dirinya juga belum bisa mengambarkan kemungkinan dalam memasuki bulan suci Ramadan, pasalnya hal ini kata Arsony tergantung dari kebijakan pemerintah itu sendiri.
Kebijakan untuk tidak mudik dinilainya menjadi persoalan ganda dimana satu sisi dapat mengurangi penyebaran, namun di satu sisi dapat mematikan perusahaannya sendiri.
Terpisah Ketua Komisi B DPRD Kota Makassar William Laurin, berharap perusahaan daerah dapat fokus untuk bertahan hingga wabah berlalu.
"Saat ini fokus saja dulu untuk memaksimalkan anggaran, itu semua yang bisa digunakan, kan ini biaya operasional makanya fokus merevisi anggaran yang bisa dioptimalkan," ujar William.
Menurut Direktur Utama PD Terminal Makassar Raya Arsony, defisit parah ini terjadi saat momen-momen emas meraup untung karena mendekati bulan suci Ramadan. Namun tidak bisa dimanfaatkan akibat wabah virus corona, covid-19.
"Jadi dia lesu malah tidak ada penumpang, tidak ada bus yang masuk, ini malah kemarin kita mencatat ini sudah dua tiga bus saja yang masuk," ucap Arsony kepada SINDOnews.
Arsony menjelaskan bahwa pendapatan PD Terminal memang tergolong kecil dibandingkan dengan PD lainnya, namun sejak beberapa kebijakan mulai diterapkan, pendapatan tersebut kian parah.
PD Terminal biasanya meraup untung paling mentok sebanyak Rp6 juta sampai Rp7 juta per harinya, kini penurunan tersebut cukup parah bahkan diakuinya tak pernah sebelumnya separah ini.
"Saya waktu masuk ke PD Terminal itu optimisme saya tinggi, kemudian saat terpapar isu Corona ini, itu Rp3 juta drop dari angka Rp7 juta dan Rp6 juta sampai nadir paling akut sekali itu karena tidak satupun bus yang masuk itu kita hanya menunjuk angka Rp1 juta, itu sangat tragis" katanya.
Arsony melihat penurunan tersebut diduganya karena para pemilik perusahaan cukup terpengaruh dengan kebijakan pemerintah tentang pembatasan keberangkatan dan Phisical Distancing.
"Karena mungkin juga larangan pemerintah itu mungkin juga dipatahui oleh PO, sehingga kemudian PO tidak melakukan pemberangkatan," ujarnya.
Dirinya juga belum bisa mengambarkan kemungkinan dalam memasuki bulan suci Ramadan, pasalnya hal ini kata Arsony tergantung dari kebijakan pemerintah itu sendiri.
Kebijakan untuk tidak mudik dinilainya menjadi persoalan ganda dimana satu sisi dapat mengurangi penyebaran, namun di satu sisi dapat mematikan perusahaannya sendiri.
Terpisah Ketua Komisi B DPRD Kota Makassar William Laurin, berharap perusahaan daerah dapat fokus untuk bertahan hingga wabah berlalu.
"Saat ini fokus saja dulu untuk memaksimalkan anggaran, itu semua yang bisa digunakan, kan ini biaya operasional makanya fokus merevisi anggaran yang bisa dioptimalkan," ujar William.
(sss)