Dosen ITS Buktikan Bakteri Bisa Cegah Keretakan pada Dinding

Selasa, 28 Januari 2020 - 09:57 WIB
Dosen ITS Buktikan Bakteri Bisa Cegah Keretakan pada Dinding
Dosen Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Enny Zulaika menunjukan campuran bakteri dalam adonan beton. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Dinding rumah dan perkantoran retak sudah menjadi pemandangan yang sering ditemui di berbagai kota. Kontruksi beton yang kurang kuat biasanya jadi penyebabnya.

Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Enny Zulaika berinovasi membuat beton ramah lingkungan dengan menambahkan bakteri karbonoklastik dalam adonan beton. Bakteri ini dipercaya bisa mencegah keretakan pada bangunan.

Doktor bidang biologi tersebut menuturkan, penambahan bakteri karbonoklastik dalam adonan beton dinilai dapat mencegah keretakan pada dinding. Hal itu lantaran bakteri karbonoklastik mengandung kalsium karbonat. "Kalsium karbonat inilah yang nantinya akan bekerja mencegah keretakan pada dinding," kata Enny, Selasa (28/1/2020).

Ia melanjutkan, bakteri karbonoklastik menghasilkan karbonat dalam bentuk kristal. Di antaranya adalah kalsit, vaterit, dan aragonit. "Kristal-kristal tersebut nantinya akan menjahit sendiri saat ada dinding yang retak," sambungnya.

Kristal kalsit, katanhya, merupakan kristal yang paling baik di antara dua kristal lainnya. Hal tersebut karena bentuk kristal kalsit dinilai stabil. Kestabilan bentuk kristal kalsit inilah yang membuatnya sangat baik untuk menjahit keretakan pada dinding. "Kristal kalsit juga berfungsi untuk memperkuat beton," katanya.

Bakteri karbonoklastik sendiri diambil dari daerah pegunungan kapur. Menurutnya, kapur merupakan bahan dasar pembuatan semen, sehingga bakteri yang berasal dari daerah kapur diharap dapat mudah beradaptasi. "Saya sengaja mengambil dari pegunungan kapur agar bakteri mudah beradaptasi dengan bahan baku semen lainnya," ucapnya.

Enny menyebutkan ada tiga pegunungan kapur di Jawa Timur yang dipilihnya. Di antaranya adalah Gua Akbar di Tuban, Tambang Kapur Suci di Gresik, dan Bukit Jaddih di Bangkalan. "Lokasi-lokasi tersebut saya pilih karena butuh bakteri yang berasal dari lingkungan ekstrem," tegasnya.

Enny mengungkapkan, beton dengan tambahan bakteri karbonoklastik ini memiliki kelebihan dibanding beton pada umumnya. Selain ramah lingkungan, ternyata dalam proses pembuatannya juga tidak membutuhkan biaya yang mahal. "Karena kita mencegah kerusakan, maka butuh biaya yang lebih murah daripada memperbaikinya," katanya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5482 seconds (0.1#10.140)