Selama Bulan September, Jatim Alami Deflasi 0,01 Persen

Senin, 01 Oktober 2018 - 18:19 WIB
Selama Bulan September, Jatim Alami Deflasi 0,01 Persen
Selama bulan September, Jawa Timur (Jatim) mengalami deflasi 0,01 persen. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDONews
A A A
SURABAYA - Selama bulan September 2018, Jawa Timur (Jatim) mengalami deflasi 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi, yaitu sebesar 0,49 persen.

Sedangkan kondisi sebaliknya terjadi di Kota Kediri. Di mana, selama bulan September ini, kota tahu tersebut mengalami inflasi tertinggi di Jatim, sebesar 0,20 persen.

Sejumlah faktor yang memicu deflasi antara lain, penurunan tarif angkutan udara setelah bulan sebelumnya mengalami kenaikan. Ditambah lagi dengan harga telur ayam ras yang hingga saat ini mengalami penurunan.

Secara umum, kontribusi terbesar dari deflasi disumbang dari kelompok Bahan Makanan sebesar 0,87 persen, serta kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,24 persen.

Bahan makanan yang mengalami deflasi antara lain, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, tomat sayur, gula pasir, telur ayam ras, daging ayam ras, kacang panjang, dan susu untuk balita.

"Dari delapan kota di Jatim, termasuk Surabaya, yang kami survei, menunjukkan ada penurunan harga sejumlah komoditas. Hal ini mendorong terjadinya deflasi sebesar 0,01 persen. Yakni dari 132,42 pada bulan Agustus 2018, menjadi 132,41 pada bulan September 2018," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, Senin (1/10/2018)

Di sisi lain, terdapat lima kelompok mengalami inflasi, dan dua kelompok mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 1,02 persen.

Inflasi diikuti kelompok sandang sebesar 0,41 persen, kelompok Kesehatan 0,29 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,23 persen. Serta, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,21 persen.

"Selain biaya pendidikan, faktor lain yang mendorong inflasi bulan September adalah naiknya harga jeruk dan pepaya. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, berimbas pada naiknya harga-harga buah impor, dan juga diikuti naiknya harga buah-buahan lokal," tandas Teguh.

Dia menambahkan, penghitungan angka inflasi di 8 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim selama September 2018, tiga kota mengalami inflasi dan lima kota mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kediri yang mencapai 0,20 persen, diikuti Surabaya sebesar 0,15 persen, dan Sumenep sebesar 0,02 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,49 persen, diikuti Probolinggo sebesar 0,32 persen, Malang sebesar 0,31 persen, Madiun sebesar 0,12 persen, dan Jember sebesar 0,05 persen.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2775 seconds (0.1#10.140)