Menanti Munculnya Tari Topeng ala Lovie dan Cristyani

Sabtu, 04 Mei 2019 - 14:55 WIB
Menanti Munculnya Tari...
Lovie Keyza. Remaja ini diharapkan membuat Tari Topeng kembali dikenal orang banyak. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Berbagai sumber literasi menyebutkan bahwa tidak sedikit warisan leluhur yang saat ini keberadaannya cukup mengkhawatirkan. Padahal, tidak sedikit warisan-warisan itu sejatinya memiliki nilai-nilai yang agung.

Tari Topeng mungkin satu dari banyak warisan leluhur yang kini mulai jarang ditemukan. Minimnya regenarasi disinyalir sebagai faktor dari mulai langkanya tarian tradisional sarat makna itu.

Di daerah utara Jawa Barat, seperti Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Kabupaten Majalengka, yang kabarnya sempat menjadi tempat tumbuh suburnya Tari Topeng pun, kini bisa dikatakan mulai jarang. Bahkan tidak menutup kemungkinan banyak remaja yang tidak mengenal seperti apa Tari Topeng itu.

Di balik begitu minimnya regenerasi Tari Topeng, muncul beberapa generasi muda yang memilih jalur tak biasa, bergelut dengan tari tersebut. Lovie Keyza dan Cristyani adalah dua sosok generasi penerus yang memutuskan untuk menjaga warisan leluhur itu.

Lovie Keyza, seorang bocah mungil yang masih duduk di Kelas 5 SD menghadirkan angin segar bagi siapa saja yang ingin mengenal Tari Topeng. Ketika anak-anak seusianya mungkin lebih banyak gandrung dengan dance-dance modern, Lovie justru memilih untuk memikul kewajibannya sebagai generasi muda, melestarikan warisan leluhur itu.

"Umur 3 taun mulai diperkenalkan dengan Topeng. Saya masukkan ke Sanggar, tapi tidak memaksa. Kalau tidak suka juga, ya nggak apa-apa. Eh ternyata dia suka, sampai sekarang ini," kata ibu dari Lovie, Nurhaety saat berbincang dengan SINDOnews.

Masa awal perkenalan Lovie dengan Tari Topeng hingga saat ini, dilihat dari sisi usia, masih sangat belia. Namun, kondisi tersebut tampaknya justru menjadi nilai plus tersendiri. Hal itu terlihat dari kemampuan Lovie dalam memeragakan sejumlah wanda (kelompok) Tarian Topeng. Setidaknya ada tiga wanda yang sudah dikuasai siswi SD Penabur Jatibarang, Kabupaten Indramayu itu.

"Nggak ada turunan dari seni Topeng. Saya dan suami lebih ke seni musik. Sampai sekarang, taruhlah yang paling dikuasai itu tiga wanda, Klana, Temenggung, dan Wanda Samba," kata dia.

"Pernah dalam satu event dia bawain Tari Topeng secara medley, tiga tari jadi satu. Saat itu medley untuk tiga wanda tadi itu," lanjut dia.

Kemampuan Lovie dalam beberapa wanda, setidaknya bisa dilihat dari setiap penampilannya. Usianya memang masih belia, tetapi dia mampu menghipnotis siapa saja yang menyaksikannya menari. Gerakan tangan yang gemulai, lalu tegas, menghadirkan keindahan tersendiri.

"Pernah nari di 17 desa secara estafet, dimulai dari jam 8 sampai jam 5 sore. Pernah juga tampil di Jakarta. Sebenarnya tidak hanya Tari Topeng,dia juga bisa Tari Bali, Tari Merak. Begitu juga dengan tari kontemporer," jelas dia.

Lovie bukan satu-satunya generasi muda yang bergelut di dunia Tari Topeng. Cristyani, siswi kelas 3 SMP N 3 Ligung, Kabupaten Majalengka adalah contoh lain dari kalangan remaja yang memutuskan untuk menjaga budaya nenek moyang.
 Menanti Munculnya Tari Topeng ala Lovie dan Cristyani

"Mulainya saat masih kelas 3 SD. Awalnya mah semacam terpaksa, karen disuruh. Ternyata kemudian jadi seneng, sampai sekarang ini," jelas dia.

Sejumlah wanda pun sudah bisa dibawakan secara apik oleh Cristyani. Mengingat usianya yang masih belia, tidak menutup kemungkinan dia akan menjelma sebagai sosok penting dalam Tari Topeng itu.

"Terus menggali saja. Biarkan mengalir. Support juga bagus, nggak ada yang nyinyir atau semacamnya. Sampai sat ini tampil yang paling jauh itu di Bandung," ungkap dia.

Sepintas, gerakan-gerakan yang ditampilkan dalam Tari Topeng, mungkin akan dianggap sebagai gerakan seni saja. Namun, jika diamati lebih mendalam, setiap gerakan dalam tarian itu memiliki nilai-nilai tersendiri.

"Topeng pada awalnya bentuk pengharagaan terhadap zat Yang Maha Kuasa. Seiring berjalannya waktu, selain ritual pengabdian, Topeng sebagai media entertaint," kata budayawan Majalengka, Kijoen.

Dia tidak memungkiri penari-penari Topeng muda seperti Lovie dan Cristyani mungkin baru sebatas menguasai setiap gerakan, belum menyentuh nilai-nilai yang dikandungnya.

Namun, dia yakin, seiring berjalannya waktu, akan ada saatnya mereka lebih paham dengan apa yang mereka lakukan. "Biarkan saja mengalir. Lovie dan Cristyani ini masih sangat muda, peluangnya masih besar. Seiring berjalannya waktu, mungkin saja keduanya atau penari-penari muda yang lainnya akan memiliki konsep tersendiri. Misalnya saja ketika menyebut gaya Tari Topeng, akan muncul Topeng ala Lovie atau Topeng ala Cristyani," jelas dia.

"Dalam Tari Topeng itu ada yang namanya 'kala' (masa). Di kala ini lebih kepada entertaint, nanti kemudian di kala yang akan datang, tentang nilai-nilainya. Kala ini dialami juga oleh maestro Topeng," jelas dia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.1476 seconds (0.1#10.140)