Karhutla Kerap Terjadi, BPBD Majalengka Kekurangan Perlengkapan Jinakkan Api
A
A
A
MAJALENGKA - Kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat terbilang cukup banyak. Selain puncak Gunung Ciremai beberapa bulan lalu, puluhan kasus kebakaran juga terjadi di sejumlah titik.
Bulan ini saja, tepatnya hingga tanggal 20 September 2019, tercatat sebanyak 25 kasus kebakaran lahan dan hutan yang diterima BPBD Kabupaten Majalengka. Terakhir, kebakaran terjadi di Desa Teja dan Indrakilir, Kecamatan Rajagaluh pada 20 Sepember dan menghanguskan lahan seluas 1 haktare.
Dalam kurun waktu 20 hari itu, kebakaran paling besar terjadi Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Dalam musibah yang terjadi pada 13 September itu, api melalap lahan seluas 12,1 hektare.
Banyaknya kasus kebakaran selama September ini ternyata tidak dibarengi dengan perlengkapan petugas yang memadai. Hingga saat ini, perlengkapan yang dimiliki petugas BPBD untuk menjinakkan karhutla, cenderung masih minim.
"Minim peralatan. Saat ini kelengkapannya hanya dua baju tahan api, sepatu, dan helm. Kami sendiri, anggota yang piket tiap hari sebanyak 10 orang," kata Manajer Pusdaop Penanggulangan Bencana (PB) BPBD Kabupaten Majalengka Indrayanto kepada SINDOnews, Sabtu (21/9/2019).
Dia mengakui, dengan fasilitas yang hanya sebanyak itu, petugas BPBD bisa dikatakan jauh dari kata aman. Risiko terbakar mengancam.
"Itu yang perlengkapan di badan saja. Belum lagi peralatan yang digunakan untuk memadamkan. Selama ini kasus-kasus kebakaran itu terjadinya di medan yang berat," jelas dia.
Melihat risiko yang lumayan besar, Indra mengaku pihaknya saat ini sedang mendata peralatan yang dibutuhkan, agar lebih safety saat melakukan tugas pemadaman. Diharapkan, ke depan para petugas akan lebih aman lagi saat bergelut dengan api yang membakar lahan.
"Ya saat turun ke lapang, yang lainnya pakai pakaian preman saja, karena kan baju tahan apinya ada dua. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dialami oleh teman-teman saat bertugas di lapangan," jelas dia.
Sementara , dalam melakukan pemadaman, lanjut Indra ada dua cara yang dilakukan petugas. Selain memadamkan api secara langsung, penanganan juga dilakukan dengan cara membuat sekat bakar. Jika lokasi kebakaran cenderung mudah, akan melibatkan mobil damkar.
"Kalau daerahnya yang sulit, ya tidak bisa mengerahkan unit dari damkar. Alhamdulillah ada support dari masayarakat pencinta alam."
Bulan ini saja, tepatnya hingga tanggal 20 September 2019, tercatat sebanyak 25 kasus kebakaran lahan dan hutan yang diterima BPBD Kabupaten Majalengka. Terakhir, kebakaran terjadi di Desa Teja dan Indrakilir, Kecamatan Rajagaluh pada 20 Sepember dan menghanguskan lahan seluas 1 haktare.
Dalam kurun waktu 20 hari itu, kebakaran paling besar terjadi Kelurahan Babakan Jawa, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Dalam musibah yang terjadi pada 13 September itu, api melalap lahan seluas 12,1 hektare.
Banyaknya kasus kebakaran selama September ini ternyata tidak dibarengi dengan perlengkapan petugas yang memadai. Hingga saat ini, perlengkapan yang dimiliki petugas BPBD untuk menjinakkan karhutla, cenderung masih minim.
"Minim peralatan. Saat ini kelengkapannya hanya dua baju tahan api, sepatu, dan helm. Kami sendiri, anggota yang piket tiap hari sebanyak 10 orang," kata Manajer Pusdaop Penanggulangan Bencana (PB) BPBD Kabupaten Majalengka Indrayanto kepada SINDOnews, Sabtu (21/9/2019).
Dia mengakui, dengan fasilitas yang hanya sebanyak itu, petugas BPBD bisa dikatakan jauh dari kata aman. Risiko terbakar mengancam.
"Itu yang perlengkapan di badan saja. Belum lagi peralatan yang digunakan untuk memadamkan. Selama ini kasus-kasus kebakaran itu terjadinya di medan yang berat," jelas dia.
Melihat risiko yang lumayan besar, Indra mengaku pihaknya saat ini sedang mendata peralatan yang dibutuhkan, agar lebih safety saat melakukan tugas pemadaman. Diharapkan, ke depan para petugas akan lebih aman lagi saat bergelut dengan api yang membakar lahan.
"Ya saat turun ke lapang, yang lainnya pakai pakaian preman saja, karena kan baju tahan apinya ada dua. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dialami oleh teman-teman saat bertugas di lapangan," jelas dia.
Sementara , dalam melakukan pemadaman, lanjut Indra ada dua cara yang dilakukan petugas. Selain memadamkan api secara langsung, penanganan juga dilakukan dengan cara membuat sekat bakar. Jika lokasi kebakaran cenderung mudah, akan melibatkan mobil damkar.
"Kalau daerahnya yang sulit, ya tidak bisa mengerahkan unit dari damkar. Alhamdulillah ada support dari masayarakat pencinta alam."
(zik)