Keluarga Arif Keberatan Jenazah Diautopsi

Jum'at, 28 November 2014 - 15:51 WIB
Keluarga Arif Keberatan Jenazah Diautopsi
Keluarga Arif Keberatan Jenazah Diautopsi
A A A
MAKASSAR - Sesosok mayat yang ditutupi kain batik terbujur kaku ditengah ruangan berukuran sekira 4X5 meter. Sembilan orang anggota keluarganya duduk mengeliliingi jenazah Muhammad Arief (17) korban bentrokan antara mahasiswa UMI dengan aparat keamanan.

Tepat di depan pintu masuk rumah yang terletak diujung lorong tersebut, ayah Arief, Abdul Wahab (62) ditemani kakak korban, Fatmawati (30), duduk sambil menatap jasad anak bungsu dari 8 bersaudara tersebut.

Beberapa menit kemudian, telepon seluler milik Wahab berdering. Setelah beberapa saat berbicara melalui telepon seluler, Wahab kemudian kembali duduk dan menceritakan keluh kesahnya.

Wahab mengaku dia dan pihak keluarga kaget saat jenazah Arief tiba dirumahnya kemarin pagi, karena bagian depan tubuh Arief terlihat jahitan dari pangkal leher sampai dibawah perutnya.

Meskipun sebelumnya, Fatmawati yang menemani korban saat berada di RS Wahidin Sudirohusodo sudah menelepon dan memberitahu pihak keluarga bahwa jenazah Arief diautopsi.

"Saya kira divisum ternyata diautopsi, padahal tidak ada persetujuan dari keluarga, saya langsung telepon bapak tapi sudah terlanjur dikerjakan di RS Wahidin," ujar Fatmawati.

Selanjutnya Fatmawati menjelaskan, jenazah Arief diautopsi sekira pukul 02.00 dinihari. Fatmawati merasa kaget saat melihat jenazah adiknya yang menurutnya sudah seperti daging.

"Dibuka, jadi kelihatan tengkorak kepalanya, jadi saya telepon saya punya bapak bilang ini adikku sudah kayak daging dirobek-robek," lanjutnya dengan sorot mata kehilangan.

Wahab mengatakan, sebelum jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo memang ada anggota polisi yang datang ke rumahnya, Jalan Pampang I RW5 RT3 lorong buntu dan mengatakan jenazahnya akan diautopsi, namun anggota polisi tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan autopsi.

"Tadi malam datang pak Baharuddin Djafar (Dirintel) bilang mau diautopsi, seandainya saya tahu bahwa akan dibelah dadanya, saya tidak akan mau," tuturnya.

Baik Wahab maupun Fatmawati mengaku mereka tidak pernah menandatangani surat persetujuan autopsi.

Mereka juga mengaku tidak terima jenazah Arief diautopsi dan akan menuntut, tapi mereka tidak tahu harus mengadu ke mana.

Sesaat kemudian, Wahab mengeluarkan telepon selulernya dari kantong celana. Lalu setelah beberapa kali memencet layar, dengan nafas yang memburu seperti menahan emosi dan amarah, dia menunjukkan foto korban berada disamping kendaraan taktis berupa water canon.

"Polisi seharusnya melindungi masyarakat, bukan membunuh masyarakat. Sedangkan ini polisi membunuh, dimana kita mau mengadu," ucapnya.

Wahab masih berpendapat bahwa Arief tewas karena dilindas water canon dan dipukuli oleh aparat kepolisian, padahal dari rekaman video yang beredar, Arief sudah tergeletak di jalanan sebelum mobil water canon tersebut tiba dan membubarkan mahasiswa.

Terpisah, Wali Kota Makassar, Muhammad Ramdhan Pomanto, yang datang melayat ke rumah duka, mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan kejadian tersebut dan berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Sudah cukup satu ini saja, jangan ada korban selanjutnya," ujarnya. Untuk mencegah terjadinya hal serupa, pihaknya telah berkoordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk dewan dan Kapolrestabes.
"Kita suport TNI Polri, kita sudah upayakan dialog dan pertemuan dengan warga," lanjutnya.

Danny juga mengatakan, pihak Pemkot Makassar akan menanggung semua biaya pemakaman dan biaya rumah sakit korban, hingga takziyah malam ketiga.

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Ferry Abraham yang hadir beberapa saat setelah Danny Pomanto meninggalkan lokasi, mengatakan untuk masalah autopsi atau medis bukan kapasitasnya untuk menjawab.

"Nanti yang menjawab dokter. Tapi kalau untuk kepentingan autopsi, supaya jangan sampai muncul pendapat bahwa dilakukan penabrakan, pemukulan dan sebagainya," ujarnya.

Ferry menjelaskan, korban meninggal bukan disebabkan terlindas water canon, dan pihaknya masih terus menyelidiki penyebab kematian korban. "Kita kan punya bukti berupa gambar dan video saat kejadian," pungkasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4568 seconds (0.1#10.140)