Mengenal Komunitas Pelangi Gamelan Gaul Semarang

Rabu, 24 September 2014 - 22:14 WIB
Mengenal Komunitas Pelangi Gamelan Gaul Semarang
Mengenal Komunitas Pelangi Gamelan Gaul Semarang
A A A
SEMARANG - Kiprah dan kreativitas komunitas Pelangi Gamelan Gaul (PGG) Semarang layak diapresiasi. Di tangan 13 remaja yang tergabung dalam komunitas Pelangi Gamelan Gaul Semarang, musik tradisional Jawa dibikin lebih modern.

Ya, komunitas Pelangi Gamelan Gaul memang jagonya dalam hal itu. Mereka mampu menghilangkan kesan jadul pada musik tradisional dengan cara mengolaborasikannya dengan musik modern. Hasilnya cukup mencengangkan, mereka mampu membius masyarakat dengan tampilan musik yang berbeda dan tentunya bernilai seni tinggi.

"Komunitas ini berdiri sejak tahun 2011 lalu. Berawal dari keresahan kami terhadap masa depan musik tradisional yang terus tenggelam di tengah gempuran musik modern. Dari keresahan itu muncullah ide untuk mengolaborasikan kedua musik itu dalam satu panggung," kata Rizal, ketua komunitas Pelangi Gamelan Gaul kepada KORAN SINDO, Rabu (24/9/2014).

Alat musik yang digunakan, lanjut Rizal, merupakan gabungan alat musik modern seperti drum, perkusi, bass, gitar, keyboard, saksofon, dan alat musik tradisional berupa saron, bonang, kendang sunda dan beberapa alat tambahan lainnya. Dengan diiringi tiga vokalis berkostum unik, mereka tampil dengan nuansa musik berbeda.

"Lagunya pun campuran dari keduanya. Contohnya lagu tradisional seperti Jangkrik Genggong, Gambang Semarang, Lir ilir, Lajeungan, dan lagu-lagu band modern saat ini. Tentunya iringan musiknya berbeda dari musik aslinya," imbuhnya.

Selama berdiri, banyak apresiasi dari masyarakat terhadap komunitas yang telah melanglang buana ke seantero kota di Indonesia tersebut. Terbukti, tawaran manggung di berbagai acara hajatan selalu berdatangan.

"Kami memang spesialis pengiring musik hajatan. Biasanya yang sering mengundang dari acara-acara pernikahan. Sampai saat ini peminatnya cukup tinggi karena kami menawarkan musik yang berbeda dari biasanya," paparnya.

Setiap dua minggu sekali, PGG berlatih rutin di Jalan Layur Kecamatan Semarang Utara. Biasanya, latihan akan lebih diintensifkan jika ada pesanan khusus dari pemilik hajatan.

"Soalnya sering ada pesanan lagu khusus dari pemilik hajatan. Jadi kami harus berlatih keras untuk memberikan hasil yang terbaik. Selama ini mereka selalu puas dengan penampilan kami. Kami harap komunitas ini akan terus maju dan berkembang," pungkasnya.

Salah satu anggota komunitas PGG Arif Maulana atau yang akrab disapa Ucried mengatakan, dirinya bangga dapat ikut bergabung dalam komunitas PGG. Menurutnya, PGG merupakan komunitas yang menjunjung tinggi budaya tradisi dan tidak menutup diri dari kemajuan zaman.

"Komunitas ini mencoba menyajikan musik yang berbeda. Upaya pelestarian musik tradisi dengan cara menampilkan dengan gaya berbeda merupakan hal yang sangat positif. Saya sangat senang dapat bergabung dalam komunitas ini," kata penabuh gamelan tersebut tersenyum.

Arif berharap komunitas PGG dapat terus eksis dan terus mendapat tempat di hati masyarakat. Dengan begitu, misi utama PGG yakni melestarikan musik tradisional dapat terwujud. Semoga.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8476 seconds (0.1#10.140)