Taher Marah Sutan, Pendidik dan Tokoh Pergerakan Kebangsaan

Jum'at, 27 Mei 2016 - 05:00 WIB
Taher Marah Sutan, Pendidik dan Tokoh Pergerakan Kebangsaan
Taher Marah Sutan, Pendidik dan Tokoh Pergerakan Kebangsaan
A A A
SAAT gairah nasionalisme Indonesia bergema di Sumatera Barat pada awal abad ke-20, peran kelompok dagang tidak hanya terbatas pada upaya membangun sekolah-sekolah swasta di luar sistem pendidikan kolonial, melainkan juga pendukung gerakan kaum muda yang menjadi basis pergerakan kelompok nasionalis.

Umumnya, pergerakan kebangsaan dan modernisasi Islam pada awal abad ke-20 yang berpusat di Padang Panjang itu, menurut pemerhati sejarah Sumatera Barat, Fikrul Hanif Sufyan, makin terkenal ketika seorang pemuda bernama Muhammad Taher Marah Sutan ikut mengharumkan nama kota yang juga dikenal sebagai Serambi Mekkah itu.

Ketika menyebut nama Taher Marah Sutan, kita akan tertuju pada aktivitasnya sebagai pendidik dan tokoh pergerakan kebangsaan. Selain itu, laki-laki kelahiran Kota Padang Panjang pada tahun 1890 itu juga dikenal sebagai ayah dari mantan Menteri Agama (Almarhum) Tarmizi Taher.

Dikutip dari Wikipedia, Taher Marah Sutan merupakan putra dari pasangan Syekh "Babulu Lidah", seorang ulama Naqsyabandiyah di Tanah Datar, dan Saridah yang berasal dari Pariaman. Ia menikah dengan Djawanis yang juga seorang aktivis dan pernah dipercaya sebagai ketua Aisyiah Sumatera Barat

Menurut Fikrul Hanif, pada umur 24 tahun atau tepatnya tahun 1914, Taher Marah Sutan yang hanya mengecap pendidikan Schakel School itu-sudah dikenal sebagai agen pelayaran di Pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur).

Bahkan, di usia muda, ia bersama beberapa saudagar muda lainnya mendirikan sebuah organisasi usaha yang dinamakan Sarikat Oesaha (SO), selanjutnya disebut Sarikat Usaha.

Organisasi ini bertujuan melindungi para saudagar pribumi di Sumatera Barat dari dominasi para pedagang Belanda dan Tionghoa serta pada umumnya melakukan berbagai macam gerakan sosial dan politik dalam kerangka anti-penjajahan.

Audrey Kahin dalam karyanya berjudul "Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatra Barat dan Politik Indonesia, 1926-1998" (Penerbit Yayasan Obor Indonesia) menulis, Taher merupakan 'seorang pekerja keras yang idealis', yang menjadikan Sarikat Usaha sebagai 'tempat berkumpul bagi sejumlah pemimpin dan intelektual di Padang'.

Pada masa berdirinya Sarikat Usaha, menurut Fikrul yang juga pengajar sejarah di STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh itu, Taher dibantu oleh Sutan Said Ali, seorang guru Sekolah Adabiah dan anggota Sarikat Islam.

Beberapa tokoh nasional memiliki kenangan khusus terhadap sosok Taher Marah Sutan. Ulama besar AR Sutan Mansur selalu menyampaikan bahwa Taher Marah Sutan adalah seorang intelektual dan pemimpin umat.

Buya Sutan Mansur mengatakan bahwa Taher Marah Sutan adalah salah satu mentor politik dan ekonomi Bung Hatta. Simpati Buya Sutan Mansur tersebut lahir karena Taher Marah Sutan memiliki pergaulan dengan kaum aghniya' (kaya) di pusat-pusat ekonomi Sumatera Barat.

Berkat usahanya sekolah Adabiah didirikan di Sumatera Barat dan berkembang pesat hingga kini. Bahkan, Moh. Yamin mengisahkan ketika jelang dua bulan Kongres Pemuda 1928 digelar, ternyata uang untuk kongres masih amat sedikit.

Ia kemudian menulis surat kepada Mohammad Taher Marah Sutan di Padang meminta supaya dicarikan uang untuk biaya kongres itu. Sebulan kemudian, diterimalah postwissel berisi f. 800.

Dengan kiriman uang itu, kemudian berlangsunglah Kongres Pemuda II dengan meriah dan mengambil putusan yang sampai kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Mohammad Hatta atau Bung Hatta pun punya kenangan tersendiri tentang sosok Taher Marah Sutan. Menurut Bung Hatta, jika Haji Abdullah Ahmad terkemuka dalam gerakan agama, Taher Marah Sutan yang saat menjadi sekretaris Sarikat Usaha sudah pandai berbahasa Belanda itu termasyhur dalam urusan sosial. (Baca juga: Abdullah Ahmad dan Modernisasi Islam di Minangkabau).

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, delapan tahun kemudian atau 4 Juni 1953, Taher Marah Sutan meninggal di Padang, Sumatera Barat.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4078 seconds (0.1#10.140)