Naniek Widyaningrum, Doktor Farmasi Termuda di UGM

Rabu, 20 April 2016 - 02:05 WIB
Naniek Widyaningrum, Doktor Farmasi Termuda di UGM
Naniek Widyaningrum, Doktor Farmasi Termuda di UGM
A A A
SEMARANG - Dosen Farmasi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Naniek Widyaningrum mendapatkan penghargaan dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sebagai lulusan doktor farmasi tercepat, termuda, dan cumlaude di fakultas tersebut.

Naniek menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar doktor farmasi dalam kurun waktu dua tahun tujuh bulan dan telah mengikuti prosesi wisuda pada 19 April 2016.

Dosen kelahiran 22 Juli 1985 itu juga dicatat sebagai lulusan doktor farmasi termuda di UGM yakni dalam usia 30 tahun.

Tak hanya itu, Naniek juga mencatatkan prestasi lainnya yakni dengan menerbitkan karya ilmiahnya di tiga jurnal bereputasi internasional dengan judul.

Pertama, Stability of Epigallocatechin Gallate (EGCG) from Green Tea (Camellia Sinensis L) and its Antibacterial Activity Against Staphylococcus epidermidis ATCC35984 and Propionibacterium acnes ATCC 6919.

Kedua, Buffer and Emulsifier Optimization in CreamWith its Antibacterial Activity and Sensitivity.

Ketiga, The Effect of Altitude Against Total Phenolicand Epigallocatechin Gallate (EGCG) Content in Green Tea Leaves.

Atas terbitan di jurnal internasional itu pula, Naniek tidak harus menggelar ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktornya.

Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa Tengah serta Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Kota Semarang itu melalui disertasinya membuat formulasi sediaan krim antijerawat dengan menggunakan bahan aktif herbal dari daun teh hijau (Camellia sinensis L).

"Teh hijau banyak tumbuh dengan subur di Indonesia, namun pemanfaatannya hingga saat ini masih terbatas pada produksi minuman. Padahal jika dimanfaatkan dengan baik, daun teh bisa didiversifikasi menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi," ujar Naniek melalui siaran pers yang dikirimkan Bagian Kehumasan Unissula, Selasa (19/4/2016).

Menurutnya, permasalahan dalam formulasi daun teh hijau selama ini adalah warna ekstrak dari daun teh hijau yang berwarna cokelat akibat oksidasi yang tidak bisa dihindari dan berpengaruh terhadap stabilitasnya.

Karena itu, dia ingin mencari suatu metode baru yang dapat mengubah warna ekstrak daun teh hijau tersebut menjadi kuning dan memiliki stabilitas tinggi sehingga pada salah satu bagian disertasinya dilakukan uji stabilitas Epigallocatechin Gallate (EGCG) yang merupakan senyawa marker.

Naniek akhirnya berhasil menemukan metode stabilitas EGCG melalui penelitiannya, yakni dengan perlakuan ekstrem dingin pada proses ekstraksinya dan penambahan larutan dapar pH4 serta penyimpanan pada suhu 2 derajat celcius, sehingga mampu menghasilkan kadar EGCG dua kali lebih besar dibanding kontrol (60,98% dibanding 26,18%).

Penemuan metode tersebut merupakan salah satu keterbaruan dari penelitian disertasinya yang telah terpublikasi pada Asian Journal of Biological Science. Pencapaian akhir disertasinya yaitu optimasi formula sediaan krim antijerawat yang diujikan pada bakteri propioni bacterium acnes dan staphylococcus epidermidis serta uji iritasi sehingga menghasilkan formula produk sediaan krim antijerawat yang teruji stabilitas, efektivitas, dan keamanannya.

"Alhamdulillah, akhirnya saya dapat menyelesaikan pendidikan doktor ini, senang rasanya akan kembali ke kampus untuk mengajar lagi di Prodi Farmasi Unissula," kata Naniek.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5777 seconds (0.1#10.140)