Dinyatakan Sesat, Pengurus Ajaran Wahidiyah Ramai-Ramai Bertobat

Senin, 14 Maret 2016 - 17:01 WIB
Dinyatakan Sesat, Pengurus Ajaran Wahidiyah Ramai-Ramai Bertobat
Dinyatakan Sesat, Pengurus Ajaran Wahidiyah Ramai-Ramai Bertobat
A A A
TEBING TINGGI - Para pengikut Salawat Wahidiyah di Tebingtinggi menyatakan tobat dan mundur dari kegiatan setelah ajaran ini dinyatakan sesat oleh Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem). Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tasikmalaya pada 2007 lalu juga telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap faham Salawat Wahidiyah.

Pernyataan mundur tersebut disampaikan Ketua, Sekretaris dan sejumlah pengurus faham Salawat Wahidiyah Tebingtinggi, diantaranya Sudarman, Mukhlis, Ismail, Rizal dan lainnya dihadapan Kepala Kantor Kementrian Agama HM Hasbi MA dan Ketua MUI Kota Tebingtinggi H Ahmad Dalil Harahap.

Mereka ramai-ramai bertobat dalam pertemuan yang digelar pihak Kantor Kemenag di Aula Kemenag Jalan Pendidikan Kota Tebingtinggi, Senin (14/3/2016).

Turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) H Abu Hasyim Siregar dan Sekretaris Kantor Kemenag Muhammad Nasir serta pimpinan ormas keagamaan seperti Al Washliyah, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Al Ittihadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Dewan Masjid Indonesia dan tokoh-tokoh agama Kota Tebingtinggi.

Kakan Kemenag Kota Tebingtinggi HM Hasbi MA menyampaikan, sejak 2000 lalu cukup banyak aliran dan faham yang dinyatakan menyimpang dari ajaran agama yang diakui oleh pemerintah, untuk ajaran agama Kristen sebanyak 150 sekte dan Islam sebanyak 250 aliran.

“Tugas pokok kementerian agama adalah melakukan pembinaan baik antar pemeluk agama lain maupun antar sesama pemeluk agama seperti yang tengah berkembang saat ini seperti Gafatar dan aliran Wahidiyah yang sebagian ajarannya dinilai menyimpang dari ajaran Islam,” jelas HM Hasbi.

Menurut Hasbi, memang secara umum ajaran Salawat Wahidiyah terlihat lurus-lurus saja, tapi ternyata cukup banyak laporan baik dari masyarakat maupun tokoh-tokoh agama yang menyatakan bahwa ada sebagian ajarannya yang dianggap sesat yakni mengkultuskan satu sosok dan dianggap menyimpang dari ajaran agama Islam.

“Saya tidak ingin Wahidiyah terpojok dan dikucilkan oleh masyarakat, mari kita jalankan ajaran Islam ini sesuai dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah, kami tidak bisa memaksa untuk kembali (ke ajaran Islam yang sebenarnya) kami hanya ingin tidak terjadi konflik antar sesama pemeluk agama dan kondusifitas di kota ini tetap terjaga dengan baik,” ujar Kakan Kemenag Tebingtinggi.

Pada kesempatan itu, Hasbi juga berharap jangan sampai hal ini terus berlarut dan ada gosokan dari pihak-pihak tertentu sehingga menjadi fitnah dan terjadi konflik ditengah-tengah masyarakat.

“Kami berharap melalui pertemuan ini saudara-saudara kita kembali ke jalan yang benar yakni ajaran Islam sesuai dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW,” imbuhnya.

Sementara Ketua Wahidiyah Kota Tebingtinggi, Sudarman menyatakan bahwa pengunduran diri mereka dari ajaran faham Wahidiyah adalah demi menjaga kondusivitas di Kota Tebingtinggi.

“Kami sekarang tidak ikut Wahidiyah lagi, tapi soal kesesatan Wahidiyah bukan urusan kami melainkan untuk menjaga kondusivitas Kota Tebingtinggi, kami siap vakum atau mundur dari ajaran dan faham Wahidiyah,” katanya.

Senada dengan Sudarman, salah satu pengurus Wahidiyah Kota Tebingtinggi, Ismail mengaku tidak ada paksaan atas pengunduran diri mereka dari ajaran Salawat Wahidiyah.

“Karena sudah ada keputusan dari Bakorpakem yang menyatakan bahwa sebagian ajaran Wahidiyah menyimpang maka kami siap mundur demi kemaslahatan umat dan kebaikan di Kota Tebingtinggi, kami juga tidak mau sesat,” tegasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7389 seconds (0.1#10.140)