NU Ancam Sweeping dan Bakar Buku Sunah-Sunah Setelah Kematian

Selasa, 08 Maret 2016 - 18:28 WIB
NU Ancam Sweeping dan Bakar Buku Sunah-Sunah Setelah Kematian
NU Ancam Sweeping dan Bakar Buku Sunah-Sunah Setelah Kematian
A A A
BANTUL - Nahdhatul Ulama (NU) Kabupaten Bantul mengancam akan melakukan sweeping, serta membakar buku pegangan yang dibagikan Dinas Sosial (Dinsos) Bantul kepada Kaum Rois (Pemuka Agama Islam) beberapa waktu lalu.

Buku berjudul “Sunah-Sunah Setelah Kematian” karya Zainal Abidin Bin Syamsudin terbitan Pustaka Imam Bonjol Jakarta itu
dinilai telah melecehkan NU.

Katib Syuriah Pengurus Cabang NU (PCNU) Bantul Damanhuri mengatakan, secara umum judul buku Sunah-Sunah Setelah Kematian memang bagus, karena bisa menjadi tuntunan umat Islam.

Namun beberapa bagian, terutama halaman tertentu telah menyinggung kaum Nahdhiyin karena menganggap tradisi yang dilakukan NU tidak sesuai dengan syariat Islam.

“Memang benar meratapi kematian itu dilarang. Dan dalam buku tersebut disebutkan peringatan tujuh hari, 40 hari, dan 100 hari termasuk meratapi kematian,” ujarnya, kepada wartawna, Selasa (8/3/2016).

Padahal, tradisi tersebut sudah ada sejak dahulu dan ada pemahaman yang berbeda terkait peringatan kematian tersebut. NU menganggap, Dinas Sosial yang mengedarkan buku tersebut kepada Kaum Rois di Bantul tidak memahami perbedaan di masyarakat.

Dia menganggap oknum Dinas Sosial telah menyalahgunaan birokrasi untuk kepentingan tertentu. Dia juga menyayangkan sikap beberapa pihak, terutama dari anggota legislatif yang justru berperang opini melalui media sosial.

Harusnya, sebagai anggota dewan mereka tinggal memanggil dinsos untuk melakukan klarifikasi kebijakan tersebut. Karena baginya, perang opini melalui media sosial bukan tindakan yang elegan. “Itu seperti anak kecil,” tandasnya.

Rois Syuriah Pengurus Cabang NU Bantul Khalik Syifa juga menyayangkan langkah dinsos yang memberikan secara gratis buku tersebut kepada Kaum Rois di Bantul saat pemberian insentif kepada mereka.

Dia meminta kepada pihak dinsos untuk segera menarik seluruh buku tersebut, karena jika tidak, dia mengancam akan melakukan sweeping dan membakarnya.

Menurut Khalik, seharusnya pihak Dinas Sosial memahami perbedaan terkait pandangan berdzikir untuk arwah yang meninggal pada waktu tertentu. Dia menyadari jika hal tersebut sebelumnya memang merupakan tradisi nenek moyang.

Namun di NU, tradisi tersebut telah diubah dengan mengisi peringatan kematian tersebut dengan pengajian berdoa.

“Apa salah jika seseorang meminum teh manis dari botol bir yang sebelumnya telah dicuci bersih. NU seperti itu, mengemas sebuah tradisi dengan isi yang lain, seperti berdoa dan pengajian,” terangnya.

Khalik menandaskan, dinsos agar segera menarik semua buku yang telah diserahkan kepada Kaum Rois di empat kecamatan masing-masing, Pandak, Srandakan, Kretek dan Sanden.

Buku-buku tersebut lantas dimusnahkan agar dikemudian hari tidak disalahgunakan lagi. Jika tidak, banser telah siap melakukan sweeping dan membakarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Kepahlawanan Kesetiakawanan dan Pengembangan Kehidupan Beragama Dinsos Bantul Sudadi mengatakan, pihaknya meminta maaf kepada seluruh warga Bantul terkait peredaran buku tersebut.

Dia menandaskan sudah menarik buku yang dibagikan kepada Kaum Rois di empat kecamatan.

“Buku itu memang program dari dinsos untuk pembinaan kepada Kaum Rois. Dananya kami ambilkan dari anggaran Alat Tulis Kantor (ATK) Kaum Rois,” paparnya.

Menyikapi hal itu, Ketua Komisi D DPRD Bantul Enggar Suryo Jatmiko menyayangkan langkah dinsos yang membagi buku tak sesuai dengan kondisi keberagaman di Bantul. Harusnya, dinsos lebih memahami perbedaan faham yang berlaku di Bantul.

Pihaknya telah melakukan klarifikasi dan meminta semua buku yang sudah beredar untuk ditarik dan yang belum dibagikan agar tidak dibagikan. “Sayang kan anggaran buku senilai Rp34 juta sia-sia begitu saja,” pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3469 seconds (0.1#10.140)