Penampakan Banjir Pekalongan Tak Kunjung Surut, Warga Harus Naik Perahu dan Ngungsi
loading...
A
A
A
PEKALONGAN - Banjir bandang yang merendam wilayah Pekalongan, Jawa Tengah masih tinggi dan tak kunjung surut. Warga terpaksa harus naik perahu karet dan rakit untuk transportasi menengok rumahnya yang terendam banjir hingga ketinggian satu meter.
Ribuan rumah warga ditinggalkan pemiliknya dan sebagian harus mengungsi atau kontrak rumah karena banjir sudah beberapa hari menggenangi wilayah Kota dan Kabupaten Pekalongan.
Sebanyak sekitar 20.000 jiwa terdampak banjir Pekalongan.
Genangan banjir saat ini masih merendam di puluhan desa dan kelurahan. Seluruh akses dan rumah terendam hingga ketinggian satu meter. Kampung seperti tak berpenghuni dan ditinggalkan kosong oleh pemiliknya mengungsi ketempat yang aman.
Abidah, warga Pekalongan mengaku mengandalkan perahu karet dan rakit untuk aktivitas sehari-hari dan menengok kondisi rumahnya karena jalan tidak bisa dilewati oleh sepeda motor dan mobil.
"Jalan kaki tidak memungkinkan karena air masih tinggi dan kotor," katanya, Selasa (3/12/2022).
Sebagian warga menjadi relawan banjir untuk menarik perahu secara bergantian membantu ibu-ibu aktivitas keluar kampung atau menengok rumah. Mereka juga mengantar anak-anak pulang pergi ke sekolah.
Sedangkan relawan korban banjir, Ongki menyebut sejumlah warga yang masih bertahan di rumah sangat kesulitan dan tidak nyaman dengan kondisi banjir yang terus merendam. Apalagi rumah dan seluruh harta benda sudah terendam tak ada yang bisa diselamatkan.
"Ribuan warga hingga kini menempati puluhan tempat pengungsian seperti masjid, musala, sekolahan, gudang dan tempat lainnya," ujarnya.
Para pengungsi terpaksa berdesakan tak ada penyekat. Saat ini pengungsi banyak yang menderita diare terutama bayi dan balita juga para manula.
"Korban banjir sangat membutuhkan obat-obatan, minyak angin, salep gatal-gatal, popok bayi dan manula," sebutnya.
Selain itu makanan tambahan balita dan anak-anak dan juga susu bayi masih sangat minim.
Ribuan rumah warga ditinggalkan pemiliknya dan sebagian harus mengungsi atau kontrak rumah karena banjir sudah beberapa hari menggenangi wilayah Kota dan Kabupaten Pekalongan.
Sebanyak sekitar 20.000 jiwa terdampak banjir Pekalongan.
Genangan banjir saat ini masih merendam di puluhan desa dan kelurahan. Seluruh akses dan rumah terendam hingga ketinggian satu meter. Kampung seperti tak berpenghuni dan ditinggalkan kosong oleh pemiliknya mengungsi ketempat yang aman.
Abidah, warga Pekalongan mengaku mengandalkan perahu karet dan rakit untuk aktivitas sehari-hari dan menengok kondisi rumahnya karena jalan tidak bisa dilewati oleh sepeda motor dan mobil.
"Jalan kaki tidak memungkinkan karena air masih tinggi dan kotor," katanya, Selasa (3/12/2022).
Sebagian warga menjadi relawan banjir untuk menarik perahu secara bergantian membantu ibu-ibu aktivitas keluar kampung atau menengok rumah. Mereka juga mengantar anak-anak pulang pergi ke sekolah.
Sedangkan relawan korban banjir, Ongki menyebut sejumlah warga yang masih bertahan di rumah sangat kesulitan dan tidak nyaman dengan kondisi banjir yang terus merendam. Apalagi rumah dan seluruh harta benda sudah terendam tak ada yang bisa diselamatkan.
"Ribuan warga hingga kini menempati puluhan tempat pengungsian seperti masjid, musala, sekolahan, gudang dan tempat lainnya," ujarnya.
Para pengungsi terpaksa berdesakan tak ada penyekat. Saat ini pengungsi banyak yang menderita diare terutama bayi dan balita juga para manula.
"Korban banjir sangat membutuhkan obat-obatan, minyak angin, salep gatal-gatal, popok bayi dan manula," sebutnya.
Selain itu makanan tambahan balita dan anak-anak dan juga susu bayi masih sangat minim.
(shf)