Gagal Taklukkan Tanah Jawa, Raja Sriwijaya Ucapkan Kutukan Mengerikan

Sabtu, 24 Desember 2022 - 05:00 WIB
loading...
Gagal Taklukkan Tanah...
Kerajaan Sriwijaya.Foto/Wikipedia
A A A
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Budha di Indonesia yang berdiri abad ke-7 masehi. Kerajaan Sriwijaya memiliki sejumlah prasasti berisi kutukan.

Konon, penguasa Kerajaan Sriwijaya mengucapkan kutukan kepada wilayah yang disebut pemberontak. Hal ini tertuang pada Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Pulau Bangka, di sebelah utara Sungai Menduk.

Seperti terjemahan isi prasasti dari Kern, pada "Kedatuan Sriwijaya" terdapat tulisan dengan huruf pallawa yang bila diterjemahkan menjadi "biar pula mereka mati kena kutuk".

Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut mati kena kutuk.

Baca juga: Kisah Raja Muda Majapahit Minta Dicarikan Jodoh oleh Gajah Mada

Prasasti ini ditulis pada tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha, pada saat itulah kutukan ini diucapkan. Konon yang memerintahkan mengutuk saat itu adalah Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

Adapun Krom menjelaskan, bahwa Prasasti Kota Kapur menjadi bagian dari politik ekspansi dari Kerajaan Sriwijaya. Konon saat itu kutukan diucapkan saat bala tentera Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang tanah Jawa yang tidak takluk kepada Kerajaan Sriwijaya.

Memang penyebutan Pulau Jawa di prasasti ini masih menimbulkan berbagai tafsiran. Sebab jika dimaksud Pulau Jawa, maka tak masuk akal mengapa ekspedisi yang dilancarkan untuk menyerbu bhumi Java, disebut dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Bangka.

Pernyataan itu lantas diberi jawaban oleh Krom, yang menyebut pengambilalihan wilayah sesudah perang. Pada prasasti itu hanya diberitakan bahwa pemahatannya terjadi pada saat tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang Pulau Jawa yang tidak takluk pada Sriwijaya.

Dari sini Krom menjelaskan ekspedisi ini sebagai contoh agar penduduk tempat batu prasasti itu didirikan, yaitu penduduk Pulau Bangka, agar berpikir dulu, kalau kalau ada niat untuk memberontak ke terhadap kekuasaan Sriwijaya.

Bhumi Java dengan demikian harus dicari di luar Bangka, dan tidak alasan sama sekali untuk tidak mengidentifikasikannya dengan negeri yang sudah selama-lamanya bernama Jawa.

Jika pada sejarah Jawa benar-benar ada kurun waktu sebagian Pulau Jawa dijajah oleh Sriwijaya, maka mungkin asal mulanya harus dicari pada ekspedisi tahun 686 itu.

Teks-teks tadi hampir tidak mengungkapkan apa-apa tentang organisasi sosial dan lembaga-lembaga administrasi negara. Di Prasasti Kota Kapur itulah konon sang raja mengangkat datu - datu yang masing-masing harus mengurus sebuah kedatuan dan jika perlu memimpin operasi militer.

Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang melakukan perjalanan suci mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Dalam perjalanan suci itu, dia berangkat menggunakan perahu dari Minanga Tamwan bersama 20.000 orang tentara dan 200 peti bekal.

Melansir laman resmi kemedikbud.go.id, prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya berisi kutukan yang umumnya ditujukan kepada orang-orang yang tidak taat terhadap raja.
1. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah menceritakan tentang keberhasilan Kerajaan Sriwijaya dalam menduduki wilayah Lampung Selatan. Prasasti ini juga berisikan kutukan bagi orang-orang yang tidak taat kepada raja. Orang tersebut akan terbunuh oleh kutukan.

Berikut penggalan isi prasasti kutukan peninggalan Kerajaan Sriwijaya:

"...Ada orang di seluruh kekuasaan yang tunduk pada kerajaan yang memberontak, berkomplot, tidak tunduk setia kepadaku, orang-orang tersebut akan terbunuh oleh (kutukan).

2. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur, Bangka Belitung, dan diperkirakan ditulis pada 656 Masehi. Prasasti Kota Kapur berisikan permintaan kepada Dewa untuk menjaga persatuan dan kesatuan Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti ini juga berisikan hukuman bagi orang yang melakukan kejahatan dan melakukan pengkhianatan terhadap raja.

3. Prasasti Boom Baru
Prasasti Boom Baru ditemukan di daerah Palembang, tepatnya di sekitar Pelabuhan Boom Baru, ditulis dengan huruf Pallawa. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berisi tentang kutukan dari raja Sriwijaya.

Berikut penggalan isi kutukan dalam Prasasti Boom Baru:

"...(apabila) ia tidak bakti dan tunduk (bertindak lemah lembut) kepadaku (raja) dengan ...

Dibunuh ia oleh sumpah dan di(suruh) supaya hancur oleh ... (Sriwijaya)"

4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, tepatnya di Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin.(okezone)
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2432 seconds (0.1#10.140)